Khosy-syah, takutnya hanya kepada Allah semata.
Jiwa mukmin yang sudah dapat maghfirah – keampunan Tuhan, sesudah memiliki Sakinah – ketentraman jiwa dan ketenangan jiwa, sudah memiliki Istiqomah, tidak ada ketakutan baginya selain dari kepada Allah.
Takut kepada Syadidul ‘Iqob dan Sari’ul Hisab-Nya Allah, takut kepada azab, siksaan dan perhitungan Allah. Takut hendak melanggar larangan dan hudud yang sudah ditetapkan oleh Allah, takut akan murka dan bencana yang dijanjikan Allah kepada manusia yang melanggar batas. Dia mendahulukan Khosy-syah daripada Hikmah !!!. Dia mematangkan dirinya untuk takut kepada alam yang syahadah ini. tidak takut kepada manusia atau dewa, walaupun bagaimana kuat dan kuasanya, karena semua itu maha kecil dan maha lemah dihadapan Maha Kebesaran dan Maha Kekuasaan Allah.
“…….. Tidak takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya, melainkan Ulama……..”. (QS. Faathir : 28)
Ciri dari ke-Ulama-an seseorang ialah takutnya kepada Allah, takutnya ia akan melanggar hukum dan undang-undang Allah.
“Ketahuilah ! Sesungguhnya (pejuang-pejuang) dalam agama Allah itu tiada ketakutan atas mereka dan tidak berduka-cita. Yaitu orang-orang yang ber-Iman dan adalah mereka orang-orang yang berbakti”. (QS. Yunus : 62 – 63)
“………. Oleh sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi hendaklah takut kepada-Ku, dan karena Aku hendaklah menyempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan supaya kamu terpimpin”. (QS. Al-Baqarah : 150)
Karena takutnya hanya kepada Allah, lapang dan lega dadanya menghendaki tugas menyampaikan janjian hiburan dan ancaman wahyu kepada manusia.
“Inilah sebab kitab yang diturunkan kepada kamu, oleh sebab itu janganlah sesak dalam dadamu karenanya, untuk engkau ancam manusia dengan dia dan sebagai perintah bagi orang yang ber-Iman”. (QS. Al-A’raaf : 2)
Jiwa mukmin yang sudah dapat maghfirah – keampunan Tuhan, sesudah memiliki Sakinah – ketentraman jiwa dan ketenangan jiwa, sudah memiliki Istiqomah, tidak ada ketakutan baginya selain dari kepada Allah.
Takut kepada Syadidul ‘Iqob dan Sari’ul Hisab-Nya Allah, takut kepada azab, siksaan dan perhitungan Allah. Takut hendak melanggar larangan dan hudud yang sudah ditetapkan oleh Allah, takut akan murka dan bencana yang dijanjikan Allah kepada manusia yang melanggar batas. Dia mendahulukan Khosy-syah daripada Hikmah !!!. Dia mematangkan dirinya untuk takut kepada alam yang syahadah ini. tidak takut kepada manusia atau dewa, walaupun bagaimana kuat dan kuasanya, karena semua itu maha kecil dan maha lemah dihadapan Maha Kebesaran dan Maha Kekuasaan Allah.
“…….. Tidak takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya, melainkan Ulama……..”. (QS. Faathir : 28)
Ciri dari ke-Ulama-an seseorang ialah takutnya kepada Allah, takutnya ia akan melanggar hukum dan undang-undang Allah.
“Ketahuilah ! Sesungguhnya (pejuang-pejuang) dalam agama Allah itu tiada ketakutan atas mereka dan tidak berduka-cita. Yaitu orang-orang yang ber-Iman dan adalah mereka orang-orang yang berbakti”. (QS. Yunus : 62 – 63)
“………. Oleh sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi hendaklah takut kepada-Ku, dan karena Aku hendaklah menyempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan supaya kamu terpimpin”. (QS. Al-Baqarah : 150)
Karena takutnya hanya kepada Allah, lapang dan lega dadanya menghendaki tugas menyampaikan janjian hiburan dan ancaman wahyu kepada manusia.
“Inilah sebab kitab yang diturunkan kepada kamu, oleh sebab itu janganlah sesak dalam dadamu karenanya, untuk engkau ancam manusia dengan dia dan sebagai perintah bagi orang yang ber-Iman”. (QS. Al-A’raaf : 2)
#570
Tidak ada komentar:
Posting Komentar