"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 11 Maret 2016

Jenis Syafa'at Rasulullah

Berikut ini adalah jenis-jenis syafa'at yang Allah berikan kepada Rasulullah ﷺ (Syarh 'Aqidah Thahawiyyah, Ibnu Abil 'Izzi, 165-166; Fathul Majid, Abdurrahman ibn Hasan, 239 dan 'Aqidah Ahlussunnah fi Dhau'il Kitab was-Sunnah, Dr. Sa'id ibn Musfir al-Qahthani, 338) :
  1. Syafaat agung (asy-Syafa'atul 'Uzhma). Yaitu syafa'at yang menjadi kekhususan Rasulullah ﷺ dan tidak diberikan kepada selain beliau. Yaitu pada saat semua makhluk berada dalam kondisi yang amat berat menunggu proses pengadilan dari Allah ta'ala di hari masyar. Dalam sebuah hadits yang panjang disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : "Pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga terakhir di sebuah padang yang luas. Maka sebagian mereka berkata kepada yang lain : "Tidakkah kalian merasakan apa yang sedang menimpa kita saat ini? Tidakkah kalian berupaya untuk mencari seseorang yang bisa memberikan syafa'at kepada kita semua? Maka mereka pun mendatangi bapak mereka, Adam a.s. dan berkata kepadanya : "Wahai Adam, engkau bapak kami maka berikan syafa'at kepada kami, tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami? Adam menjawab : "Sesungguhnya saat ini Rabbku sedang murka dengan kemurkaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi sesudahnya. Dia telah melarangku mendekati sebuah pohon kemudian aku menerjang larangan-Nya, pergilah kepada selain aku! Mereka pun datang kepada Nuh a.s. dan berkata : "Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama kepada penduduk bumi, berilah syafa'at kepada kami di sisi Rabb-mu, tidakkah engkau melihat apa yang terjadi pada kami? Nuh pun mengemukakan udzurnya dan berkata : "Sesungguhnya Allah sedang marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi setelahnya, pergilah kepada selain aku! Maka pergilah mereka kepada Ibrahim a.s. dan berkata : "Wahai Ibrahim, engkau adalah nabi Allah dan kekasih-Nya, tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami saat ini? Maka dijawablah dengan jawaban yang sama : "Pergilah kepada selain aku! pergilah kepada Musa! Maka pergilah mereka kepada Musa a.s. dan berkata : "Wahai Musa, engkau adalah Rasul Allah, Allah memilihmu untuk menerima risalah-Nya dan untuk menjadi orang yang diajak-Nya bicara, berilah syafa'at kepada kami di sisi Rabb-mu, tidakkah engkau melihat apa yang sedang menimpa kami? Maka Musa pun menjawab dengan jawaban yang sama dan mengemukakan udzurnya : "Pergilah kepada selain aku! Maka pergilah mereka kepada Isa. Maka pergilah mereka kepada Isa a.s. dan berkata : "Wahai Isa, engkau adalah Rasul Allah dan kalimat-Nya yang ditiupkan kepada Maryam dan engkau adalah ruh yang berasal dari-Nya, berilah syafa'at kepada kami di sisi Rabb-mu, tidakkah engkau melihat apa yang sedang menimpa kami? Isa pun menjawab dengan jawaban yang sama dan berkata : "Pergilah kepada Muhammad, hamba yang telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Maka pergilah mereka kepadaku dan berkata : "Wahai Muhammad, engkau adalah Rasul Allah dan penutup para nabi, telah diampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang, berilah syafa'at kepada kami di sisi Rabb-mu, tidakkah engkau melihat apa yang sedang menimpa kami? Maka aku pun berdiri menuju ke bawah Arsy dan bersungkur sujud kepada Rabbku, maka Dia pun menerimaku dan mengilhamkan kepadaku beberapa kalimat pujian yang tidak pernah diilhamkan kepada seorang pun selainku. Kemudian Dia berfirman : "Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu! Mintalah, niscaya akan diberikan apa yang kamu minta, dan berilah syafa'at niscaya akan diperkenankan syafa'atmu." (HR. al-Bukhari : 3340 dan Muslim : 194).
  2. Syafa'at Nabi untuk paman beliau, Abu Thalib. Syafa'at ini hanya khusus bagi Nabi ﷺ dan hanya diberikan kepada paman beliau Abu Thalib. Tidak ada seorang kafir pun yang memperoleh syafa'at dari beliau kecuali paman beliau Abu Thalib sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika beliau ditanya : "Wahai Rasulullah, apakah anda bisa memberi syafa'at kepada paman anda?" Beliau menjawab : "Ya, dia berada di permukaan neraka, kalau bukan karena syafa'atku maka ia akan berada di bagian neraka yang paling dalam." (HR. al-Bukhari : 3883 dan Muslim : 209).
  3. Syafa'at Nabi untuk penghuni Surga agar masuk kedalamnya. Syafa'at ini juga merupakan kekhususan Nabi ﷺ sebagaimana disebutkan dalam sabda beliau : "Aku adalah orang yang pertama kali memasuki surga dan aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya." (HR. Muslim : 196).
  4. Syafa'at Nabi untuk segolongan manusia agar masuk Surga tanpa hisab. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits panjang bahwasannya Ukasyah r.a. pernah meminta kepada Rasul untuk dido'akan supaya menjadi golongan yang masuk surga tanpa hisab, kemudian beliau s.a.w. mendo'akan Ukasyah : "Ya Allah, jadikanlah Ukasyah termasuk ke dalam golongan tersebut (yaitu golongan  yang masuk surga tanpa hisab)." (HR. al-Bukhari : 5811).
  5. Syafa'at Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk kaum yang berhak masuk Neraka untuk tidak memasukinya. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits Hudzaifah ibn al-Yaman r.a. yang panjang dan di dalamnya ada pernyataan bahwa Nabi mendo'akan ummatnya yang melewati shirath : "Ya Allah, berilah keselamatan. Maka sang hamba tadi lewat dalam keadaan merangkak dan ia pun akhirnya selamat dari neraka walaupun harus terluka terlebih dahulu." (HR. Muslim : 195).
  6. Syafa'at Nabi untuk pelaku dosa besar dari kalangan kaum Mukminin agar keluar dari Neraka. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ : "Sesungguhnya Allah mengeluarkan suatu kaum dari neraka karena syafa'at." (HR. Muslim : 191). Syafa'at ini tidak khusus bagi Nabi Muhammad ﷺ saja, tetapi juga bagi para nabi yang lain dan hamba-hamba shalih pilihan. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku dosa besar dari kalangan Mukminin tidak kekal dalam neraka, tidak seperti yang dipahami oleh Khawarij dan Mu'tazilah.
----------------------
Hafidz Al-Musthafa, Buletin Dakwah Islam Al-Furqon, Tahun ke-9, volume 2 nomor 1, halaman 2-4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar