Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 108, Allah ta'ala memberi peringatan kepada ummat Islam untuk tidak meniru bani israil dalam firman-Nya :
أَمْ تُرِيدُونَ أَن تَسْـَٔلُوا۟
رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِن قَبْلُ ۗ وَمَن يَتَبَدَّلِ
الْكُفْرَ بِالْإِيمٰنِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَآءَ السَّبِيلِ
Apakah kamu menghendaki akan meminta kepada Rasul kamu seperti halnya bani israil meminta kepada Musa pada masa yang lalu? Dan barangsiapa yang menukar keimanan dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. (108).
Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa Rafi' bin Huraimalah dan Wahab bin Zaid berkata kepada Rasulullah ﷺ, "Hai Muhammad ! Cobalah turunkan kepada kami suatu kitab dari langit yang kami akan baca, atau buatlah sungai yang mengalir airnya, pasti kami akan mengikuti dan mempercayai tuan". Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 108) sebagai peringatan agar ummat Islam tidak meniru bani israil di dalam mengikuti ajaran Rasul. (HR. Ibnu Abi Hatim).
Menurut riwayat lain dari Abal 'Aliah dikemukakan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah : "Ya Rasulullah, bagaimana kalau kifarat (denda tebusan dosa) kami disamakan saja dengan kifarat bani israil? Nabi ﷺ menjawab : "Maha Suci Allah, sungguh aku tidak menghendakinya, karena Allah telah memberikan kepadaku yang lebih baik daripada yang diberikan kepada bani israil dahulu. Apabila mereka melakukan kejahatan, tertulislah itu diatas pintu rumah mereka dan kifaratnya. Apabila telah ditunaikan kifaratnya, tinggallah kehinaan baginya di dunia dan apabila tidak ditunaikan maka akan mendapat pula kehinaan di akhirat. Bukankah Allah telah memberikan yang lebih baik kepadamu dari pada itu dengan firmannya :
Dan selanjutnya nabi bersabda : Sholat yang lima dan sholat Jum'at sampai sholat jum'at berikutnya menjadi kifarat kesalahan yang dikerjakan di antara waktu kesemuanya itu". Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 108) sebagai teguran terhadap orang yang ingin mengubah ketentuan Allah. (HR. Ibnu Jarir).
Menurut riwayat lain dari Abal 'Aliah dikemukakan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah : "Ya Rasulullah, bagaimana kalau kifarat (denda tebusan dosa) kami disamakan saja dengan kifarat bani israil? Nabi ﷺ menjawab : "Maha Suci Allah, sungguh aku tidak menghendakinya, karena Allah telah memberikan kepadaku yang lebih baik daripada yang diberikan kepada bani israil dahulu. Apabila mereka melakukan kejahatan, tertulislah itu diatas pintu rumah mereka dan kifaratnya. Apabila telah ditunaikan kifaratnya, tinggallah kehinaan baginya di dunia dan apabila tidak ditunaikan maka akan mendapat pula kehinaan di akhirat. Bukankah Allah telah memberikan yang lebih baik kepadamu dari pada itu dengan firmannya :
وَمَن يَعْمَلْ سُوٓءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُۥ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّـهَ يَجِدِ اللَّـهَ غَفُورًا رَّحِيمًا
Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian dia mohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. an-Nisaa' (4) : 110).Dan selanjutnya nabi bersabda : Sholat yang lima dan sholat Jum'at sampai sholat jum'at berikutnya menjadi kifarat kesalahan yang dikerjakan di antara waktu kesemuanya itu". Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 108) sebagai teguran terhadap orang yang ingin mengubah ketentuan Allah. (HR. Ibnu Jarir).
Tafsir Ayat
QS. 2 : 108. "Apakah kamu menghendaki akan meminta kepada Rasul kamu seperti halnya
bani israil meminta kepada Musa pada masa yang lalu?...". Allah ta'ala memberi ajaran kepada ummat yang beriman agar tidak meniru perangai bani israil yang suka banyak tanya, banyak soal, yang bukan semata-mata untuk menghilang keraguan, tetapi hendak menyoal guru, hendak mengukur dalam dangkalnya ilmu. Adapun yang bertanya karena hendak mencari helah dan memutar-mutar. Adapula yang bertanya dihadapan orang banyak, supaya kelihatan bahwa dia orang istimewa, seperti yang telah dilakukan bani israil kepada Musa. Timbul pertanyaan kepada orang yang beriman, apakah kamu akan bertanya seperti itu pula kepada nabi kamu Muhammad Rasulullah. Seperti bani israil menanyai Musa? Sebab perbuatan yang demikian bukan timbul dari iman, melainkan dari perangai kufur adanya. Jika datang perintah laksanakanlah dengan baik. Kalau tersangkut, pecahkanlah sendiri sangkutan itu seakal-budimu. Kalau ada hal yang tidak dibicarakan, bukanlah itu karena lupa, melainkan di sengaja untuk meringankan kamu. "... . Dan barangsiapa
yang menukar keimanan dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah
sesat dari jalan yang lurus".Sesat dari jalan yang lurus, lalu memilih jalan yang berbelit-belit dengan banyak bertanya guna melepaskan diri, akhirnya tersesat dalam kekufuran, terlepas dari kebenaran, tenggelam dalam keingkaran.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 353 - 354.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 36 - 37.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 30.
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 353 - 354.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 36 - 37.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar