"... dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan." (TQS. Al-Hasyr (59) : 2).
Selasa pagi kurang lebih 2 jam sebelum Subuh 29 Mei 1453 H, Sultan Mehmed II membagi 2 gelombang pasukannya menggempur benteng Konstantinopel. Gelombang pertama, pasukan azap, pasukan non-rguler, pasukan terbesar Utsmani dalam jumlah. Sedangakan gelombang kedua, pasukan yang tersusun dari para Akinci dan Sipahi, pasukan Anatolia dan ropa yang terlatih dan berperlengkapan perang lebih lengkap dari pasukan azap.
Titik gempuran darat dibagi menjadi 3 titik; tembok mesoteichion (antara gerbang St. Romanus dan gerbang Charisian di lembah Lycus), Istana Blachernae dan gerbang Militer II di sisi selatan.
Titik gempuran laut terfokus pada tembok-tembok laut Marmara dan teluk Tanduk Emas.
Terompet mulai dibunyikan, kemudian diikuti suara drum, simbal dan tamborin melagukan musik khas Utsmani. Pasukan azap maju laksana mencari kematian. Takbir menggema berikut tangga-tangga yang menancap di tembok-tembok Konstantinopel; memanjat bergantian mendapatkan pasukan Konstantinopel diatas tangga. Harum darah syuhada memenuhi lembah Konstantinopel sepertiga malam akhir hari itu.
Setelah 2 jam, Sultan menarik pasukannya meminta mereka istirahat dan sholat Subuh berjama'ah. Segera setelah sholat Subuh serangan gelombang kedua daripasukan Akinci yang memiliki kelengkapan perang lebih baik, terlatih dan berani. Dalam 1 jam banyak syuhada dari pasukan Utsmani.
Disela-sela ketegangannya Sultan meminta utusannya untuk menjemput Syaikh Aaq Syamsuddin ke garis depan. Tetapi utusannya kembali dengan mendapat jawaban bahwa Syaikh Syamsuddin tidak ingin bertemu dengan siapapun. Mendengar jawaban itu Sultan Mehmed II segera menuju kemah Syaikh Syamsuddin secara pribadi, namun Sultan tetap tidak diijinkan masuk. Marahlah Sultan mendengarnya, dicabutnya pedang dan dirobeklah kemah Syaikh Syamsuddin. Tampaklah saat itu Syaikh Syamsuddin tengah bersujud hingga terlepas sorban dan terlihat rambut putihnya. Ketika Syaikh bangkit dari sujud terlihat oleh Sultan air mata beliau berlinang seperti tengah bermunajat memohon penaklukan Konstantinopel dalam waktu dekat.
Tatkala Sultan Mehmed II kembali ke garis depan peperangan, meriam Utsmani berhasil menghantam tembok Konstantinopel dan membuat lobang yang cukup lebar, sehingga 300 pasukan Utsmani merangsek masuk kedalamnya dan berteriak "Kota telah ditaklukkan!!!". Tetapi pasukan Muslim berhasil dihalau keluar oleh kaisar Constantine.
Fajar mulai merekah. Sultan Mehmed II memacu kudanya ke parit garis pertahanan menemani pasukan Yeniseri, lalu takbir berkali-kali menghantarkan pasukan menuju tembok Konstantinopel. Sesaat kemudian, Sultan memberi perintah kepada ribuan pemanah dan pelontar batu untuk memenuhi langit Konstantinopel dengan anak panah dan batu. Gelombang pasukan ketiga ini bergerak rapi teratur dan mencapai tembok Konstantinopel.
Pertempuran jarak dekat dengan dentingan pedang, teriakan, cercaan, darah dan pekikan kematian bersatu. Pasukan Constantine dan Giustiniani berhasil mengatasi serangan pasukan Yeniseri di lembah Lycus. Harapan kaum Muslim datang dari tembok Istana Blachernae, 50 tentara Muslim pimpinan Karaja Pasha berhasil memanjat tembok dan mengganti bendera St. Mark dengan bendera Utsmani sebelum akhirnya bisa diatasi pasukan Konstantinopel.
Di pertempuran lembah Lycus, keadaan berbalik sebuah tembakan meriam memecahkan tembok dan Giustiniani terluka serpihan peluru meriam. Pada saat bersamaan Hasan Ulubut salah seorang prajurit Utsmani yang berbadan besar bersama 30 tentara Yeniseri berhasil mendobrak pertahanan Konstantinopel dan menancapkan bendera Utsmani diatas gerbang, pasukan Konstantinopel berlarian menyelamatkan diri waktu demi waktu, pasukan Yeniseri berhasil menjebol pertahanan musuh di Mesoteichion dan berhasil masuk laksana air bah.
Konstantinopel dalam kepanikan, penduduk sipil mencari perlindungan dan menyelamatkan diri, pasukan bertahan dikepung dan dipaksa menyerah tanpa syarat, tetapi ada juga yang memilih mati dengan pedang dan tombak kaum Muslim.
Selapis demi selapis garis pertahanan Konstantinopel lumpuh, Giustiniani komandan pasukan gabungan melarikan diri berikut prajurit Venesia. Sedangkan kaisar Constantine hilang ditelan perang tak bisa diketemukan. (Dirangkum dari buku "Muhammad Al-Fatih 1453"-nya Felix Y. Siauw; Penerbit : Al-Fatih Press, Jakarta Utara; Cetakan ke-7, Juni 2014, halaman 241 - 252).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar