Semoga Allah mengaruniakan kepada kita kemampuan meredam kekerasan. Karena apalah jadinya jika hari-hari penuh dengan kekerasan. Tentu tak akan nyaman, bukan?
Ada beberapa hal yang dapat meredam kekerasan. Pertama, meyakini bahwa kita sama dengan yang lain, ingin hidup damai penuh ketenangan. Rasulullah telah memberikan kita keteladanan. Beliau tetap menunjukan wajah yang ramah sekalipun pada kaum kafir. Bahkan memohonkan ampun bagi orang-orang yang bersikeras memerangi Islam. Dan sikap yang dicontohkan Rasul itu sepatutnya dapat kita tiru. Bukan hanya kekuatan otot yang diperlukan tapi kekuatan akal dan hati. Dengan hati akan melahirkan kelembutan dan dengan kelembutan akan meredam kekerasan.
Kedua, kelembutan adalah kekuatan. Selama ini banyak yang mengartikan kelembutan sebagai kelemahan yang harus dijauhkan dari perilaku sehari-hari. Padahal, kelembutan bisa jadi sebuah kekuatan dahsyat dalam menghadapi segala kondisi dan Islam telah menjadikan kelembutan sebagai pilar penting untuk kedamaian. Kelembutan hati akan membuat kita lebih peka dalam memandang segala hal. Peka dalam melihat masalah sekecil apapun. Begitupun dengan kejernihan akal akan melihat permasalahan secara proporsional.
Lain halnya dengan kekerasan. Masalah yang ada akan bertambah karena yang dijadikan kekuatan bukan hati, bukan akal, melainkan otot. Memang tidak salah mengandalkan otot, namun jauh lebih baik jika kita jangan dulu mengandalkan kekuatan otot sebelum akal, hati dipakai untuk mencari solusi.
Mengubah kekerasan menjadi kelembutan memang tidak mudah, tapi harus terus diupayakan. Karena kekerasan fisik jelas akan mengeraskan hati. Jika sudah seperti itu, maka ia tidak akan peka lagi terhadap kesalahan.
Untuk itu saudaraku, kita harus mengevaluasi sampai sejauh-mana kita bisa mengasah diri dari bersikap keras. Semoga Allah yang Maha lembut senantiasa memberi kita kelembutan sehingga sikap, akal, dan hati dapat terkendali. Wallahu a’lam bishshawwab.
-----------------------------------------
Buletin Jum'at "SAKINAH", Kiat Aa, KH Abdullah Gymnastiar, Edisi 304 / Th IV/ Maret 2011 M / Rabiul Tsani 1432 H / November 2012 M/
Ada beberapa hal yang dapat meredam kekerasan. Pertama, meyakini bahwa kita sama dengan yang lain, ingin hidup damai penuh ketenangan. Rasulullah telah memberikan kita keteladanan. Beliau tetap menunjukan wajah yang ramah sekalipun pada kaum kafir. Bahkan memohonkan ampun bagi orang-orang yang bersikeras memerangi Islam. Dan sikap yang dicontohkan Rasul itu sepatutnya dapat kita tiru. Bukan hanya kekuatan otot yang diperlukan tapi kekuatan akal dan hati. Dengan hati akan melahirkan kelembutan dan dengan kelembutan akan meredam kekerasan.
Kedua, kelembutan adalah kekuatan. Selama ini banyak yang mengartikan kelembutan sebagai kelemahan yang harus dijauhkan dari perilaku sehari-hari. Padahal, kelembutan bisa jadi sebuah kekuatan dahsyat dalam menghadapi segala kondisi dan Islam telah menjadikan kelembutan sebagai pilar penting untuk kedamaian. Kelembutan hati akan membuat kita lebih peka dalam memandang segala hal. Peka dalam melihat masalah sekecil apapun. Begitupun dengan kejernihan akal akan melihat permasalahan secara proporsional.
Lain halnya dengan kekerasan. Masalah yang ada akan bertambah karena yang dijadikan kekuatan bukan hati, bukan akal, melainkan otot. Memang tidak salah mengandalkan otot, namun jauh lebih baik jika kita jangan dulu mengandalkan kekuatan otot sebelum akal, hati dipakai untuk mencari solusi.
Mengubah kekerasan menjadi kelembutan memang tidak mudah, tapi harus terus diupayakan. Karena kekerasan fisik jelas akan mengeraskan hati. Jika sudah seperti itu, maka ia tidak akan peka lagi terhadap kesalahan.
Untuk itu saudaraku, kita harus mengevaluasi sampai sejauh-mana kita bisa mengasah diri dari bersikap keras. Semoga Allah yang Maha lembut senantiasa memberi kita kelembutan sehingga sikap, akal, dan hati dapat terkendali. Wallahu a’lam bishshawwab.
-----------------------------------------
Buletin Jum'at "SAKINAH", Kiat Aa, KH Abdullah Gymnastiar, Edisi 304 / Th IV/ Maret 2011 M / Rabiul Tsani 1432 H / November 2012 M/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar