Sa’ad bin Abu Waqqash berkata: “Pada hari Perang Uhud, Abdullah bin Jahasy berkata kepada saya : ”Bukankah sebaiknya kita berdoa kepada Allah?” Maka, kami pergi ke sebuah tempat dan berdoalah Abdullah bin Jahasy : ”Wahai Tuhan, apabila aku bertemu dengan musuh esok hari, maka temukanlah aku dengan laki-laki yang kuat tenaga dan kesungguhannya. Aku akan melawannya demi-Mu dan dia juga akan melawanku, kemudian dia akan memotong hidung dan telingaku. Apabila aku menghadap pada-Mu, maka Engkau akan berkata : “Wahai Abdullah, siapakah yang memotong hidung dan telingamu?” Maka, aku akan menjawab : “Demi-Mu dan demi rasul-Mu.” Dan Engkau akan menjawab : “Kamu benar.”
Sa’ad berkata : “Sungguh pada sore hari itu aku melihat hidung dan telinganya tergantung pada sebuah kawat.”
Dalam riwayat yang lain diriwayatkan bahwa Abdullah bin Jahasy berdoa kepada Allah dengan berkata : “Ya Allah aku bersumpah kepada-Mu untuk menghadapi musuh besok hari. Mereka akan membunuhku, merobek perutku, serta memotong hidung dan telingaku atau semuanya. Kemudian Engkau akan bertanya kepadaku tentang hal itu. Aku akan menjawab : ”Karena Engkau.”
Sa’id bin Musayyib berkata : “Saya berdoa semoga Allah memenuhi sumpahnya yang terakhir dengan baik sebagaimana Dia memenuhi sumpahnya yang pertama.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 18-19.
Sa’ad berkata : “Sungguh pada sore hari itu aku melihat hidung dan telinganya tergantung pada sebuah kawat.”
Dalam riwayat yang lain diriwayatkan bahwa Abdullah bin Jahasy berdoa kepada Allah dengan berkata : “Ya Allah aku bersumpah kepada-Mu untuk menghadapi musuh besok hari. Mereka akan membunuhku, merobek perutku, serta memotong hidung dan telingaku atau semuanya. Kemudian Engkau akan bertanya kepadaku tentang hal itu. Aku akan menjawab : ”Karena Engkau.”
Sa’id bin Musayyib berkata : “Saya berdoa semoga Allah memenuhi sumpahnya yang terakhir dengan baik sebagaimana Dia memenuhi sumpahnya yang pertama.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 18-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar