Jangan usir kegelapan dengan tongkat tapi usir kegelapan dengan menyalakan lampu niscaya cahaya akan mudah menerangi. Cahaya yang paling tinggi adalah hidayah Allah SWT. Kita akan tahu mana manfaat dan mana maksiat dan hidayah. Oleh karena itu, hidayah menjadi rizki yang termahal yang tidak bisa dibeli oleh siapa pun.
Hidayah dari Allah begitu lapang. Ibarat kita membuat landasan pesawat. Kalau landasan terbuat dari rumput, maka yang mendarat pesawat capung, belalang, dan sejenis serangga lainnya. Begitu pun dengan landasan yang terbuát dari tembok biasa yang bisa mendarat mungkin pesawat lokal biasa. Lain halnya dengan landasan yang terbuat dari beton yang bisa mendarat bukan hanya pesawat lokal, pesawat-pesawat pilihan, bahkan dipersiapkan bagi pesawat tempur yang memiliki daya tempur yang sangat dahsyat. Artinya, dikala kita menginginkan hidayah yang dahsyat, maka kita pun harus membuat landasan yang hebat. Kalau kita sungguh-sungguh maka Allah akan sungguh-sungguh kepada kita.
Lain halnya jika landasan kita rusak, tidak segera diperbaiki, mungkin tidak akan ada pesawat yang bisa mendarat. Begitu halnya dengan hidayah. Kalau hidayah yang ada kita abaikan, maka apa bedanya kita dengan binatang. Teramat rugi bagi seseorang yang bisa menjemputnya, namun tidak pandai menjaganya. Hidayah bisa pergi menghilangkan dari kita begitu saja. Bersiap-siaplah berada dalam kegelapan lagi. Kaki terpeleset, badan terantuk, dan kepala terbentur. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa yang termahal dalam hidup ini adalah hidayah atau nur cahayanya (iman) dari Allah SWT.
Pemeliharaan hidayah bisa dilihat dari sikap kita dalam menerima masalah. Apakah kita akan merasa rugi dengan masalah yang ada atau malah diuntunmgkan? Orang yang pandai memelihara hidayah, akan menjadikan setiap masalah sebagai sesuatu yang akan mendatangkan keuntungan. Kuncinya ada pada perlakuan terhadap masalah. Dia tidak menjadikan masalah sebagai masalah melainkan sebagai hidayah, ladang ilmu, ladang amal, dan sebagai sarana untuk mendekat kepada Allah SWT. Juga dijadikan sebagai sarana mengukur kesabaran.
Dengan demikian saudaraku, kunci dari menjaga hidayah ini terdapat dalam kepandaian untuk memetik hikmah dari setiap kejadian. Dengan berbekal keimanan dan rasa syukur yang mendalam, Allah SWT akan terus membekali hamba-Nya dengan cahaya hidayah.
-------------------------------------
Hidayah dari Allah begitu lapang. Ibarat kita membuat landasan pesawat. Kalau landasan terbuat dari rumput, maka yang mendarat pesawat capung, belalang, dan sejenis serangga lainnya. Begitu pun dengan landasan yang terbuát dari tembok biasa yang bisa mendarat mungkin pesawat lokal biasa. Lain halnya dengan landasan yang terbuat dari beton yang bisa mendarat bukan hanya pesawat lokal, pesawat-pesawat pilihan, bahkan dipersiapkan bagi pesawat tempur yang memiliki daya tempur yang sangat dahsyat. Artinya, dikala kita menginginkan hidayah yang dahsyat, maka kita pun harus membuat landasan yang hebat. Kalau kita sungguh-sungguh maka Allah akan sungguh-sungguh kepada kita.
Lain halnya jika landasan kita rusak, tidak segera diperbaiki, mungkin tidak akan ada pesawat yang bisa mendarat. Begitu halnya dengan hidayah. Kalau hidayah yang ada kita abaikan, maka apa bedanya kita dengan binatang. Teramat rugi bagi seseorang yang bisa menjemputnya, namun tidak pandai menjaganya. Hidayah bisa pergi menghilangkan dari kita begitu saja. Bersiap-siaplah berada dalam kegelapan lagi. Kaki terpeleset, badan terantuk, dan kepala terbentur. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa yang termahal dalam hidup ini adalah hidayah atau nur cahayanya (iman) dari Allah SWT.
Pemeliharaan hidayah bisa dilihat dari sikap kita dalam menerima masalah. Apakah kita akan merasa rugi dengan masalah yang ada atau malah diuntunmgkan? Orang yang pandai memelihara hidayah, akan menjadikan setiap masalah sebagai sesuatu yang akan mendatangkan keuntungan. Kuncinya ada pada perlakuan terhadap masalah. Dia tidak menjadikan masalah sebagai masalah melainkan sebagai hidayah, ladang ilmu, ladang amal, dan sebagai sarana untuk mendekat kepada Allah SWT. Juga dijadikan sebagai sarana mengukur kesabaran.
Dengan demikian saudaraku, kunci dari menjaga hidayah ini terdapat dalam kepandaian untuk memetik hikmah dari setiap kejadian. Dengan berbekal keimanan dan rasa syukur yang mendalam, Allah SWT akan terus membekali hamba-Nya dengan cahaya hidayah.
-------------------------------------
Buletin Jum'at "SAKINAH", Aa Gym, Kiat MQ, Edisi 384/ Th. IV/ Desember 2012 M/ Safar 1434 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar