Wirda tengah diajari membatik oleh mbak Selly |
Sabtu, 9 Agustus 2014 lalu, Wirda Salamah Ulya putri ustadz Yusuf Mansur belajar membatik di kampung Batik Trusmi. Di bawah arahan mbak Selly Giovanny istri mas Ibnu Riyanto pemilik Pusat Grosir Batik Trusmi Cirebon Jl. Trusmi Kulon No.148, Plered Cirebon, dengan tekun Wirda mencanting malam diatas kain batik seukuran 25 cm x 25 cm. Terbayang olehku keseruanya bila Wirda jadi supervisornya lalu para pengrajin batik sambil bekerja sekalian setoran hafalan Qur'an. Mengingat sejarah terbentuknya kampung batik ini juga tak lepas dari peran Ki Gede Trusmi, salah satu murid Sunan Gunungjati dalam menyebarkan Islam sambil mengajarkan membatik.
Di sepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km dari desa Trusmi sampai
Panembahan, saat ini banyak kita jumpai puluhan showroom batik. Berbagai
papan nama showroom nampak berjejer menghiasi setiap bangunan yang ada
di tepi jalan. Munculnya berbagai showroom ini tak lepas dari tingginya
minat masyarakat terutama dari luar kota terhadap batik Cirebon.
Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional.
Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga
sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini
dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan
dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini
muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang
masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi di antaranya
seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung,
Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten,
Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, dan lain-lain. (diambil dari berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar