Salah satu efek media sosial yang negatif, meningkatnya remaja labil, banyak galau, banyak gelisah, sedikit peduli, sedikit paham agama. Tayangan TV yang tak bermanfaat, bacaan yang tak mendidik, bombardir fiksi-fiksi bohong menjadikan karakter anak-anak hancur. Sinetron-sinetron yang berkitar soal cinta, pacaran, hidup mewah, khayalan, manusia jadi-jadian, membuat remaja hidup dalam angan.
Parahnya, yang dituju adalah remaja, generasi penerus ummat, yang justru sedang perlu-perlunya teladan dalam pembentukan karakter. Tengok anak remaja saat ini, narkoba, tawuran, seks bebas, melawan orangtua, tak punya kepedulian pada agamanya?
Sebagian alhamdulillah mampu diarahkan orangtuanya, yang lain? Mungkin orangtuanya juga terlalu sibuk, atau juga tak paham Islam? Remaja itu mengikut kebiasaan setempat, tergantung trend, bahasa psikologisnya 'aqua age', masa dimana seperti air yang berubah-ubah. Bila kita mampu memberikan tuntunan yang tepat, remaja akan ikuti. Namun bila sekelilingnya memberi contoh buruk, mereka ikut juga. Disini pentingnya role model, karakter yang ditiru, di-imprint dan cara paling mudah men-transfer karakter adalah lewat cerita, tayangan.
Coba tanya remaja masa kini, atau lihat saja pembicaraan mereka. Apa yang paling banyak mereka bicarakan? yang mereka paling tertarik? Anda akan temukan, trending topic bagi lelaki mungkin, sepakbola, musik, gadget. Yang wanita mungkin, artis, idol, shopping. Mungkin saat ditanya "siapa tokoh yang dikagumi" dijawab "Muhammad saw", tapi terkadang hanya formalitas tanpa kenyataan dan bukti. Coba lihat mereka (introspeksi diri juga), seandainya kita kagum Rasulullah, kita khatam sirahnya? berapa nama sahabat yang kita tahu?
Mungkin tidak seberapa dibanding nama pemain bola, dihapal dari A-Z berikut nilai transfernya, riwayat hidupnya, dan nama istrinya. Atau tidak seberapa dibanding pengetahuan tentang gadget terbaru, berikut harganya, cashbacknya, tanggal launchnya, dan fiturnya.
Mendadak kita kehilangan karakter yang mampu diteladani. Ini yang membuat kita harus melakukan sesuatu. Kita juga memahami, bukan remaja yang tak mau mempelajari Islam. Terkadang cara penyampaiannya yang kurang cocok dengan mereka. Perkara Islam ini sudah lengkap, kebenaran Islam sudah final, yang perlu dipikirkan adalah cara penyampaiannya, perantaranya. (Ustadz Felix Siauw).
Parahnya, yang dituju adalah remaja, generasi penerus ummat, yang justru sedang perlu-perlunya teladan dalam pembentukan karakter. Tengok anak remaja saat ini, narkoba, tawuran, seks bebas, melawan orangtua, tak punya kepedulian pada agamanya?
Sebagian alhamdulillah mampu diarahkan orangtuanya, yang lain? Mungkin orangtuanya juga terlalu sibuk, atau juga tak paham Islam? Remaja itu mengikut kebiasaan setempat, tergantung trend, bahasa psikologisnya 'aqua age', masa dimana seperti air yang berubah-ubah. Bila kita mampu memberikan tuntunan yang tepat, remaja akan ikuti. Namun bila sekelilingnya memberi contoh buruk, mereka ikut juga. Disini pentingnya role model, karakter yang ditiru, di-imprint dan cara paling mudah men-transfer karakter adalah lewat cerita, tayangan.
Coba tanya remaja masa kini, atau lihat saja pembicaraan mereka. Apa yang paling banyak mereka bicarakan? yang mereka paling tertarik? Anda akan temukan, trending topic bagi lelaki mungkin, sepakbola, musik, gadget. Yang wanita mungkin, artis, idol, shopping. Mungkin saat ditanya "siapa tokoh yang dikagumi" dijawab "Muhammad saw", tapi terkadang hanya formalitas tanpa kenyataan dan bukti. Coba lihat mereka (introspeksi diri juga), seandainya kita kagum Rasulullah, kita khatam sirahnya? berapa nama sahabat yang kita tahu?
Mungkin tidak seberapa dibanding nama pemain bola, dihapal dari A-Z berikut nilai transfernya, riwayat hidupnya, dan nama istrinya. Atau tidak seberapa dibanding pengetahuan tentang gadget terbaru, berikut harganya, cashbacknya, tanggal launchnya, dan fiturnya.
Mendadak kita kehilangan karakter yang mampu diteladani. Ini yang membuat kita harus melakukan sesuatu. Kita juga memahami, bukan remaja yang tak mau mempelajari Islam. Terkadang cara penyampaiannya yang kurang cocok dengan mereka. Perkara Islam ini sudah lengkap, kebenaran Islam sudah final, yang perlu dipikirkan adalah cara penyampaiannya, perantaranya. (Ustadz Felix Siauw).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar