"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 07 Agustus 2015

Pembakar Rumah dan Bayi Dawabsheh Hanya Dikenai ‘Penahanan Administratif’

Untuk kali pertama, Zionis menggunakan bentuk penahanan kontroversial terhadap tersangka ekstremis Yahudi, yakni “penahanan administratif”. Hal itu dilakukan akibat maraknya protes keras dunia internasional atas kematian bayi Palestina dalam serangan pembakaran akhir Juli lalu.

Meir Ettinger, ketua kelompok ekstremis Yahudi
“Penahanan administratif” biasanya diterapkan Zionis terhadap warga Palestina. Zionis membiarkan mereka ditawan tanpa pengadilan atau dakwaan dengan perpanjangan masa penahanan. Kini, sekitar 379 dari 5.686 tawanan Palestina yang mendekam di penjara Zionis merupakan tawanan administratif. Tak heran banyak tawanan Palestina yang melakukan mogok makan untuk memprotes kebijakan tersebut. Kebiasaan Zionis menggunakan penahanan administratif melanggar hukum internasional yang menetapkan bahwa itu hanya boleh digunakan dalam kondisi tertentu.
Sekilas terkesan tegas, namun sebenarnya tak ada satu pun dari tiga ekstremis Yahudi yang ditangkap beberapa hari lalu dituduh terlibat langsung dalam serangan pembakaran rumah warga Palestina di Tepi Barat terjajah yang menewaskan bayi Ali Saad Dawabsheh (18 bulan). Dengan kata lain, “penahanan administratif” diterapkan Zionis terhadap tahanan Yahudi untuk kasus-kasus yang tidak ada cukup bukti untuk dibawa ke pengadilan atau jika tersangka menolak untuk memberi kesaksian.
Selasa (4/8/2015) lalu Menteri Pertahanan Zionis Moshe Yaalon menandatangani surat perintah penahanan administratif terhadap Mordechai Mayer, seorang pemukim ilegal Yahudi yang ditangkap atas “keterlibatannya dalam aksi kekerasan dan serangan teroris baru-baru ini”. Pengadilan Zionis juga memutuskan memperpanjang masa penahanan Meir Ettinger (20), yang ditangkap Zionis Senin (3/8/2015) lalu atas tuduhan “kejahatan nasionalis”.
Polisi mengatakan, Ettinger (23) disangka melakukan “kejahatan nasionalis”, namun tidak menuduhnya atas keterlibatan langsung dalam serangan pembakaran yang mengakibatkan bayi Ali tewas terpanggang. Meir Ettinger merupakan cucu dari Meir Kahane, seorang rabbi yang mendirikan kelompok rasis anti-Palestina, Kach. Kahane terbunuh pada tahun 1990 di New York.
Ettinger ditangkap di Safed, utara ‘Israel’ karena aktivitasnya di organisasi ekstremis Yahudi. Ettinger muncul di pengadilan pada Selasa lalu untuk pemeriksaan. Di blog-nya, Ettinger menolak adanya sebuah organisasi bawah tanah Yahudi. Namun sikapnya jelas, ia membela serangan terhadap gereja-gereja dan masjid-masjid yang ia cap sebagai “tempat-tempat jamaah penyembah berhala.”
Juru bicara badan intelijen Zionis Shin bet mengatakan, Ettinger pada Januari lalu dilarang memasuki Tepi Barat terjajah atau Timur Baitul Maqdis selama setahun “akibat aktivitasnya”. Menurut media Zionis, ia merupakan otak di balik serangan pembakaran sebuah kuil di utara ‘Israel’ pada 18 Juni 2015.
Semuanya hanya “formalitas”, tak ada berkas yang mengaitkan Ettinger atas kejahatan. Tak heran, Ettinger tampil cengengesan di ruang pengadilan. Pemeriksaan pun dilakukan secara tertutup. Pengacara Ettinger, Yuval Zemer juga tak mengatakan apapun mengenai alasan pasti penangkapan kliennya pada Senin lalu.
Tersangka lainnya adalah ekstremis Yahudi bernama Eviatar Slonim, yang ditangkap pada Selasa lalu, “Karena menjadi anggota organisasi ekstremis,” kata juru bicara Shin Bet. Tak ada rincian mengenai tuduhan yang dikenakan terhadapnya. Tak ada pula petunjuk bahwa Slonim atau Mayer menjadi tersangka dalam bom api Jum’at lalu yang menewaskan Ali Saad Dawabsheh (18 bulan). (Ma’an News Agency | Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar