"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 14 Agustus 2015

Allah Mengharamkan Kezaliman

Dari Abu Dzar r.a. dari Rasulullah s.a.w. dalam hadits Qudsi, Allah ta'ala berfirman, "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya haram diantara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-Ku setiap kalian tersesat kecuali yang telah Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan beri petunjuk. Wahai hamba-Ku, setiap kalian lapar kecuali yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku akan memberi kalian makan. Wahai hamba-Ku, setiap kalian adalah telanjang kecuali yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan memberi pakaian kepada kalian...." (HR. Muslim).

Dalam firman-Nya, "Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya haram diantara kalian" terdapat dua masalah : pertama kezaliman yang diharamkan Allah atas diri-Nya dan Dia meniadakan kezaliman-Nya sebagaimana yang terdapat dalam beberapa ayat Qur'an berikut;
  • "Kami tidak menzalimi mereka." (TQS. An-Nahl : 118).
  • "Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun." (TQS. Al-Kahfi : 49).
  • "Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya." (TQS. Fushshilat : 46).
  • "Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebaikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya." (TQS. An-Nisaa' : 77)
  • Dalam ayat lain Allah menafikan keinginan-Nya untuk menzalimi, ".... dan Allah tidaklah berkehendak menzalimi (siapa pun) di seluruh alam." (TQS. Ali Imran : 108).
  • "Padahal Allah tidak menghendaki kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya." (TQS. Ghafir : 31).
  • Dan dalam ayat lain Allah menafikan ketakutan hamba dengan kezaliman, Allah ta'ala berfirman; "Dan barangsiapa mengerjakan kebajikan sedang dia (dalam keadaan) beriman, maka dia khawatir akan diperlakukan zalim (terhadapnya) dan tidak (pula khawatir) akan pengurangan haknya." (TQS. Thaha : 112).
Manusia telah berselisih dalam memahami makna kezaliman sehingga menjadikan mereka terbagi menjadi dua kelompok yang saling berjauhan dan ada yang dipertengahan, dan sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan. Hal ini disebabkan mereka membahas masalah takdir dan kecocokannya dengan syariat, padahal tenggelam dalam masalah ini tanpa ilmu pengetahuan yang cukup akan menyebabkan umat kepada kesesatan. Oleh sebab itu, Rasulullah s.a.w. melarang para sahabatnya mempertengkarkan masalah takdir.
-----------------------------------
Inspirasi :
Tazkiyatun Nafs
, Ibnu Taimiyah, Penerbit : Darus Sunnah Press, Jakarta Timur, Cetakan Pertama : November 2008, halaman 253 - 255.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar