Allah telah mengizinkan kaum Muslimin melengkapi kewajiban agamanya, dan ibadah haji itulah kelengkapannya. Oleh karena itu dengan adanya delegasi yang berturut-turut itu tidak memungkinkan Rasulullah meninggalkan Medinah pergi ke Baitullah. Maka dimintanya Abu Bakr memimpin jamaah pergi menunaikan ibadah haji. Ia berangkat bersama tiga ratus orang. Mereka melaksanakan ibadah itu, melaksanakan tawaf dan sai. Dalam musim haji inilah Ali bin Abi Talib mengumumkan sumber lain menyebutkan Abu Bakr yang mengumumkan bahwa sesudah tahun itu tak boleh lagi kaum Musyrik ikut berhaji. Kemudian orang menunda empat bulan lagi supaya setiap golongan dapat kembali ke tempat tinggal dan negeri masing-masing.
Sejak hari itu, sampai sekarang, dan sampai waktu yang dikehendaki Allah, tak akan ada lagi orang musyrik pergi berhaji ke Baitullah, dan tidak akan ada.
Haji Perpisahan dan Keberangkatan Usamah
Tahun kesepuluh Hijri Rasulullah melaksanakan ibadah haji perpisahan. Abu Bakr juga ikut serta. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam berangkat bersama semua istrinya, yang juga diikuti oleh seratus ribu orang Arah atau lebih. Sepulang dari melaksanakan ibadah haji, Nabi tidak lama lagi tinggal di Medinah. Ketika itu dikeluarkannya perintah supaya satu pasukan besar disiapkan berangkat ke Syam, terdiri dari kaum Muhajirin yang mula-mula, termasuk Abu Bakr dan Umar. Pasukan itu sudah bermarkas di Jurf (tidak jauh dari Medinah) tatkala tersiar berita, bahwa Rasulullah jatuh sakit. Perjalanan itu tidak diteruskan dan karena sakit Rasulullah bertambah keras, orang makin cemas.
Abu Bakr Memimpin Shalat
Karena sakit bertambah berat juga maka Nabi meminta Abu Bakr memimpin shalat. Disebutkan bahwa ‘Aisyah pernah mengatakan : “Setelah sakit Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam semakin berat. Bilal datang mengajak shalat : ‘Suruh Abu Bakr memimpin shalat!’ Kataku : Rasuluhlah, Abu Bakr cepat terharu dan mudah menangis. Kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar. Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja! Katanya : ‘Suruh Abu Bakr memimpin shalat!’ Lalu kataku kepada Hafsah : Beritahukanlah kepadanya bahwa Abu Bakr orang yang cepat terharu dan kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar, Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja! Usul itu disampaikan oleh Hafsah. Tetapi kata Nabi lagi : Kamu seperti perempuan-perempuan yang di sekeliling Yusuf. Suruhlah Abu Bakr memimpin shalat. Kemudian kata Hafsah kepada ‘Aisyah : Usahaku tidak lebih baik dari yang kau lakukan.”
Sekarang Abu Bakr bertindak memimpin shalat sesuai dengan perintah Nabi. Suatu hari. karena Abu Bakr tidak ada di tempat ketika oleh Bilal dipanggil hendak shalat, maka Umar yang diminta mengimami shalat. Suara Umar cukup lantang, sehingga ketika mengucapkan takbir di mesjid terdengar oleh Muhammad dari rumah ‘Aisyah, maka katanya : “Mana Abu Bakr? Allah dan kaum Muslimin tidak menghendaki yang demikian.”
Dengan itu orang menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakr sebagai penggantinya kelak, karena memimpin orang-orang shalat merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah.
Sementara masih dalam sakitnya itu suatu hari Muhammad keluar ke tengah-tengah kaum Muslimin di mesiid, dan antara lain ia berkata : “Seorang hamba oleh Allah disuruh memilih tinggal di dunia ini atau di sisi-Nya, maka ia memilih berada di sisi Allah.” Kemudian diam. Abu Bakr segera mengerti, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dirinya. Ia tak dapat menahan air mata dan ia menangis, seraya katanya : “Kami akan menebus Tuan dengan jiwa kami dan anak-anak kami.”
Setelah itu Muhammad minta semua pintu masjid di tutup kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakr. Kemudian katanya sambil menunjuk kepada Abu Bakr : “Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil ( teman) maka Abu Bakr-lah khalil-ku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ini dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya.”
Pada hari ketika ajal Nabi tiba ia keluar waktu subuh ke mesjid sambil bertopang kepada Ali bin Abi Talib dan Fadl bin al-Abbas. Abu Bakr waktu itu sedang mengimami orang-orang shalat. Ketika kaum Muslimin melihat kehadiran Nabi, mereka bergembira luar biasa. Tetapi Nabi memberi isyarat supaya mereka meneruskan shalat. Abu Bakr merasa bahwa mereka berlaku demikian karena ada Rasulullah. Abu Bakr surut dari tempatnya. Tetapi Nabi memberi isyarat agar diteruskan. Lalu Rasulullah duduk di sebelah Abu Bakr, shalat sambil duduk.
Lepas shalat Nabi kembali ke rumah ‘Aisyah. Tetapi tak lama kemudian demamnya kambuh lagi. Ia minta dibawakan sebuah bejana berisi air dingin. Diletakkanya tangannya ke dalam bejana itu dan dengan begini ia mengusap air ke wajahnya. Tak lama kemudian ia telah kembali kepada Zat Maha Tinggi, kembali ke sisi Allah.
Rasulullah telah meninggalkan dunia kita setelah Allah menyempurnakan agama ini bagi umat manusia, dan melengkapi kenikmatan hidup bagi mereka. Apa pulakah yang di lakukan orang-orang Arab itu kemudian. Ia tidak meninggalkan seorang pengganti, juga tidak membuat suatu sistem hukum negara yang terinci. Hendaklah mereka berusaha (berijtihad) sendiri. Setiap orang yang berijtihad akan mendapat bagian.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 25 - 27.
Sejak hari itu, sampai sekarang, dan sampai waktu yang dikehendaki Allah, tak akan ada lagi orang musyrik pergi berhaji ke Baitullah, dan tidak akan ada.
Haji Perpisahan dan Keberangkatan Usamah
Tahun kesepuluh Hijri Rasulullah melaksanakan ibadah haji perpisahan. Abu Bakr juga ikut serta. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam berangkat bersama semua istrinya, yang juga diikuti oleh seratus ribu orang Arah atau lebih. Sepulang dari melaksanakan ibadah haji, Nabi tidak lama lagi tinggal di Medinah. Ketika itu dikeluarkannya perintah supaya satu pasukan besar disiapkan berangkat ke Syam, terdiri dari kaum Muhajirin yang mula-mula, termasuk Abu Bakr dan Umar. Pasukan itu sudah bermarkas di Jurf (tidak jauh dari Medinah) tatkala tersiar berita, bahwa Rasulullah jatuh sakit. Perjalanan itu tidak diteruskan dan karena sakit Rasulullah bertambah keras, orang makin cemas.
Abu Bakr Memimpin Shalat
Karena sakit bertambah berat juga maka Nabi meminta Abu Bakr memimpin shalat. Disebutkan bahwa ‘Aisyah pernah mengatakan : “Setelah sakit Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam semakin berat. Bilal datang mengajak shalat : ‘Suruh Abu Bakr memimpin shalat!’ Kataku : Rasuluhlah, Abu Bakr cepat terharu dan mudah menangis. Kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar. Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja! Katanya : ‘Suruh Abu Bakr memimpin shalat!’ Lalu kataku kepada Hafsah : Beritahukanlah kepadanya bahwa Abu Bakr orang yang cepat terharu dan kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar, Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja! Usul itu disampaikan oleh Hafsah. Tetapi kata Nabi lagi : Kamu seperti perempuan-perempuan yang di sekeliling Yusuf. Suruhlah Abu Bakr memimpin shalat. Kemudian kata Hafsah kepada ‘Aisyah : Usahaku tidak lebih baik dari yang kau lakukan.”
Sekarang Abu Bakr bertindak memimpin shalat sesuai dengan perintah Nabi. Suatu hari. karena Abu Bakr tidak ada di tempat ketika oleh Bilal dipanggil hendak shalat, maka Umar yang diminta mengimami shalat. Suara Umar cukup lantang, sehingga ketika mengucapkan takbir di mesjid terdengar oleh Muhammad dari rumah ‘Aisyah, maka katanya : “Mana Abu Bakr? Allah dan kaum Muslimin tidak menghendaki yang demikian.”
Dengan itu orang menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakr sebagai penggantinya kelak, karena memimpin orang-orang shalat merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah.
Sementara masih dalam sakitnya itu suatu hari Muhammad keluar ke tengah-tengah kaum Muslimin di mesiid, dan antara lain ia berkata : “Seorang hamba oleh Allah disuruh memilih tinggal di dunia ini atau di sisi-Nya, maka ia memilih berada di sisi Allah.” Kemudian diam. Abu Bakr segera mengerti, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dirinya. Ia tak dapat menahan air mata dan ia menangis, seraya katanya : “Kami akan menebus Tuan dengan jiwa kami dan anak-anak kami.”
Setelah itu Muhammad minta semua pintu masjid di tutup kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakr. Kemudian katanya sambil menunjuk kepada Abu Bakr : “Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil ( teman) maka Abu Bakr-lah khalil-ku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ini dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya.”
Pada hari ketika ajal Nabi tiba ia keluar waktu subuh ke mesjid sambil bertopang kepada Ali bin Abi Talib dan Fadl bin al-Abbas. Abu Bakr waktu itu sedang mengimami orang-orang shalat. Ketika kaum Muslimin melihat kehadiran Nabi, mereka bergembira luar biasa. Tetapi Nabi memberi isyarat supaya mereka meneruskan shalat. Abu Bakr merasa bahwa mereka berlaku demikian karena ada Rasulullah. Abu Bakr surut dari tempatnya. Tetapi Nabi memberi isyarat agar diteruskan. Lalu Rasulullah duduk di sebelah Abu Bakr, shalat sambil duduk.
Lepas shalat Nabi kembali ke rumah ‘Aisyah. Tetapi tak lama kemudian demamnya kambuh lagi. Ia minta dibawakan sebuah bejana berisi air dingin. Diletakkanya tangannya ke dalam bejana itu dan dengan begini ia mengusap air ke wajahnya. Tak lama kemudian ia telah kembali kepada Zat Maha Tinggi, kembali ke sisi Allah.
Rasulullah telah meninggalkan dunia kita setelah Allah menyempurnakan agama ini bagi umat manusia, dan melengkapi kenikmatan hidup bagi mereka. Apa pulakah yang di lakukan orang-orang Arab itu kemudian. Ia tidak meninggalkan seorang pengganti, juga tidak membuat suatu sistem hukum negara yang terinci. Hendaklah mereka berusaha (berijtihad) sendiri. Setiap orang yang berijtihad akan mendapat bagian.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 25 - 27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar