"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 11 Juni 2013

PERJANJIAN HUDAIBIYA (MARET 628)

Selain itu kesabaran Muhammad terlihat pula ketika terjadi penulisan isi persetujuan itu, yang membuat beberapa orang Muslimin jadi lebih kesal. Ia memanggil Ali bin Abi Talib dan katanya : “Tulis : Bismillahir-Rahmanir-Rahim (Dengan nama Allah, Pengasih dan Penyayang).”
“Stop!” kata Suhail. “Nama Rahman dan Rahim ini tidak saya kenal. Tapi tulislah : Bismikallahuma (Dengan nama-Mu ya Allah).”
Kata Rasulullah pula : “Tulislah : Atas nama-Mu ya Allah”. Lalu sambungnya lagi : “Tulis : Inilah yang sudah disetujui oleh Muhammad Rasulullah dan Suhail bin ‘Amr.”
“Stop” sela Suhail lagi. “Kalau saya sudah mengakui engkau Rasulullah, tentu saya tidak memerangimu. Tapi tulislah namamu dan nama bapamu.”

PERJANJIAN MULAI BERLAKU
Lalu Kata Rasulullah pula : “Tulis : Inilah yang sudah disetujui oleh Muhammad bin Abdullah.” Dan selanjutnya perjanjian antara kedua belah pihak itu ditulis, bahwa kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata selama sepuluh tahun menurut pendapat sebagian besar penulis sejarah Nabi — atau dua tahun — menurut Al-Waqidi bahwa barangsiapa dari golongan Quraisy menyeberang kepada Muhammad tanpa seizin walinya. harus dikembalikan kepada mereka, dan barangsiapa dari pengikut Muhammad menyeberang kepada Quraisy, tidak akan dikembalikan; bahwa barangsiapa dari masyarakat Arab yang senang mengadakan persekutuan dengan Muhammad diperbolehkan, dan barangsiapa yang senang mengadakan persekutuan dengan Quraisy juga diperbolehkan; bahwa untuk tahun ini Muhammad dan sahabat-sahabatnya harus kembali meninggalkan Mekah, dengan ketentuan akan kembali pada tahun berikutnya; mereka dapat memasuki kota dan tinggal selama tiga hari di Mekah dan senjata yang dapat mereka bawa hanya pedang tersarung dan tidak dibenarkan membawa senjata lain.
Begitu perjanjian ini ditanda-tangani, pihak Khuza’a segera bersekutu dengan Muhammad dan Banu Bakr bersekutu pula dengan Quraisy. Selanjutnya begitu perjanjian ini ditanda-tangani begitu pula Abu Jandal bin Suhail bin ‘Amr datang dan terus hendak menggabungkan diri dengan Muslimin, dan akan pergi bersama-sama pula. Tetapi Suhail sendiri melihat anaknya demikian dipukulnya mukanya dan direnggutnya di tentang leher untuk kemudian dikembalikan kepada Quraisy. Dalam pada itu Abu Jandal sendiri berteriak sekuat-kuatnya :
“Saudara-saudara Muslimin. Saya akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksa saya karena agama saya ini?!”
Dengan peristiwa itu kaum Muslimin makin gelisah, makin tidak senang mereka pada hasil perjanjian yang diadakan antara Rasul dengan Suhail. Tetapi Muhammad lalu mengarahkan kata-katanya kepada Abu Jandal : “Abu Jandal, tabahkan hatimu. Semoga Allah membuat engkau dan orang-orang Islam yang ditindas bersama kau merupakan suatu jalan keluar. Kita sudah menanda-tangani persetujuan dengan golongan itu, dan ini sudah kita berikan kepada mereka dan mereka pun sudah pula memberikan kepada kita, dengan nama Allah. Kita tidak akan mengkhianati mereka.”
Sekarang Abu Jandal kembali kepada Quraisy, sesuai dengan isi persetujuan dan janji Nabi. Suhail juga lalu berangkat pulang ke Mekah.
Muhammad masih tinggal. Ia gelisah melihat keadaan orang-orang sekelilingnya. Kemudian ia sholat, dan keadaannya mulai tenang kembali. Ia berdiri, hewan korbannya mulai disembelih. Ia duduk kembali, rambut kepalanya dicukur sebagai tanda umrah sudah dimulai. Hatinya sudah merasa tenang, merasa tenteram. Melihat Nabi melakukan itu. dan melihat ketenangannya pula, mereka pun bergegas pula menyembelih hewan dan mencukur rambut kepala — sebagian ada yang bercukur dan ada juga yang hanya memangkas (menggunting) rambut :
“Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang mencukur rambut”, kata Muhammad.
Orang-orang jadi gelisah sambil bertanya : “Dan mereka yang berpangkas rambut, Ya Rasulullah?”
“Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang bercukur rambut” katanya lagi.
Orang-orang masih gelisah sambil bertanya : “Dan mereka yang berpangkas rambut, Ya Rasulullah?”
“Dan mereka yang berpangkas rambut.” Katanya lagi.
“Rasulullah” kata setengah mereka lagi. “kenapa doa buat yang bercukur saja yang dinyatakan, bukan buat yang bergunting rambut?”
“Karena mereka sudah tidak ragu-ragu.”
Tidak ada jalan lain buat Muslimin mereka mesti kembali ke Medinah dengan harapan akan kembali ke Mekah tahun depan. Sebagian besar mereka itu membawa pikiran demikian ini dengan berat hati. Kalau tidak karena perintah Rasul, mereka takkan dapat menahan hati. Tiada biasanya mereka menerima kekalahan atau menyerah tanpa pertempuran. Karena iman mereka akan pertolongan Allah kepada Rasul dan agama, mereka tidak ragu-ragu lagi akan menyerbu Mekah, kalau saja Muhammad memerintahkan yang demikian itu.
Mereka tinggal di Hudaibiya selama beberapa hari lagi. Ada mereka yang bertanya-tanya tentang hikmah perjanjian yang dibuat oleh Nabi itu; ada pula yang dalam hati kecilnya masih menyangsikan adanya hikmah demikian itu.
Akhirnya mereka berangkat pulang.
Sementara mereka di tengah perjalanan antara Mekah dengan Medinah tiba-tiba turun wahyu kepada Nabi dengan Surah al-Fath. Firman Tuhan itu pun oleh Nabi kemudian dibacakannya kepada sahabat-sahabat :
“Kami telah memberikan kepadamu suatu kemenangan yang nyata; supaya Tuhan mengampuni kesalahanmu yang sudah lalu dan yang akan datang, dan Tuhan akan mencukupkan karunia-Nya kepadamu serta membimbing engkau ke jalan yang lurus.” (QS 48 : 1 – 2) Dan seterusnya sampai pada akhir Surah.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 402-405.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar