Tak Lupa selalu shot yang manis |
TravelNusa (Traveler Nusantara) mencoba melakukan perjalanan ber-BRT-ria dimulai dari Shalter depan SD Srondol sekitar jam 08.00 WIB dengan menggunakan BRT II-018 dengan kondektur mbak Indah Wahyuningsih menuju Terboyo perjalanan lancar melewati shalter Tembalang - shalter Jatingaleh - shalter Kesatrian - shalter Don Bosco - shalter Akpol - shalter Papandayan - shalter Elizabeth dan aku bertanya kepada mbak Indah bisakah pergi ke Cangkiran tanpa harus menggunakan BRT koridor 1 dan oleh beliau disarankan untuk berganti bis di shalter Stasiun Tawang (Shalter terakhir koridor 4), perjalanan berlanjut ke shalter Gajahmungkur - shalter Ngaglik - shalter Mapolrestabes - shalter RST Bhakti Wira Tamtama - shalter SMAN 5 - shalter Mandiri - shalter Johar - shalter Layur dan shalter Stasiun Tawang. Kemudian TravelNusa (Traveler Nusantara) pindah bis BRT IV-001, dari shalter Stasiun Tawang melewati jalan Cendrawasih dan jalan Letjen Suprapto - shalter Kota Lama - melewati jalan Kol Sugiono dan jalan Imam Bonjol - shalter Pegadaian - shalter Stasiun Poncol - melewati jalan Tanjung lalu jalan Pemuda - shalter Balaikota - shalter Pasar Bulu - shalter Sugiyono - shalter Karangayu - shalter Cakrawala - shalter Muradi - shalter Pengadilan dan terus sampai Cangkiran.
Dari terminal Cangkiran TravelNusa (Traveler Nusantara) kembali menempuh perjalanan pulang dengan membeli tiket sebelumnya. Dengan BRT IV-003 TravelNusa (Traveler Nusantara) memulai perjalanan dari terminal Cangkiran. Dan sesampainya di shalter Transit Pengadilan TravelNusa (Traveler Nusantara) bertanya mencari tahu; apakah bisa ikut rute koridor 4 sampai shalter Balaikota, dan dijawab boleh tetapi harus bayar lagi karena pemberhentian terakhir koridor 4 di shalter Stasiun Tawang. TravelNusa (Traveler Nusantara) putuskan untuk ikut sampai shalter Stasiun Tawang karena pengen tahu rute-rute yang dilewati. Dari shalter Karangayu - shalter Sugiyono - shalter Pasar Bulu - shalter Imam Bonjol - shalter Stasiun Poncol - shalter Pegadaian - shalter Layur dan sampailah di terminal akhir koridor 4, shalter Stasiun Tawang. Dengan BRT IV-001 lagi TravelNusa (Traveler Nusantara) menuju arah pulang dan berpindah di shalter Balaikota untuk selanjutnya pindah ke koridor 2 dengan BRT II-015 dan mengakhiri perjalanan di Shalter Tembalang. Nice Trip with BRT Trans Semarang.
Ciri BRT koridor 4 tempat duduk warna merah |
Kawasan Sejarah
Taman Diponegoro adalah taman di depan shalter Elizabeth ini dibangun menyusul lahirnya Kota Praja Semarang pada tahun 1906. Pada waktu itu, Dewan Pengelola Kota menilai bahwa kota Semarang bawah sudah mulai kumuh sehingga diputuskan untuk membuka daerah Candi Baru, terutama untuk permukiman. Maka pada tahun 1925, kawasan ini mulai dibangun. Taman Diponegoro merupakan pusat dari kawasan permukiman Candi Baru, dahulu taman ini disebut Raadsplein. Rencana pengembangan kawasan Candi yang yang dilakukan oleh Thomas Karsten pada tahun 1916, maka diperkirakan keberadaan raadsplein mulai tahun 1916. Konsep yang diterapkan Thomas Karsten dalam merancang kawasan ini adalah Garden City, yang menguatkan perancangan raadsplein, yaitu menurut Thomas Karsten bangunan-bangunan kota yang membentuk public urban space sebagai pokok atau central permasalahan. Perancangan Raadsplein dengan perancangan Burgermeesterwoning di sebelah utaranya, membentuk aksis yang kuat bertujuan untuk mencerminkan kekuasaan walikota pada waktu itu. Dan juga merupakan penyelesaian kondisi topografi tanah yang miring.
Taman ini berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 50 x 15 meter, dengan bagian tengah terdapat plaza berbentuk bulat dengan axis utara-selatan. Kondisi taman ini masih tetap dipertahankan dengan pohon-pohon yang tertata untuk menambah kesejukan lingkungan dengan memanfaatkan kondisi tofografis alami. Pola taman ini dipengaruhi oleh konsep taman-taman vista di Perancis pada massa Renaisance. Taman Diponegoro dirancang dengan sumbu menghadap ke rumah dinas Kasdam Diponegoro atau Rumah Dinas Walikota Semarang (dulu). (baca : Semarangan Loenpia).
Taman ini berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 50 x 15 meter, dengan bagian tengah terdapat plaza berbentuk bulat dengan axis utara-selatan. Kondisi taman ini masih tetap dipertahankan dengan pohon-pohon yang tertata untuk menambah kesejukan lingkungan dengan memanfaatkan kondisi tofografis alami. Pola taman ini dipengaruhi oleh konsep taman-taman vista di Perancis pada massa Renaisance. Taman Diponegoro dirancang dengan sumbu menghadap ke rumah dinas Kasdam Diponegoro atau Rumah Dinas Walikota Semarang (dulu). (baca : Semarangan Loenpia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar