"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 30 Oktober 2015

Profesor Gemblung

Note Trip, 17 Muharram 1437 H. Siang hari 3 hari yang lalu aku memperhatikan percakapan beberapa orang di warung makan. Sebut saja mereka; Profesor Gemblung, Clurut, Bidadari dan Bijak.
Kira-kira pembicaraan mereka seperti ini;
Profesor Gemblung : "Di dalam 114 surat Al Qur'an, Tuhan tidak pernah memerintahkan manusia untuk shalat istisqo' untuk minta hujan, sebab Tuhan Maha Tahu bahwa manusia bisa menciptakan hujan walaupun saat ini belum sempurna !"
Bidadari : "Di Qur'an memang tidak ada ayat khusus tentang sholat istisqo', tetapi opo sampeyan lupa bahwa Allah mengutus Rasul untuk di imani, apa yang diperbuat dan tutur beliau atas bimbingan-Nya untuk diikuti,  Repot kalau ngomong sama orang yang tidak percaya hadits".
"Waduh mbak bidadari, sepertinya paling ngerti soal agama bak ustadzah. Blung.... Kita perlu bikin waktu khusus untuk ngaji sama beliau", kata Clurut dengan nada ketus.
Bijak : Shalat istisqo' hukumnya sunnah muakkadah (sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering, karena Rasulullah ﷺ memerintahkan hal tersebut, sebagaimana dalam hadits yang dituturkan ibunda ‘Aisyah radhiallahu’anha : “Orang-orang mengadu kepada Rasulullah ﷺ tentang musim kemarau yang panjang. Lalu beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat tanah lapang, lalu beliau membuat kesepakatan dengan orang-orang untuk berkumpul pada suatu hari yang telah ditentukan”. Aisyah radhiallahu’anha lalu berkata, “Rasulullah ﷺ keluar ketika matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di mimbar. Beliau ﷺ bertakbir dan memuji Allah Azza wa Jalla, lalu bersabda, “Sesungguhnya kalian mengadu kepadaku tentang kegersangan negeri kalian dan hujan yang tidak kunjung turun, padahal Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya dan Ia berjanji akan mengabulkan doa kalian” Kemudian beliau mengucapkan: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. (QS. Al-Fatihah: 2-4). laa ilaha illallahu yaf’alu maa yuriid. allahumma antallahu laa ilaha illa antal ghaniyyu wa nahnul fuqara’. anzil alainal ghaitsa waj’al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaghan ilaa hiin (Tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Maha kaya sementara kami yang membutuhkan. Maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan).” Kemudian beliau terus mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau membalikkan punggungnya, membelakangi orang-orang dan membalik posisi selendangnya, ketika itu beliau masih mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar dan shalat dua raka’at. Lalu Allah mendatangkan awan yang disertai guruh dan petir. Turunlah hujan dengan izin Allah. Beliau tidak kembali menuju masjid sampai air bah mengalir di sekitarnya. Ketika beliau melihat orang-orang berdesak-desakan mencari tempat berteduh, beliau tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya, lalu bersabda: “Aku bersaksi bahwa Allah adalah Maha kuasa atas segala sesuatu dan aku adalah hamba dan Rasul-Nya” (HR. Abu Daud no.1173, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Profesor Gemblung : "Maturnuwun pencerahannya mas Bijak, tapi ini konteksnya lebih kepada banjir yang melanda ya mas !
"Lagi-lagi profesor gemblung tidak utuh menyimak hadits", gumamku dalam hati.
Bijak : "Yang utama kita bertaubat dulu minta pengampunan pada Sang Pencipta, karena Tuhan mencipta jagad raya dalam keseimbangan sempurna, karena dosa kita keseimbangan menjadi tidak sempurna, karenanya jangan selalu memohon pada Tuhan oleh ketidak-nyamanan hidup kita karena ulah kita sendiri, Taubat nasional saja kita ini, berlaku lurus sesuai fitrah umat, berserah total pada-Nya, Tuhan akan menyiapkan kebutuhan kita, amin.
Profesor Gemblung : "Mas Bijak, aku merasa tidak salah kok diajak taubat ! ya kita diberi kesempatan bisa berfikir ya harus bersyukur kepada-Nya dan memanfaatkan anugerah dan karunia-Nya ya to mas ..?"
"Waduh sepertinya si Profesor Gemblung ini mewarisi karakter iblis", gumamku dalam hati.

Hari yang menyenangkan, sebuah pelajaran berharga bertemu orang seperti Abdullah bin Ubayy bin Salul, yang gemar memporak-porandakan keimanan seseorang, sepertinya ia punya misi untuk tidak mempercayai sabda dan tindakan Rasulullah ﷺ, atau bisa jadi aku tengah bertemu iblis yang mewujud nyata, iblis yang dengan kesombongannya mengatakan "aku diciptakan dari api, bahan yang paling baik menurutku" saat diperintah sujud pada manusia yang terbuat dari tanah. Ampuni aku rahmati aku yang mendengar tapi belum sanggup menasehati profesor gemblung itu.
-------------------------------
Baca Juga :
Abdullah Bin Ubayy Bin Salul 
Cara Menghadapi Yahudi   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar