Dengan pasukan yang sudah berjaya itu Usamah kembali, dan Abu Bakr menyambutnya di luar kota Medinah. Abu Bakr datang menyongsongnya bersama-sama sejumlah Muhajirin dan Ansar terkemuka untuk menyambutnya. Semua mereka dalam suasana gembira, ditambah lagi dengan penduduk Medinah yang menyusul Abu Bakr dan rombongannya. Mereka bersorak sorai gembira sebagai penghargaan atas keberanian Usamah dan pasukannya itu. Begitu ia memasuki kota Medinah dengan kemenangan yang membawa kebanggaan itu, langsung ia menuju mesjid melakukan shalat syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya dan kepada Muslimin.
Pasukan itu pulang kembali ke Medinah setelah empat puluh hari, ada juga yang menyebutkan sesudah tujuh puluh hari sejak keluar dari kota itu.
Ada beberapa Orientalis yang berupaya hendak meremehkan dan memperkecil arti ekspedisi itu, termasuk luapan gembira dan penghargaan kaum Muslimin atas mereka yang telah membawa kemenangan itu. Orientalis V. Vacca, editor “Usamah” dalam Dã’iratul Ma’arif al-Islamiyah (Encyclopedia of Islam) mengatakan “Kemenangan Usamah ini telah membawa kegembiraan dalam hati penduduk Medinah setelah dirisaukan oleh adanya perang “Riddah”. Kemenangan itu menjadi begitu penting, tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Bahkan kemudian dianggap sebagai pembuka jalan adanya serangan yang ditujukan ke Syam.”
Memang benar peperangan ini tidak besar dibandingkan dengan arti perang zaman sekarang, juga tidak besar dibandingkan dengan beberapa peperangan yang pernah terjadi waktu itu. Usamah memang membatasi serangannya yang mendadak terhadap kabilah-kabilah itu dan merampas mereka tanpa harus menemui pasukan Rumawi. Tetapi yang jelas, peristiwa ini membawa pengaruh besar dalam kehidupan kaum Muslimin, dan dalam kehidupan orang-orang Arab yang berpikir hendak mengadakan pemberontakan, dan dalam kehidupan Rumawi sendiri yang bermaksud melebarkan sayapnya sampai ke perbatasan. Musuh-musuh mereka dari kalangan Arab yang mendengar berita ekspedisi itu berkata :
“Kalau mereka tidak punya kekuatan tentu tidak akan mengirimkan pasukan yang akan menimbulkan rasa iri pada kabilah-kabilah yang kuat yang jauh dari mereka.”
Pengaruh Gerakan Usamah Terhadap Pihak Arab dan Rumawi
Ketika berita ekspedisi itu disampaikan kepada Heraklius, ía terkejut sekali, ia segera mengirimkan pasukan yang berkekuatan besar ke Balqa’, ini suatu bukti yang nyata bahwa pihak Muslimin setelah peristiwa ekspedisi ini benar-benar diperhitungkan. baik oleh Rumawi maupun oleh orang-orang Arab sendiri, sehingga pihak Arab bagian utara —selain Dumat (Daumat) al-Jandal (Dumatul Jandal) tidak lagi menghasut untuk menyerbu Medinah.
Selain di bagian utara, di seluruh Semenanjung Arab itu keadaannya tidak demikian. Di atas sudah kita lihat, bahwa kabilah-kabilah di tempat-tempat lain semua mau membangkang pada saat-saat terakhir kehidupan Nabi, dan kita lihat pula ada sebagian mereka yang mendakwakan diri nabi. Kalau tidak karena rasa takut yang menguasai kabilah-kabilah dan mereka yang mengaku-ngaku nabi itu karena sikap Rasulullah yang tegas serta keberanian kaum Muslimin di samping iman mereka yang tangguh, niscaya akan banyak daerah yang akan mengadakan pembangkangan. Setelah Muhammad kembali ke sisi Tuhannya, orang-orang Arab itu banyak yang murtad, baik secara bersama-sama atau masing-masing kabilah sendiri-sendiri. Di sana sini kaum munafik bermunculan, orang-orang Yahudi dan Nasrani bersiap-siap. Pihak Muslimin sendiri memang dalam kegelisahan selelah Nabi tiada, sedang jumlah mereka tidak banyak. Sebaliknya pihak musuh tidak sedikit jumlahnya. Menghadapi hal demikian perlu ada suatu politik yang tegas dan bijaksana, yang akan dapat mengembalikan segala sesuatunya ke tempat semula, membela agama Allah sejak dari awal pertumbuhannya.
Dan inilah yang telah dilakukan oleh Abu Bakr tatkala mengerahkan pahlawan-pahlawan Islam itu menghadapi kaum murtad dan para pembangkang terhadap agama Allah dan Rasul-Nya.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 84 - 86.
Pasukan itu pulang kembali ke Medinah setelah empat puluh hari, ada juga yang menyebutkan sesudah tujuh puluh hari sejak keluar dari kota itu.
Ada beberapa Orientalis yang berupaya hendak meremehkan dan memperkecil arti ekspedisi itu, termasuk luapan gembira dan penghargaan kaum Muslimin atas mereka yang telah membawa kemenangan itu. Orientalis V. Vacca, editor “Usamah” dalam Dã’iratul Ma’arif al-Islamiyah (Encyclopedia of Islam) mengatakan “Kemenangan Usamah ini telah membawa kegembiraan dalam hati penduduk Medinah setelah dirisaukan oleh adanya perang “Riddah”. Kemenangan itu menjadi begitu penting, tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Bahkan kemudian dianggap sebagai pembuka jalan adanya serangan yang ditujukan ke Syam.”
Memang benar peperangan ini tidak besar dibandingkan dengan arti perang zaman sekarang, juga tidak besar dibandingkan dengan beberapa peperangan yang pernah terjadi waktu itu. Usamah memang membatasi serangannya yang mendadak terhadap kabilah-kabilah itu dan merampas mereka tanpa harus menemui pasukan Rumawi. Tetapi yang jelas, peristiwa ini membawa pengaruh besar dalam kehidupan kaum Muslimin, dan dalam kehidupan orang-orang Arab yang berpikir hendak mengadakan pemberontakan, dan dalam kehidupan Rumawi sendiri yang bermaksud melebarkan sayapnya sampai ke perbatasan. Musuh-musuh mereka dari kalangan Arab yang mendengar berita ekspedisi itu berkata :
“Kalau mereka tidak punya kekuatan tentu tidak akan mengirimkan pasukan yang akan menimbulkan rasa iri pada kabilah-kabilah yang kuat yang jauh dari mereka.”
Pengaruh Gerakan Usamah Terhadap Pihak Arab dan Rumawi
Ketika berita ekspedisi itu disampaikan kepada Heraklius, ía terkejut sekali, ia segera mengirimkan pasukan yang berkekuatan besar ke Balqa’, ini suatu bukti yang nyata bahwa pihak Muslimin setelah peristiwa ekspedisi ini benar-benar diperhitungkan. baik oleh Rumawi maupun oleh orang-orang Arab sendiri, sehingga pihak Arab bagian utara —selain Dumat (Daumat) al-Jandal (Dumatul Jandal) tidak lagi menghasut untuk menyerbu Medinah.
Selain di bagian utara, di seluruh Semenanjung Arab itu keadaannya tidak demikian. Di atas sudah kita lihat, bahwa kabilah-kabilah di tempat-tempat lain semua mau membangkang pada saat-saat terakhir kehidupan Nabi, dan kita lihat pula ada sebagian mereka yang mendakwakan diri nabi. Kalau tidak karena rasa takut yang menguasai kabilah-kabilah dan mereka yang mengaku-ngaku nabi itu karena sikap Rasulullah yang tegas serta keberanian kaum Muslimin di samping iman mereka yang tangguh, niscaya akan banyak daerah yang akan mengadakan pembangkangan. Setelah Muhammad kembali ke sisi Tuhannya, orang-orang Arab itu banyak yang murtad, baik secara bersama-sama atau masing-masing kabilah sendiri-sendiri. Di sana sini kaum munafik bermunculan, orang-orang Yahudi dan Nasrani bersiap-siap. Pihak Muslimin sendiri memang dalam kegelisahan selelah Nabi tiada, sedang jumlah mereka tidak banyak. Sebaliknya pihak musuh tidak sedikit jumlahnya. Menghadapi hal demikian perlu ada suatu politik yang tegas dan bijaksana, yang akan dapat mengembalikan segala sesuatunya ke tempat semula, membela agama Allah sejak dari awal pertumbuhannya.
Dan inilah yang telah dilakukan oleh Abu Bakr tatkala mengerahkan pahlawan-pahlawan Islam itu menghadapi kaum murtad dan para pembangkang terhadap agama Allah dan Rasul-Nya.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 84 - 86.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar