Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi –shallāllāhu ‘alaihi wa sallam– melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jamaah shalat, lalu mengatakan: “Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Kemudian Rasulullah –shallāllāhu ‘alaihi wa sallam– bersabda,
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِىْ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَ أَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَ كَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ
“Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rahmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mmengatakan ‘Muthirna binau`I kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari No. 846 dan Muslim No. 71, dari Kholid Al Juhaniy)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –rahimahullāh– mengatakan, “Tidak boleh bagi seseorang menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur akbar yang menyebabkan seseorang itu keluar dari Islam jika meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang menciptakan hujan. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini termasuk kufur ashgar (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang sekadar waktu semata.” (Kutub wa Rasa’il Lil ‘Utsaimin, 170/20)
——————————————————————-
Diketik ulang dari buku “Panduan Amal Shalih di Musim Hujan” karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, hal. 32-33.
Copas dari Artikel www.muslimah.or.id
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِىْ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَ أَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَ كَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ
“Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rahmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mmengatakan ‘Muthirna binau`I kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari No. 846 dan Muslim No. 71, dari Kholid Al Juhaniy)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –rahimahullāh– mengatakan, “Tidak boleh bagi seseorang menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur akbar yang menyebabkan seseorang itu keluar dari Islam jika meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang menciptakan hujan. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini termasuk kufur ashgar (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang sekadar waktu semata.” (Kutub wa Rasa’il Lil ‘Utsaimin, 170/20)
——————————————————————-
Diketik ulang dari buku “Panduan Amal Shalih di Musim Hujan” karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, hal. 32-33.
Copas dari Artikel www.muslimah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar