"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 23 April 2014

Tinjauan Ilmiah Terhadap Kesehatan Nabi Muhammad s.a.w.

MENURUT catatan sejarah, Nabi Muhammad s.a.w. mendapat penyakit (yang agak kritis) hanya dua kali, yakni ketika pertengahan hidup dan menjelang meninggal dunia yang masing-masing dalam waktu singkat. Ini merupakan prestasi kehidupan manusia yang jarang terjadi pada diri seseorang hingga sekarang meskipun teknologi kedokteran untuk mencapainya terus dilakukan dengan tak henti-hentinya. Padahal beliau dilahirkan di daerah gersang, daerah rawan dan daerah yang jarang didapati air, suatu zat yang vital bagi tercapainya usaha menjaga kesehatan menurut ukuran kedokteran dewasa ini.
Banyak pemimpin dunia, seperti Napoleon Bonaparte mengagumi kepribadian beliau dalam menjaga kesehatan badan. Dengan mengirit air, beliau dapat membersihkan badan dan rambut hingga telapak kaki. Meskipun suasana di sekelilingnya penuh dengan kejahilan yang dilakukan kaum Quraisy, namun tidak menjadi halangan bagi beliau untuk menjaga kesehatannya. Resepnya ringan sekali, yaitu kedisiplinan. Kedisiplinan yang bagaimana hingga beliau selalu sehat? Beberapa buah di antaranya adalah sebagai berikut :
Pertama. Beliau selalu bangun pagi (sebelum fajar menyingsing), dan setelah shalat shubuh tidak pernah tidur kembali, tetapi dilanjutkan dengan berzikir, mengaji, dan mengerjakan yang berhubungan dengan kebutuhan keluarga.
Memang, suasana bangun pagi lebih nyaman daripada bangun ketika matahari sudah terbit, karena bangun pagi lebih menyehatkan badan. Bukankah demikian? Ini dalam arti, setelah bangun pagi jangan tidur kembali.
Anda mungkin pernah mengalami, sesudah shalat shubuh tidur kembali di mana setelah bangun kembali, pikiran jadi tak tentu alias slebor dalam beberapa jam, sehingga setidak-tidaknya menghalangi rencana yang telah diputuskan sebelumnya. Atau pikiran jadi buntu. Mau memikirkan sesuatu, sulit menghasilkan buahnya. Kadangkala jika tidur kembali setelah shalat shubuh menimbulkan suatu perasaan, seolah-olah selama hari tidak ada keberuntungan. Oleh sebab itu, tidak ada satu teori pun di bidang kedokteran yang menyatakan, seseorang yang telah bangun pagi diperbolehkan tidur kembali, kecuali untuk orang-orang yang mendapat penyakit tertentu. Bahkan ada ajaran adat yang melarang orang tidur kembali setelah bangun pagi dengan alasan yang rasional.
Kedua. Beliau makan sebelum lapar benar, dan berhenti makan sebelum kenyang.
Penulis pernah bertindak sembrono ketika berbuka puasa. Penulis saat itu melahap setiap makanan yang tersedia di meja meskipun perut sudah menunjukkan tanda kekenyangan. Keesokan harinya penulis merasakan tidak enak makan. Perut seakan-akan ingin mengeluarkan isinya alias ingin muntah. Setelah diperiksa dokter ternyata penulis terserang penyakit maag, karena sisi lambung di dalam perut agak infeksi.
Memang benar, saluran pencernaan, seperti lambung mempunyai sifat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang tidak wajar akibat adanya ketidak-disiplinan dalam mengatur makan, atau mengatur makan yang tidak sesuai dengan kondisi saluran pencernaan itu sendiri. Namun sayang, jarang sekali orang yang mau bertindak demikian, sehingga jarang sekali pula orang yang tidak pernah mendapat penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan.
Ketiga. Beliau tidak marah (positif) yang ditunggangi emosi, karena hal itu tidak menunjukkan suatu keikhlasan. Dengan kata lain, beliau marah atas dasar “lillahi ta’ala”. Beliau jika marah seperti marahnya seorang ayah kepada anaknya yang sedang bermain dengan pisau tajam. Artinya, beliau marah hanya terlihat dari wajahnya, sedangkan hatinya menunjukkan suatu tanda kasih sayang terhadap orang yang bersangkutan.
Ditinjau dari psikologi, marah yang ditunggangi emosi, Seperti yang sering dilakukan orang banyak dapat mempengaruhi fisik. Jika hal itu dilakukan terus-menerus, cepat atau lambat akan mengakibatkan terserang penyakit, seperti : tekanan darah tinggi, maag, gatal-gatal pada kulit, atau sakit kepala.
Misalkan, seorang ibu memarahi anaknya dengan emosi hingga tak lama kemudian ibu tersebut pingsan. Ini karena ibu telah sering benar memarahi anak dengan motivasi demikian, sehingga pada waktu dia memarahi untuk kesekian kalinya, kondisi pikirannya sudah tidak mampu bertahan, sehingga pingsanlah yang terjadi.
Keempat. Beliau tidak pernah minum sambil bernafas. Air yang diminumnya pun selalu dari wadah tertutup. Menurut beliau, air di wadah terbuka mudah dimasuki debu.
Dokter-dokter pun sebenarnya melarang kita minum sambil bernafas, karena selain akan menimbulkan batuk-batuk ringan, juga dikhawatirkan akan menimbulkan radang paru-paru. Perlu diketahui, ketika kita meneguk air, saluran pernafasan dengan sendirinya tertutup. Begitu pula jika kita bernafas, saluran pencernaan tertutup dengan sendirinya. Jadi jika kita minum sambil bernafas dikhawatirkan air akan masuk ke dalam paru-paru meskipun kemungkinannya kecil sekali. Tapi sayang, nasihat ini sering dilanggar. Lebih-lebih jika haus benar, nafas pun sampai tidak terkontrol ketika meneguk air.
Kelima. Beliau tidak mudah sugesti jika ada sesuatu yang menimpa tubuhnya, karena hal itu tidak menunjukkan sikap penyabar.
Sugesti di sini adalah menanggapi sesuatu yang menimpa tubuhnya dengan perasaan, sehingga orang yang bersangkutan merasa menderita. Misalkan, si Amir baru saja pulang dengan kehujanan. Karena dia pernah mendengar, orang yang kehujanan dapat menimbulkan penyakit pilek, maka dia seolah-olah sudah merasa pilek juga meskipun tingkatannya sepele.
Sikap Nabi tersebut menunjukkan, jika kita mendapat penyakit jangan ditanggapi oleh perasaan. Cukup saja oleh sistem biologis. Karena selain menimbulkan sifat tak mau tawakal kepada Allah S.W.T, juga akan menambah penyakit itu sendiri.
------------------------------------------------
Ditulis oleh Nasrullah, Majalah Al-Muslimun Nomor 157 Tahun XIII (30), Maret 1983 M, halaman 89-91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar