LONDON, Rabu (Middle East Monitor): PM Benyamin Netanyahu Ahad (24/1) lalu menyatakan dukungannya terhadap kelompok pemukim ilegal Yahudi yang mengambil paksa rumah-rumah warga Palestina di kota Al-Khalil, Tepi Barat terjajah.
Petugas perbatasan Zionis memindahkan para pemukim ilegal Yahudi dari rumah-rumah tersebut pada Jumat (22/1) lalu, namun pada Ahad Netanyahu mengonfirmasi bahwa mereka diizinkan pindah ke rumah-rumah tersebut setelah dokumen ‘pembelian rahasia’ para pemukim ilegal Yahudi itu selesai diproses.
“Pemerintah mendukung permukiman ilegal Yahudi, terutama di saat-saat seperti ini, yakni saat para pemukim ilegal Yahudi menghadapi ‘serangan teror’. Perlu keberanian dan tekad dalam menghadapi ‘serangan teroris’,” ungkap Netanyahu dalam rapat kabinet mingguan. Pernyataan itu terkait dengan kian meningkatnya kekerasan di Al-Khalil. “Saat dokumen pembelian (untuk rumah-rumah yang dirampas) diberikan, kami akan mengizinkan (para pemukim ilegal Yahudi) untuk memiliki dua rumah di Al-Khalil itu. Kami akan memprosesnya secepat mungkin,” tambahnya.
Ahad lalu, media lokal mengutip pemberitaan Israeli Radio yang menyatakan bahwa para pemukim ilegal Yahudi sedang bernegosiasi dengan pemerintah perihal kepemilikan (setidaknya satu) dari rumah-rumah tersebut. Kamis (21/1) lalu, video yang memperlihatkan puluhan pemukim ilegal Yahudi membuka paksa dua rumah warga Palestina di Al-Khalil tersebar luas dan memicu kemarahan warga Palestina.
Para pemukim ilegal Yahudi itu mengklaim mereka sudah resmi membeli rumah-rumah tersebut dari pemiliknya. Menteri Pertahanan ‘Israel’ Moshe Yaalon juga memerintahkan para pemukim ilegal Yahudi mengusir paksa pemilik rumah agar mereka bisa menggunakan rumah-rumah tersebut tanpa membutuhkan persetujuan politik dan otoritas keamanan.
Ketegangan yang terus berlangsung antara warga Palestina dan para pemukim ilegal Yahudi di kota Al-Khalil membuat pasukan militer Zionis dalam jumlah besar dikerahkan di sana. Tidak seperti di kota-kota lainnya, tempat tinggal warga Palestina dan para pemukim ilegal Yahudi di kota ini sangat berdekatan satu sama lain. Sejak dimulainya Intifadhah Baitul Maqdis awal Oktober lalu, Al-Khalil juga menjadi kota dengan jumlah korban tewas terbanyak, yakni lebih dari 160 warga.* (Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha).
Petugas perbatasan Zionis memindahkan para pemukim ilegal Yahudi dari rumah-rumah tersebut pada Jumat (22/1) lalu, namun pada Ahad Netanyahu mengonfirmasi bahwa mereka diizinkan pindah ke rumah-rumah tersebut setelah dokumen ‘pembelian rahasia’ para pemukim ilegal Yahudi itu selesai diproses.
“Pemerintah mendukung permukiman ilegal Yahudi, terutama di saat-saat seperti ini, yakni saat para pemukim ilegal Yahudi menghadapi ‘serangan teror’. Perlu keberanian dan tekad dalam menghadapi ‘serangan teroris’,” ungkap Netanyahu dalam rapat kabinet mingguan. Pernyataan itu terkait dengan kian meningkatnya kekerasan di Al-Khalil. “Saat dokumen pembelian (untuk rumah-rumah yang dirampas) diberikan, kami akan mengizinkan (para pemukim ilegal Yahudi) untuk memiliki dua rumah di Al-Khalil itu. Kami akan memprosesnya secepat mungkin,” tambahnya.
Ahad lalu, media lokal mengutip pemberitaan Israeli Radio yang menyatakan bahwa para pemukim ilegal Yahudi sedang bernegosiasi dengan pemerintah perihal kepemilikan (setidaknya satu) dari rumah-rumah tersebut. Kamis (21/1) lalu, video yang memperlihatkan puluhan pemukim ilegal Yahudi membuka paksa dua rumah warga Palestina di Al-Khalil tersebar luas dan memicu kemarahan warga Palestina.
Para pemukim ilegal Yahudi itu mengklaim mereka sudah resmi membeli rumah-rumah tersebut dari pemiliknya. Menteri Pertahanan ‘Israel’ Moshe Yaalon juga memerintahkan para pemukim ilegal Yahudi mengusir paksa pemilik rumah agar mereka bisa menggunakan rumah-rumah tersebut tanpa membutuhkan persetujuan politik dan otoritas keamanan.
Ketegangan yang terus berlangsung antara warga Palestina dan para pemukim ilegal Yahudi di kota Al-Khalil membuat pasukan militer Zionis dalam jumlah besar dikerahkan di sana. Tidak seperti di kota-kota lainnya, tempat tinggal warga Palestina dan para pemukim ilegal Yahudi di kota ini sangat berdekatan satu sama lain. Sejak dimulainya Intifadhah Baitul Maqdis awal Oktober lalu, Al-Khalil juga menjadi kota dengan jumlah korban tewas terbanyak, yakni lebih dari 160 warga.* (Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar