Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Pertama, bahwa makhluk siapapun tidak mengetahui ghaib mutlak. Apa itu ghaib mutlak?
Ghaib mutlak adalah Sesuatu yang ghaib, yang hanya diketahui oleh Allah.
Allah berfirman,
Pertama, bahwa makhluk siapapun tidak mengetahui ghaib mutlak. Apa itu ghaib mutlak?
Ghaib mutlak adalah Sesuatu yang ghaib, yang hanya diketahui oleh Allah.
Allah berfirman,
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
Katakanlah, bahwa tidak ada satupun di langit dan di bumi yang tahu hal yang ghaib kecuali Allah… (QS. an-Naml : 65).
Contoh ghaib mutlak adalah semua takdir Allah di masa mendatang atau kapan terjadi kiamat. Selain Allah tidak ada yang tahu, kecuali mereka yang mendapatkan wahyu dari Allah, seperti para nabi atau malaikat yang mendengar ketetapan Allah menetapkan taqdir.
Allah berfirman,
Contoh ghaib mutlak adalah semua takdir Allah di masa mendatang atau kapan terjadi kiamat. Selain Allah tidak ada yang tahu, kecuali mereka yang mendapatkan wahyu dari Allah, seperti para nabi atau malaikat yang mendengar ketetapan Allah menetapkan taqdir.
Allah berfirman,
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. al-Jin: 26 – 27)
Kedua, bahwa jin bisa melihat manusia sementara manusia tidak bisa melihat jin
Tapi ini bukan berarti jin tahu hal ghaib mutlak atau punya kemampuan luar biasa. Kata Dr. Kholid al-Mushlih, Kelebihan ini sama seperti kelebihan antara orang buta dengan orang yang matanya normal.
Orang yang matanya normal, dia bisa melihat orang yang buta. Namun tidak sebaliknya, orang yang buta tidak bisa melihat orang yang matanya normal.
Ketiga, Apakah jin bisa melihat isi hati manusia?
da hadis yang mengisyaratkan demikian. Hadis dari Shafiyyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Kedua, bahwa jin bisa melihat manusia sementara manusia tidak bisa melihat jin
Tapi ini bukan berarti jin tahu hal ghaib mutlak atau punya kemampuan luar biasa. Kata Dr. Kholid al-Mushlih, Kelebihan ini sama seperti kelebihan antara orang buta dengan orang yang matanya normal.
Orang yang matanya normal, dia bisa melihat orang yang buta. Namun tidak sebaliknya, orang yang buta tidak bisa melihat orang yang matanya normal.
Ketiga, Apakah jin bisa melihat isi hati manusia?
da hadis yang mengisyaratkan demikian. Hadis dari Shafiyyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan mengalir di pembuluh darah manusia”. (HR. Bukhari 2038 & Muslim 5807).
Abul Hasan al-Asy’ari menyebutkan perbedaan pendapat di kalangan ulama dan ahli kalam, apakah setan bisa mengetahui isi hati manusia ataukah tidak?
Pertama, pendapat Ibrahim, Ma’mar, dan Hisyam serta beberapa ulama yang mengikutinya, bahwa setan mengetahui isi hati manusia. dan itu tidak aneh, karena Allah memberikan ruang bagi setan untuk masuk ke dalam hati manusia. Seperti yang terjadi, setan bisa memberi saran kepada manusia, “Lakukan ini…” “Jangan lakukan itu…” sehingga setan tahu apa yang diinginkan manusia.
Demikian pula ketika dia hendak melakukan satu perbuatan, setan tahu apa yang dilakukan orang itu. Ketika jiwanya berkeinginan untuk sedekah atau berbuat baik, setan tahu dengan indikator, lalu dia melarang manusia untuk melakukannya. Demikian keterangan Zarqan.
Kedua, pendapat Mu’tazilah dan yang lainnya
Bahwa setan tidak bisa mengetahui isi hati manusia. sehingga ketika manusia punya keinginan untuk melakukan kebaikan atau ingin bersedekah, setan mengetahui berdasarkan dugaan dan berusaha melarangnya.
Ketiga, bahwa setan bisa merasuk ke hati manusia dan dia mengetahui apa yang diinginkan dalam hatinya.
(Maqalat al-Islamiyin, 436 – 437)
Hanya saja, sebagian ulama menyatakan bahwa ini masalah ghaib dan tidak ada keterangan yang pasti di sana. Sementara masalah ini tidak ada hubungannya dengan amal manusia. Sehingga sikap yang lebih tepat adalah tidak membahasnya. Kita serahkan ilmu tetang itu kepada Allah. Agar kita tidak termasuk orang yang membebani diri dengan sesuatu yang bukan tanggung jawab kita.
Ini seperti yang disarankan Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syinqithi,
sumber : konsultasisyariah.com
Abul Hasan al-Asy’ari menyebutkan perbedaan pendapat di kalangan ulama dan ahli kalam, apakah setan bisa mengetahui isi hati manusia ataukah tidak?
Pertama, pendapat Ibrahim, Ma’mar, dan Hisyam serta beberapa ulama yang mengikutinya, bahwa setan mengetahui isi hati manusia. dan itu tidak aneh, karena Allah memberikan ruang bagi setan untuk masuk ke dalam hati manusia. Seperti yang terjadi, setan bisa memberi saran kepada manusia, “Lakukan ini…” “Jangan lakukan itu…” sehingga setan tahu apa yang diinginkan manusia.
Demikian pula ketika dia hendak melakukan satu perbuatan, setan tahu apa yang dilakukan orang itu. Ketika jiwanya berkeinginan untuk sedekah atau berbuat baik, setan tahu dengan indikator, lalu dia melarang manusia untuk melakukannya. Demikian keterangan Zarqan.
Kedua, pendapat Mu’tazilah dan yang lainnya
Bahwa setan tidak bisa mengetahui isi hati manusia. sehingga ketika manusia punya keinginan untuk melakukan kebaikan atau ingin bersedekah, setan mengetahui berdasarkan dugaan dan berusaha melarangnya.
Ketiga, bahwa setan bisa merasuk ke hati manusia dan dia mengetahui apa yang diinginkan dalam hatinya.
(Maqalat al-Islamiyin, 436 – 437)
Hanya saja, sebagian ulama menyatakan bahwa ini masalah ghaib dan tidak ada keterangan yang pasti di sana. Sementara masalah ini tidak ada hubungannya dengan amal manusia. Sehingga sikap yang lebih tepat adalah tidak membahasnya. Kita serahkan ilmu tetang itu kepada Allah. Agar kita tidak termasuk orang yang membebani diri dengan sesuatu yang bukan tanggung jawab kita.
Ini seperti yang disarankan Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syinqithi,
sumber : konsultasisyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar