Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 26, Allah ta'ala membuat perumpamaan dalam firman-Nya :
إِنَّ اللَّـهَ لَا يَسْتَحْىِۦٓ أَن
يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا
الَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ اللَّـهُ بِهٰذَا مَثَلًا
ۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرًا وَيَهْدِى بِهِۦ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ
بِهِۦٓ إِلَّا الْفٰسِقِينَ
Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau sesuatu yang lebih rendah dari padanya. Adapun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa perumpamaan itu benar-benar dari Tuhan mereka. Dan adapun orang-orang yang kafir maka mereka mengatakan, "Apakah maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan-Nya melainkan orang-orang yang fasik. (26)
Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dari as-Suddi dikemukakan bahwa ketika Allah membuat dua contoh perumpamaan kaum munafiqin dalam firman-Nya (QS. 2 : 17 dan 19), berkatalah kaum munafiqin : "Mungkinkah Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Luhur membuat contoh seperti ini?" Maka Allah turunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 26).
Ayat ini menegaskan bahwa dengan perumpamaan-perumpamaan yang Allah kemukakan, orang yang beriman akan menjadi lebih tebal imannya dan hanya orang fasik yang akan lebih sesat dari petunjuk Allah. (HR. Ibnu Jarir).
Dalam riwayat lain dari Qatadah dikemukakan bahwa ketika Allah menerangkan laba-laba dan lalat dalam surat al-Hajj (22) : 73 dan surat al-Ankabuut (29) : 41, kaum musyrikin berkata : "Apa gunanya laba-laba dan lalat diterangkan dalam al-Qur'an?" Maka Allah turunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 26). (HR. Abdurrazzaq dari tafsir Ma'mar).
Dalam riwayat lain dari Hasan dikemukakan bahwa ayat tersebut diatas (QS. 2 : 26) diturunkan sehubungan dengan surat al-Hajj (22) : 73 dan surat al-Ankabuut (29) : 41, dengan reaksi kaum musyrikin yang berkata : "Contoh macam apakah ini yang tidak patut dibuat perumpamaan?". (HR. Ibnu Abi Hatim).
Tafsir Ayat
QS. 2 : 26. "Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
sesuatu yang lebih rendah dari padanya. ...". Orang-orang kafir atau munafiq itu suka mencari-cari fasal yang akan mereka bantahkan. Allah membuat berbagai perumpamaan. Dalam surat al-Ankabuut (29) : 41, Allah mengumpamakan orang yang mempersekutukan-Nya itu laksana laba-laba yang membuat sarang. Sarang laba-laba adalah sangat rapuh. Dalam surat al-Hajj (22) : 73, Allah mengumpamakan bahwa apa-apa yang dipersekutukan orang musyrikin dengan Allah itu tak sanggup membuat alam, bahkan membuat lalat pun mereka tidak bisa. Maka orang munafiq tidaklah memperhatikan isi ayat, tetapi hendak mencari kelemahan pada perumpamaan semisal yang dikemukakan itu. Maksud mereka tentu hendak meremehkan Rasulullah, tetapi Allah sendiri menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu nukanlah perbuatannya sendiri. Itulah permisalan atau perumpamaan dari-Ku. Allah tidak malu mengemukakan perumpamaan itu. "... Adapun orang-orang yang beriman
maka mereka mengetahui bahwa perumpamaan itu benar-benar dari Tuhan
mereka. ...". Artinya kalau perumpamaan itu tidak penting tidaklah Tuhan akan mengambilnya menjadi perumpamaan. Sebab semua perhitungan Allah itu teliti sekali. "... Dan adapun orang-orang yang kafir maka mereka mengatakan,
"Apakah maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?"...". Orang-orang kafir dan munafiq berkata, "Adalah pantas Wahyu mengemukakan hal demikian?" Binatang yang hina sebagai laba-laba, binatang tidak ada arti sebagai lalat, kadang-kadang keledai yang buruk, kadang-kadang anjing yang menjulurkan lidah. Maka selanjutnya Allah berfirman : "... Dengan
perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah ...", tetapi banyak pula yang bertambah iman, "... dan dengan
perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak
ada yang disesatkan-Nya melainkan orang-orang yang fasik".
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 194 - 197.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 22 - 24.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 7 - 8.
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 194 - 197.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 22 - 24.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 7 - 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar