Alkisah ada seorang pelaut yang ingin melayari samudera lepas, dan dia sangat bersemangat untuk itu, dengan keyakinan yang hebat. Dia memulai impiannya itu dengan membuat kapal dari kayu terbaik, dengan disain terbaik, dari pembuat kapal yang terbaik, semua laik.
Kapalnya dirancang untuk menampung sampai ratusan kru kapal, juga dengan gudang perbekalan yang memadai selama setahun penuh. Tidak hanya itu, berbulan-bulan dia habiskan merekrut kru paling hebat, mewawancarai, menyortir, melatih bahkan menyatukan jadi tim.
Entah berapa malam dia habiskan untuk merencanakan perjalanannya, menjangka dan menggaris peta, menulis poin demi poin rancangan.
Saat itu tiba, layar yang dijahit dikembangkan, sauh diangkat, semua sudah siap berlayar, mengarungi samudera tanpa batas.
Akhirnya, inilah saatnya menjemput impian, mereka berlayar, hari demi hari, bulan demi bulan, semua terlewati. Sampai akhirnya pelaut kita ini sadar, dan tercengang, ada satu hal yang dia lupakan selama ini, yang terpenting! PENUNJUK ARAH! Dia tengok kiri-kanan muka-belakang, semua sama-sama horison, lautan tak bertepi, tiada petunjuk ataupun penanda arah apapun. Lunglai, semua persiapan selama ini, PERCUMA, bila sudah salah tujuan, maka apapun jadi sia-sia.
Sebenarnya pelaut itu sama seperti kita di dunia, tak tahu apapun, bedanya hidup kita tak bisa balik lagi, namun analoginya sama. Hidup tanpa arah itu sia-sia, menjalani hidup tanpa petunjuk itu PERCUMA, perbekalan apapun takkan mencukupi, takkan membantu apapun. Berlayar tanpa navigasi itu cari mati, di dunia tanpa petunjuk itu sesat pasti, maka yang paling penting di dalam hidup itu tahu ARAH. Bila ARAH sudah benar, perbekalan, kru, kapal, barulah manfaat. Bila ada PENUNJUK ARAH, itu baru perjalanan, karena ada tujuan. Dunia ini lautan yang menyesatkan, dan PENUNJUK ARAH kita adalah AL-QURAN, siapa jauh darinya, pasti akan tersesat, pasti hilang arah.
Lucu, hari-hari ini kita saksikan manusia, sibuk siapkan kapal, kru, perbekalan. Tapi jauh dari AL-QURAN, lupa membawa PENUNJUK ARAH. Maka wajar dunia memperdaya dirinya, tak puas, galau, sedih, kecewa, depresi. Ujung hidupnya? menumpuk penuh kesia-siaan, PERCUMA. Yang sudah salah jalan di dunia dan mati, tak bisa peringatkan kita, yang betul jalannya dan sudah tenang, juga tak bisa pandu kita. Bocoran dan PENUNJUK ARAH di dunia satu-satunya ya dari Allah dan Rasul-Nya. Kitabullah dan Sunnah, itu PETUNJUK yang pastinya. AL-QURAN itu cahaya, siapa jadikan ia PENUNJUK ARAH. Maka jalannya akan TERANG, pasti ARAH di jalan Allah. (Ustadz Felix Siauw)
Kapalnya dirancang untuk menampung sampai ratusan kru kapal, juga dengan gudang perbekalan yang memadai selama setahun penuh. Tidak hanya itu, berbulan-bulan dia habiskan merekrut kru paling hebat, mewawancarai, menyortir, melatih bahkan menyatukan jadi tim.
Entah berapa malam dia habiskan untuk merencanakan perjalanannya, menjangka dan menggaris peta, menulis poin demi poin rancangan.
Saat itu tiba, layar yang dijahit dikembangkan, sauh diangkat, semua sudah siap berlayar, mengarungi samudera tanpa batas.
Akhirnya, inilah saatnya menjemput impian, mereka berlayar, hari demi hari, bulan demi bulan, semua terlewati. Sampai akhirnya pelaut kita ini sadar, dan tercengang, ada satu hal yang dia lupakan selama ini, yang terpenting! PENUNJUK ARAH! Dia tengok kiri-kanan muka-belakang, semua sama-sama horison, lautan tak bertepi, tiada petunjuk ataupun penanda arah apapun. Lunglai, semua persiapan selama ini, PERCUMA, bila sudah salah tujuan, maka apapun jadi sia-sia.
Sebenarnya pelaut itu sama seperti kita di dunia, tak tahu apapun, bedanya hidup kita tak bisa balik lagi, namun analoginya sama. Hidup tanpa arah itu sia-sia, menjalani hidup tanpa petunjuk itu PERCUMA, perbekalan apapun takkan mencukupi, takkan membantu apapun. Berlayar tanpa navigasi itu cari mati, di dunia tanpa petunjuk itu sesat pasti, maka yang paling penting di dalam hidup itu tahu ARAH. Bila ARAH sudah benar, perbekalan, kru, kapal, barulah manfaat. Bila ada PENUNJUK ARAH, itu baru perjalanan, karena ada tujuan. Dunia ini lautan yang menyesatkan, dan PENUNJUK ARAH kita adalah AL-QURAN, siapa jauh darinya, pasti akan tersesat, pasti hilang arah.
Lucu, hari-hari ini kita saksikan manusia, sibuk siapkan kapal, kru, perbekalan. Tapi jauh dari AL-QURAN, lupa membawa PENUNJUK ARAH. Maka wajar dunia memperdaya dirinya, tak puas, galau, sedih, kecewa, depresi. Ujung hidupnya? menumpuk penuh kesia-siaan, PERCUMA. Yang sudah salah jalan di dunia dan mati, tak bisa peringatkan kita, yang betul jalannya dan sudah tenang, juga tak bisa pandu kita. Bocoran dan PENUNJUK ARAH di dunia satu-satunya ya dari Allah dan Rasul-Nya. Kitabullah dan Sunnah, itu PETUNJUK yang pastinya. AL-QURAN itu cahaya, siapa jadikan ia PENUNJUK ARAH. Maka jalannya akan TERANG, pasti ARAH di jalan Allah. (Ustadz Felix Siauw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar