Ketika pelantikan Abu Bakr selesai sudah di Saqifah, jenazah Nabi di rumah masih dikelilingi keluarga : Ali bin Abi Talib, Abbas bin Abdul Muttalib bersama beberapa orang yang turut menyelenggarakan. Tidak jauh dari mereka, di dalam mesjid ada juga beberapa orang dari kalangan Muhajirin.
Seperti kita lihat, baiat ini selesai dalam keadaan yang membuat beberapa sumber menghubungkan kata-kata ini pada Umar : “Peristiwa sangat tiba-tiba sekali.”
Tetapi sumber-sumber lain berpendapat, bahwa Abu Bakr, Umar dan Abu Ubaidah sudah sepakat, bahwa pimpinan memang akan berada di tangan Abu Bakr. Apa pun yang akan dikalakan kedua sumber itu, yang tak jelas ialah, bahwa keputusan Saqifah ini telah menyelamatkan Islam yang baru tumbuh itu dan malapetaka. yang hanya Allah saja yang tahu akan segala akibatnya.
Abu Bakr telah meratakan jalan untuk menghilangkan segala perselisihan di kalangan Muslimin. Ia juga telah meratakan jalan menuju politik yang polanya sudah diletakkan oleh Rasulullah untuk mencapai keberhasilan sehingga membuka pula jalan ke arah kedaulatan Islam kemudian hari. Dengan karunia Tuhan juga, akhirnya agama ini tersebar ke segenap penjuru dunia.
Sejak kejadian Saqifah itu pihak Ansar sudah tidak lagi berambisi untuk memegang pimpinan Muslimin. Baik pada waktu pelantikan Umar bin Khattab, pelantikan Usman bin Affan sampai pada waktu terjadinya pertentangan antara Ali dengan Muawiyah, hak Ansar tidak berbeda dengan apa yang sudah diperoleh oleh kalangan Arab lainnya, seolah mereka sudah yakin benar apa yang pernah dikatakan oleh Abu Bakr, bahwa dalam hal ini orang-orang Arab itu hanya mengenal lingkungan Kuraisy. Bahkan sesudah itu mereka merasa cukup senang hidup di samping Muhajirin. Mereka pun puas sekali dengan wasiat Rasulullah dalam sakitnya yang terakhir tatkala berkata : “Saudara-saudara Muhajirin, jagalah kaum Ansar itu baik-baik ; sebab selama orang bertambah banyak, orang-orang Ansar akan seperti itu juga keadaannya, tidak bertambah. Mereka orang-orang tempat aku menyimpan rahasiaku dan yang telah memberi perlindungan kepadaku. Hendaklah kamu berbuat baik atas kebaikan mereka itu dan maafkanlah kesalahan mereka.”
Tak lama setelah selesai pelantikan itu Abu Bakr dan mereka yang hadir di Saqifah kembali ke mesjid. Waktu itu sudah sore. Kaum Muslimin sedang mengikuti berita-berita dari rumah ‘Aisyah mengenai penyelenggaraan pemakaman Rasulullah.
Keesokan harinya ketika Abu Bakr sedang duduk di mesjid, Umar datang meminta maaf atas peristiwa kemarin talkala ia berkata kepada kaum Muslimin, bahwa Nabi tidak mati.
“Kepada Saudara-saudara kemarin saya mengucapkan kata-kata yang tidak terdapat dalam Kitabullah, juga bukan suatu pesan yang diberikan Rasulullah kepada saya. Ketika itu saya berpendapat, bahwa Rasulullah yang akan mengurus soal kita, sebagai orang terakhir yang tinggal bersama-sama kita. Tetapi Allah telah memberikan Qur’an untuk selamanya kepada kita, yang juga menjadi penuntun Rasul-Nya. Kalau kita berpegang teguh pada Qur’an. Allah akan membimbing kita yang juga telah membimbing Rasulullah. Sekarang Allah telah menyatukan segala persoalan kita di tangan sahabat Rasulullah —Sallallahu ‘alaihi wasallam— orang yang terbaik di antara kita dan “dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua”.(kutipan sebagian ayat Qur’an 9 : 40) Maka marilah kita baiat dia, kita ikrarkan.”
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 45 - 46.
Seperti kita lihat, baiat ini selesai dalam keadaan yang membuat beberapa sumber menghubungkan kata-kata ini pada Umar : “Peristiwa sangat tiba-tiba sekali.”
Tetapi sumber-sumber lain berpendapat, bahwa Abu Bakr, Umar dan Abu Ubaidah sudah sepakat, bahwa pimpinan memang akan berada di tangan Abu Bakr. Apa pun yang akan dikalakan kedua sumber itu, yang tak jelas ialah, bahwa keputusan Saqifah ini telah menyelamatkan Islam yang baru tumbuh itu dan malapetaka. yang hanya Allah saja yang tahu akan segala akibatnya.
Abu Bakr telah meratakan jalan untuk menghilangkan segala perselisihan di kalangan Muslimin. Ia juga telah meratakan jalan menuju politik yang polanya sudah diletakkan oleh Rasulullah untuk mencapai keberhasilan sehingga membuka pula jalan ke arah kedaulatan Islam kemudian hari. Dengan karunia Tuhan juga, akhirnya agama ini tersebar ke segenap penjuru dunia.
Sejak kejadian Saqifah itu pihak Ansar sudah tidak lagi berambisi untuk memegang pimpinan Muslimin. Baik pada waktu pelantikan Umar bin Khattab, pelantikan Usman bin Affan sampai pada waktu terjadinya pertentangan antara Ali dengan Muawiyah, hak Ansar tidak berbeda dengan apa yang sudah diperoleh oleh kalangan Arab lainnya, seolah mereka sudah yakin benar apa yang pernah dikatakan oleh Abu Bakr, bahwa dalam hal ini orang-orang Arab itu hanya mengenal lingkungan Kuraisy. Bahkan sesudah itu mereka merasa cukup senang hidup di samping Muhajirin. Mereka pun puas sekali dengan wasiat Rasulullah dalam sakitnya yang terakhir tatkala berkata : “Saudara-saudara Muhajirin, jagalah kaum Ansar itu baik-baik ; sebab selama orang bertambah banyak, orang-orang Ansar akan seperti itu juga keadaannya, tidak bertambah. Mereka orang-orang tempat aku menyimpan rahasiaku dan yang telah memberi perlindungan kepadaku. Hendaklah kamu berbuat baik atas kebaikan mereka itu dan maafkanlah kesalahan mereka.”
Tak lama setelah selesai pelantikan itu Abu Bakr dan mereka yang hadir di Saqifah kembali ke mesjid. Waktu itu sudah sore. Kaum Muslimin sedang mengikuti berita-berita dari rumah ‘Aisyah mengenai penyelenggaraan pemakaman Rasulullah.
Keesokan harinya ketika Abu Bakr sedang duduk di mesjid, Umar datang meminta maaf atas peristiwa kemarin talkala ia berkata kepada kaum Muslimin, bahwa Nabi tidak mati.
“Kepada Saudara-saudara kemarin saya mengucapkan kata-kata yang tidak terdapat dalam Kitabullah, juga bukan suatu pesan yang diberikan Rasulullah kepada saya. Ketika itu saya berpendapat, bahwa Rasulullah yang akan mengurus soal kita, sebagai orang terakhir yang tinggal bersama-sama kita. Tetapi Allah telah memberikan Qur’an untuk selamanya kepada kita, yang juga menjadi penuntun Rasul-Nya. Kalau kita berpegang teguh pada Qur’an. Allah akan membimbing kita yang juga telah membimbing Rasulullah. Sekarang Allah telah menyatukan segala persoalan kita di tangan sahabat Rasulullah —Sallallahu ‘alaihi wasallam— orang yang terbaik di antara kita dan “dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua”.(kutipan sebagian ayat Qur’an 9 : 40) Maka marilah kita baiat dia, kita ikrarkan.”
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 45 - 46.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar