Setelah berikrar masuk Islam dengan bimbingan Rasulullah SAW, Khalid mendapat ujian sangat berat. Akibat pilihannya pindah agama. Ia pun disiksa dan diusir orang tuanya. Namun, ia tetap teguh memegang Islam.
Pada cerita sebelumnya, setelah Khalid bermimpi neraka, ia ke rumah Abu Bakar. Kemudian oleh Abu Bakar ia disuruh menemui Rasulullah. Khalid pun mencari Nabi. Dan setelah bertemu Nabi, Ia mendapat penjelasan dari Nabi mengenai Islam.
Setelah mendapat penjelasan dari Nabi, Khalid berjabat tangan Rasulullah dan Khalid pun mengucapkan sahadat. “Aku naik saksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah.”
Pada waktu Khalid memeluk Islam belum ada orang yang mendahuluinya, kecuali empat atau lima orang, hingga demikian ia termasuk dalam lima orang angkatan pertama pemeluk Islam.
DISIKSA ORANG TUA
Dengan masuknya Khalid ke agama Islam, membuat ayahnya yang bernama Said bin Ash menjadi hinaan dan ejekan kaum Quraisy karena Said adalah salah satu pemimpin bangsa Quraisy yang menentang Nabi. Dengan demikian, maka kedudukannya sebagai pemimpin bisa tergoncang. Oleh karena itu, di panggillah Khalid, lalu Said bertanya, “Benarkah kamu telah mengikuti Muhammad dan membiarkannya mencaci tuhan-tuhan kita?”
Mendapat pertanyaan dari ayahnya, Khalid meniawab. “Demi Allah, sungguh ia seorang yang benar dan sesungguhnya aku telah beriman kepadanya dan mengikutinya.”
Jawaban Khalid ini tentu saja membuat ayahnya sakit hati. Ayahnya langsung memukulnya bertubi-tubi. Kemudian Khalid dikurung dalam kamar yang gelap di rumahnya. Khalid dibiarkan hingga menderita kelaparan dan dahaga.
Setiap kali ayahnya mendekat ke kamar gelap itu, ia berseru. “Demi Allah, sesungguhnya Muhammad itu benar dan ayah harus beriman kepadanya!”
Saran ini membuat Said makin sakit hati sehingga siksaannya bertambah berat Khalid dibawa ke tengah lapangan siang hari, dengan panas matahari yang menyengat di kota Makkah. Lalu ia menginjak-injaknya di atas batu yang panasnya selama tiga hari penuh tanpa perlindungan dan keteduhan, tanpa setetes air pun yang membasahi bibirnya. Akhirnya sang ayah putus asa. lalu ia kembali pulang ke rumahnya.
MENINGGALKAN RUMAH
Tetapi di rumahnya, Said terus berusaha menyadarkan anaknya dengan berbagai cara. Baik dengan membujuk atau dengan mengancamnya, memberi janji kesenangan, atau menakutinya dengan siksaan. tetapi Khalid berpegang teguh kepada kebenaran. Bahkan, Khalid menyadarkan orang tuanya. “Aku tidak meninggalkan Islam, karena sesuatu apa pun, aku akan hidup dan mati bersamanya!”
Saran Khalid ini membuat ayahnya kian marah, “Kalau begitu enyahlah engkau dari sini! Demi Latta kamu tidak boleh makan di sini!” ujar Sa’id dengan suara keras. Khalid menjawab dengan tenang, “Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.”
Kemudian ditinggalkannya rumah yang penuh dengan kemewahan, berupa makanan, pakaian, dan kesenangan itu. Ia pergi memasuki kesukaran dan kemiskinan. Tetapi. ia tidak takut dengan penderitaan yang akan diterimanya.
----------------------------------------------
Tabloid NURANI, 05/qie, Edisi 461 Tahun VIII Minggu IV November 2009, halaman 26
Pada cerita sebelumnya, setelah Khalid bermimpi neraka, ia ke rumah Abu Bakar. Kemudian oleh Abu Bakar ia disuruh menemui Rasulullah. Khalid pun mencari Nabi. Dan setelah bertemu Nabi, Ia mendapat penjelasan dari Nabi mengenai Islam.
Setelah mendapat penjelasan dari Nabi, Khalid berjabat tangan Rasulullah dan Khalid pun mengucapkan sahadat. “Aku naik saksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah.”
Pada waktu Khalid memeluk Islam belum ada orang yang mendahuluinya, kecuali empat atau lima orang, hingga demikian ia termasuk dalam lima orang angkatan pertama pemeluk Islam.
DISIKSA ORANG TUA
Dengan masuknya Khalid ke agama Islam, membuat ayahnya yang bernama Said bin Ash menjadi hinaan dan ejekan kaum Quraisy karena Said adalah salah satu pemimpin bangsa Quraisy yang menentang Nabi. Dengan demikian, maka kedudukannya sebagai pemimpin bisa tergoncang. Oleh karena itu, di panggillah Khalid, lalu Said bertanya, “Benarkah kamu telah mengikuti Muhammad dan membiarkannya mencaci tuhan-tuhan kita?”
Mendapat pertanyaan dari ayahnya, Khalid meniawab. “Demi Allah, sungguh ia seorang yang benar dan sesungguhnya aku telah beriman kepadanya dan mengikutinya.”
Jawaban Khalid ini tentu saja membuat ayahnya sakit hati. Ayahnya langsung memukulnya bertubi-tubi. Kemudian Khalid dikurung dalam kamar yang gelap di rumahnya. Khalid dibiarkan hingga menderita kelaparan dan dahaga.
Setiap kali ayahnya mendekat ke kamar gelap itu, ia berseru. “Demi Allah, sesungguhnya Muhammad itu benar dan ayah harus beriman kepadanya!”
Saran ini membuat Said makin sakit hati sehingga siksaannya bertambah berat Khalid dibawa ke tengah lapangan siang hari, dengan panas matahari yang menyengat di kota Makkah. Lalu ia menginjak-injaknya di atas batu yang panasnya selama tiga hari penuh tanpa perlindungan dan keteduhan, tanpa setetes air pun yang membasahi bibirnya. Akhirnya sang ayah putus asa. lalu ia kembali pulang ke rumahnya.
MENINGGALKAN RUMAH
Tetapi di rumahnya, Said terus berusaha menyadarkan anaknya dengan berbagai cara. Baik dengan membujuk atau dengan mengancamnya, memberi janji kesenangan, atau menakutinya dengan siksaan. tetapi Khalid berpegang teguh kepada kebenaran. Bahkan, Khalid menyadarkan orang tuanya. “Aku tidak meninggalkan Islam, karena sesuatu apa pun, aku akan hidup dan mati bersamanya!”
Saran Khalid ini membuat ayahnya kian marah, “Kalau begitu enyahlah engkau dari sini! Demi Latta kamu tidak boleh makan di sini!” ujar Sa’id dengan suara keras. Khalid menjawab dengan tenang, “Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.”
Kemudian ditinggalkannya rumah yang penuh dengan kemewahan, berupa makanan, pakaian, dan kesenangan itu. Ia pergi memasuki kesukaran dan kemiskinan. Tetapi. ia tidak takut dengan penderitaan yang akan diterimanya.
----------------------------------------------
Tabloid NURANI, 05/qie, Edisi 461 Tahun VIII Minggu IV November 2009, halaman 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar