"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Senin, 24 Desember 2012

MEREKA LEBIH MENGUTAMAKAN TEMANNYA DARIPADA DIRINYA

Pada hari terjadinya pertempuran Yarmuk, Hudzafah al-Adaqi berangkat ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk antara kaum Muslimin melawan kaum musyrikin untuk memenuhi panggilan anak pamannya (saudara sepupu) yang telah mengutus seseorang untuk memanggilnya setelah dia tergeletak dalam keadaan luka parah. Kemudian Hudzafah membawa air secukupnya, karena yang paling utama dibutuhkan oleh seorang pejuang yang terluka adalah air untuk membasahi kerongkongan dan melembabkan lidahnya, serta untuk mengurangi rasa panasnya.
Hudzafah mulai mencari saudara sepupunya itu. Setelah bertemu, dia melihat bahwa darah sudah mengaliri tubuhnya dengan luka yang sangat parah. Akan tetapi, senyum masih terlihat dari wajah pejuang yang sudah terluka tersebut. Kemudiai dia bertanya tentang teman-temannya yang lain. Apa hasil peperangan itu? Apakah Allah telah menurunkan pertolongan-Nya ataukah mereka masih dalam keadaan berperang? Kemudian Hudzafah bertanya tentang musuh yang dihadapinya. Dia menjawab bahwa musuh telah diserang dan kemungkinan besar di telah mati karena dia lari dalam keadaan terluka, Teriakan takbir dan tahlil membuat mereka gentar dan takut.
Keadaan sepupu Hudzafah memburuk. Kemudian Hudzaifah mengambil kantong air dan membasahi bibir saudara sepupunya itu serta meminumkan sedikit air. Saudara sepupunya itu terlihat sangat gembira karena mendapat air. Akan tetapi, ketika dia hendak meminum air tersebut, dia berpaling dan mendorong air tersebut karena mendengar rintihan seorang pejuang di sampingnya. Kemudian dia berkata kepada Hudzafah : “Bawalah air ini kepadanya agar dia yang lebih dahulu meminum air, karena diriku tidak lebih mulia dari siapa pun yang berperang di jalan Allah ini.” Kemudian Hudzafah segeri bergerak kepada pejuang yang ditunjuk oleh saudara sepupunya. Ternyata dia adalah Hisyam bin Ash yang sedang menghadapi sakaratul maut karena lukanya yang sangat parah. Hudzafah berkata : “Apakah aku boleh memberimu minum?” Hisyam sangat senang dan segera menjawab : “Ya, semoga Allah merahmatiku dan kamu segera menolong para pejuang kita. Ketika Hudzafah akan menuangkan air, Hisyam segera menunjuk teman yang ada di sampingnya yang sedang merintih kesakitan dan berkata : “Bawalah air ini kepadanya karena barangkali dia lebih membutuhkan air daripada saya.”
Kemudian Hudzafah mendekatinya. Akan tetapi orang tersebut sudah menghembuskan nafasnya menuju surga. Peristiwa yang mengharukan ini membuat Hudzafah menangis. Lalu dia kembali kepada Hisyam, namun dia sudah menemukan bahwa jantungnya sudah tidak berdetak lagi dalam keadaan syahid. Hudzifahpun semakin sedih. Ketika sudah sampai pada saudara sepupunya, dia menemukan bahwa saudara sepupunya itu juga telah menyusul kedua temannya menghadap Allah.
Mereka lebih mengutamakan temannya daripada dirinya sendiri.
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 241-243.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar