"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Kamis, 21 Januari 2016

Jangan Takut dan Jangan Berdukacita

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 62, Allah ta'ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَالَّذِينَ هَادُوا۟ وَالنَّصٰرَىٰ وَالصّٰبِـِٔينَ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْءَاخِرِ وَعَمِلَ صٰلِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang shabi-in, barangsiapa yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari sisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan bagi mereka, dan tidak (pula) mereka berduka cita. (62)

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dari Mujahid dikemukakan bahwa Salman al-Farisyi bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Ia terangkan cara sholatnya dan ibadahnya. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 62) sebagai penegasan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat saleh akan mendapat pahala dari Allah ta'ala. (HR. Ibnu Abi Hatim dan al-Adni).
Dalam riwayat lain dari Mujahid dikemukakan bahwa ketika Salman al-Farisyi menceritakan kepada Rasulullah kisah teman-temannya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Mereka di neraka". Salman berkata : "Seolah-olah gelap gulitalah bumi bagiku. Akan tetapi setelah turun ayat ini (QS. 2 : 62) soelah-olah terang benderang dunia bagiku". (HR. al-Wahidi).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 62. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman,...". Yang dimaksud orang beriman ialah orang yang memeluk agama Islam, yang telah menyatakan percaya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan akan tetaplah menjadi pengikutnya sampai hari kiamat. "..., orang-orang Yahudi, ...". Yang dimaksud orang yahudi adalah pemeluk agama yahudi, yang diambil dari nama Yahuda, anak kedua Nabi Yakub. Mereka pun disebut juga Bani Israil. Dengan demikian agama Yahudi lebih merupakan agama "keluarga" daripada agama untuk manusia pada umumnya. "... orang-orang Nasrani ...". Nashara, dan lebih banyak disebut nasrani. Dibangsakan kepada desa tempat nabi Isa almasih dilahirkan, desa Nazaret (dalam bahasa Ibrani) atau nashirah (dalam bahasa Arab). "... dan orang-orang shabi-in, ...". Kalau menurut asal arti kata, shabi-in maknanya ialah orang yang keluar dari agamanya yang asal, dan masuk ke dalam agama lain, sama juga dengan arti asalnya ialah murtad. Menurut riwayat ahli tafsir, golongan shabi-in itu memanglah satu golongan dari orang-orang yang pada mulanya memeluk agama nasrani, lalu mendirikan agama sendiri, mereka masih memegang teguh pada cinta kasih ajaran almasih, tetapi mereka mulai menyembah malaikat. Keterangan sebagian yang lain mereka percaya pengaruh bintang-bintang. "..., barangsiapa yang beriman kepada Allah, ...". Yaitu yang mengaku adanya Allah Yang Maha Esa, dengan sebenar-benar pengakuan, mengikuti suruhan-Nya dan menghentikan larangan-Nya. "..., hari kemudian dan beramal saleh, ...". Yaitu hari akhirat kepercayaan yang telah tertanam kepada Tuhan dan hari kemudian itu, mereka buktikan pula dengan mempertinggi mutu diri mereka. "..., mereka akan menerima pahala dari sisi Tuhan mereka,...". Inilah janji yang adil dari Tuhan kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka hidup, namun masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala disisi Tuhan, sepadan dengan iman dan amal saleh yang telah dikerjakan.  "..., tidak ada ketakutan bagi mereka, dan tidak (pula) mereka berduka cita".
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 272 - 284. 
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 24 - 25.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar