Bagi yang yakin dirinya akan kembali pada Allah, maka baginya ketaatan itu suatu hal yang mudah. Begitupun Muslimah yang yakin akan hari pertemuan dengan Allah, baginya menutup aurat bukan sebuah pilihan namun satu ibadah. Bagi yang yakin Allah senantiasa dekat dan selalu mengawasi, menjauhi maksiat dan larangan baginya bagian dari rasa malu diri. Begitu juga Muslimah yang istiqomah menutup aurat karena dia tahu Allah tak pernah lalai dan Maha Melihat. Bagi yang meyakini mati dan adanya hari penghitungan, tak perlu banyak alasan baginya untuk taat pada Allah. Bagi yang meyakini adanya hari pembalasan, itu cukup untuk membuatnya istiqomah dalam taat. Kita bertanya-tanya pada Muslimah yang masih menunda berhijab, adakah dia sangka Alllah membiarkan tanpa tanggungjawab? Kita heran pada Muslimah yang masih bangga menebar aurat, adakah dia rasa Allah tak hitung amalnya dan Allah tak melihat? Bagi orang yang lembut hatinya, kalimat "takutlah engkau akan Allah" Sudah cukup membuatnya gemetar, dan menjadi taat tanpa alasan. Bagi orang yang halus jiwanya, "cukuplah mati sebagai pengingat". Lebih dari pengingat untuk senantiasa menutup setiap aurat. Hanya ketaatan yang bisa benar menenangkan, sedang maksiat hanyalah sebatas angan-angan. (Ustadz Felix Siauw).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar