"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Minggu, 13 April 2014

Perselisihan yang terdapat dalam keempat Injil (1)

TENTANG SILSILAH YESUS
  • Dalam Matius : 1 : 1 – 16 disebutkan bahwa Yesus itu keturunan Nabi Daud yang ke 27, keluar dari Nabi Sulaiman putra Nabi Daud; dan Yesus sendiri adalah anak Yusuf, dan Yusuf anak Yakub, Yakub anak Matan, dan Matan anak Eliazar, seterusnya sampai kepada Nabi Sulaiman putra Nabi Daud.
  • Tapi dalam Injil Lukas 3 : 23 – 24 Yesus juga keturunan Nabi Daud tetapi keluar dari puteranya yang bernama Natan, bukan Sulaiman. Disebutkan bahwa Yesus anak Yusuf, Yusuf anak Heli, Heli anak Malat, Malat anak Lewi dan seterusnya melalui nama-nama yang berlainan sekali dengan yang tersebut dalam Injil Matius, dan ternyata bahwa Yesus keturunan Nabi Daud yang ke 42 berselisih 15 generasi dari Injil Matius, satu perbedaan yang menyolok!

Yesus tidak berbapa?
Dalam Matius 1 : 18 dan Lukas 1 : 27 dinyatakan bahwa Yesus dilahirkan tidak dari seorang bapa manusia, tetapi lahir dari seorang gadis Maryam yang dituruni oleh Ruhul-Kudus atau Kalam Allah. Dengan demikian Yesus sebagai manusia tidak mempunyai bapa. Adapun Yusuf adalah tunangan Maryam itu. Jika demikian maka tidak selayaknya meletakkan nama Yesus sebagai anak Yusuf seperti yang tersebut di atas. Adalah lebih tepat kalau nama Yesus diletakkan sebagai anak Maryam. Tetapi dalam keempat Injil tidak diberitakan anak siapa Maryam itu. Jika silsilah keturunan harus dibangsakan kepada bapa, maka Injil Markus dan Yahya lebih tepat karena tidak memuat silsilah Yesus itu, jika memang benar Yesus dilahirkan oleh anak dara Maryam dengan tidak mempunyai bapa.

Yesus mempunyai bapa?
Tentang lahirnya Yesus dari seorang anak dara Maryam yang dituruni oleh Kalam Allah sebagaimana yang diajarkan oleh agama Masehi, adalah telah sejak lama dibantah oleh beberapa golongan yang berpendapat bahwa Yesus itu anak dari Yusuf, dan bahwa keterangan dari Injil itu adalah bersumber pada Kitab Yesaya yang telah dirobah; dan kepercayaan bahwa Yesus lahir dari anak dara itu adalah disesuaikan dengan dewa-dewa againa Hellenisme seperti Apolo di tanah Gerika, Mithra di Persia, Adonis di Syria, Osiris di Mesir, Herakles dan lain-lain sebagainya. Kesemua dewa-dewa itu menurut dongengan kuno adalah manusia dilahirkan oleh anak dara yang suci tanpa bersentuhan dengan lelaki, dan dianggap sebagai anak Tuhan.
Mereka tidak membenarkan apa yang ditulis oleh Matius dalam Injilnya, dan menerangkan bahwa sumber pengambilan Injil Matius yaitu Kitab Nabi Yesaya pasal 7 ayat 14 tidak menyebutkan bahwa yang melahirkan Yesus seorang anak dara tetapi seorang wanita muda tetapi kemudian kata-kata “wanita muda” dalam bahasa aslinya Iberani itu telah dirobah atau diganti dengan kata yang dapat diterjemahkan dengan anak dara. Di bawah inilah bunyi ayat Yesaya yang diambil oleh Matius itu :
“Maka sebab itu diberikan Tuhan sendiri suatu tanda alamat kepadamu kelak. Bahwasanya anak-dara itu akan mengandung dan beranakkan laki-laki seorang dan dinamainya akan dia Immanuel”. (Yesaya pasal 7 ayat 14).
Maka dalam mengisahkan lahirnya Yesus, Matius mengutip ayat tersebut di atas :
18. “Adapun kelahiran Yesus Kristus demikian halnya : Tatkala Maryan, yaitu ibunya, bertunangan dengan Yusuf, sebelum keduanya bersetubuh, maka nyatalah Maryam itu hamil dari pada Ruhul Kudus”.
22. “Maka sekaliannya itu berlaku, supaya sampailah barang yang difirmankan oleh Tuhan dengan lidah Nabi, bunyinya :
23. “Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan benanakkan seorang anak laki-laki, dan disebut orang namanya “Immanuel”, yang diterjemahkan artinya “Allah beserta kita”.
25. “Maka tiadalah Yusuf bersetubuh dengan Maryam sehingga Maryam melahirkan seorang anak laki-laki, lalu diberinya nama Yesus”. (Ayat 24 menerangkan bahwa Yusuf mengawini Maryam dalam keadaan hamil dari pada Ruhul Kudus).
Arnold Toynbee dalam bukunya “A Study of History” jilid VI hal 268 menulis : “Ceritera-ceritera ini (tentang dewa-dewa yang lahir dari anak dara) telah mendapat persamaannya dalam dongengan agama Nasrani tentang kelahinan Yesus; serta ayat yang dituruti oleh Matius menunjukkan adanya pengaruh langsung dari agama Hellenisme. Pengaruh ini sudah tentu tidak melalui sesuatu kitab; tetapi dengan jalan bahwa kepercayaan (tentang dewa-dewa itu) yang telah tersiar meluas pada segala bangsa dan agama itu telah diambil dan dipergunakan untuk membangun i’tikad agama Nasrani. Bagaimanapun juga, antara ayat-ayat dalam Injil Matius dan dongengan tentang kelahiran Plato merupakan persamaan yang nyata. Sebelum perkawinan Maryam dengan Yusuf dilaksanakan, Maryam telah mengandung. Yusuf bermaksud meninggalkan dia tetapi Malaikat Allah mendatanginya dalam mimpi serta memberitahukan kepadanya apa yang telah terjadi (Maryam hamil karena Ruhul Kudus) dan tentang hari depan anak itu. Karena mentaati wahyu ini, Yusuf laksanakan apa yang diperintahkan Tuhan, yaitu mengambil Maryam menjadi isterinya dan tidak mengumpulinya sebelum kandungan yang pertama ini lahir — perintah ini sama dengan perintah Tuhan kepada ayah Plato (E. Meyer: Ursprung und Anfange des Christentum jilid I hal. 56 – 7)”.
Yaitu :
Plato lahir dari ibunya yang bernama Amphictione. Ia ini hamil karena dewa Apollo; sedang Ariston suaminya, dilarang mengumpuli isterinya sebelum anak itu lahir.
Kemudian Arnold Toynbee mengutip dari karangan Fr. Pfister : “Herakles und Christus” dalam “Archiv fur Religionswissenschaft”, tentang persamaan yang lebih nyata antara kelahiran Herakies dan Yesus. Amphitryon menahan diri tidak mengumpuli isterinya yang bernama Alcmena yang baru saja dinikahinya, sebab ia telah hamil karena Tuhan, Sebelum anak Tuhan itu lahir, kedua laki isteri itu berpindah tempat dari Mycenae ke Thebes, seperti juga Yusuf dan Maryam sebelum lahirnya Yesus, berpindah dari Nazaret ke Betlehem.
Seterusnya ia mengutip dari buku karangan E. Meyer tersebut di atas, bahwa bangsa Yahudi tidak mengharapkan datangnya Al-Masih lahir dari seorang anak dara. Al-Masih itu adalah manusia biasa, bukan Tuhan dan bahkan tidak memiliki sifat ketuhanan, demikian pula dia itu bukan Yesus. Menurut P.J. Migne dalam kitabnya “Patrologia Graeca”, seorang kritikus Yahudi Tryph berkata : “Ayat dari Kitab Suci (kitab Nabi Yesaya pasal 7 ayat 14) tidak berbunyi : Bahwasanya anak-dara itu akan mengandung dan beranakkan laki-laki seorang, tetapi : Bahwasanya perempuan muda itu akan mengandung dan beranakkan lelaki seorang”.
Kritikus Yahudi ini selanjutnya berkata ayat Yesaya itu tidak meramalkan Yesus, tetapi Hizkiah. Orang Nasrani harus merasa malu karena telah menjiplak dongengan Hellenisme, dan seharusnya mengakui bahwa Yesus adalah manusia biasa dan ibu bapanyapun manusia pula. Kritik Trypho ini dijawab oleh seorang failasuf Nasrani Justin Martyr demikian : “Jika kami orang Nasrani menyatakan bahwa Yesus dilahirkan oleh anak-dara, maka dalam agamamu Hellenisine juga ada ceritera semacam itu mengenai Perseus’. (Perseus menurut dongengan Hellenisme adalah anak dari seorang anak-dara bernama Danae yang menjadi hamil karena Dewa Zeus-pen).
Demikianlah Arnold Toynbee.
Jika andaikata benarlah kata Trypho bahwa Yesus itu anak manusia, maka lain tidak Yusuflah bapanya itu, bukan orang lain. Anehnya, setelah Matius menerangkan bahwa Yesus lahir dari anak-dara Maryam, ia masih juga meletakkan Yesus sebagai anak Yusuf dalam silsilahnya; bahkan Lukas juga berbuat demikian. Orang-orang Yahudi pun mengetahui bahwa Yesus itu anak Yusuf, seperti diriwayatkan dalam Injil Matius, Injil Lukas dan Injil Yahya :
“Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Dan bukankah ibunya bernama Maryam? Dan saudara-saudaranya Yakub, dan Yusuf dan Simon dan Yudas ?” (Matius 13 : 55).
“Maka sekalian orang itupun menyungguhkan Dia, serta heran akan perkataannya yang elok keluar dari pada mulutnya, sambil katanya: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?”” (Lukas 4 : 22).
“Maka kata mareka itu : Bukankah mereka ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kami kenal? Bagaimanakah orang ini dapat berkata : aku ini turun dari surga?” (Yahya 6 : 42).
Bahkan Pilipus, sahabat dan murid Yesus yang keempat, berkata bahwa Yesus itu anak Yusuf :
“Kemudian berjumpa Pilipus itu dengan Natanael, lalu berkata kepadanya : “Kami sudah jumpa Dia, yang dari halnya disuratkan oleh Musa dalam Taurat, dan oleh segala Nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf, orang Nazaret (Yahya 1 : 45).
Adapun Rasul Paulus yang dianggap paling mulia dan suci, ada pernah mengatakan bahwa Yesus anak Allah itu keadaan tubuhnya dari keturunan Daud, tetapi keadaan Rohnyalah yang ditetapkan menjadi Anak Allah dan menjadi Tuhan. Dan perkataannya itu dapat diambil kesimpulan bahwa Yesus lahir sebagai manusia biasa dari ibu-bapa manusia, kemudian rohnya diangkat menjadi anak Allah.
Demikian inilah kata Paulus :
“Dari hal Anaknya (yang menurut keadaan daging sudah jadi dan pada benih Daud, tetapi menurut keadaari roh pencuci sudah ditetapkan menjadi Anak Allah dengan kuasa, karena sebab kebangkitannya dari antara orang mati)”. (Surat Rum 1 : 3 – 4).
Akhirnya, jika orang harus percaya bahwa Yesus itu anak Yusuf, maka orang harus percaya juga kelahiran Yesus adalah hasil dari perkawinan Yusuf dengan Maryam. Artinya Yusuf mengambil Maryam sebagai isterinya sebelum ia hamil; sesuai dengan kemuliaan dan kesalehan Yesus dan ibu-bapanya.
Menurut kepercayaan agama Islam yang bersumber kepada Al-Quran, Yesus adalah seorang Nabi dan Rasul Allah seperti Nabi dan Rasul lain-lainnya. Yesus disebutkan Isa ibnu Maryam atau Isa anak Maryam. Isa lahir dari anak dara tetapi bukan Tuhan dan bukan anak Tuhan, tetapi manusia biasa seperti manusia lainnya. Tuhan jadikan dia dengan tak berbapa untuk membuktikan kekuasaan-Nya yang mutlak dan tak terbatas oleh adat kebiasaan dan pengetahuan manusia. Kalau Tuhan telah jadikan Adam dari tanah dan Hawa dari tulang rusuknya, dan bumi dari matahari dan matahari dari aether dan seluruh alam dari kekosongan; maka tentu Tuhan berkuasa pula menjadikan manusia Isa tanpa bapa.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 54-58.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar