Demikian inilah kesan yang masyhur (yang sudah umum) mengenai sikap Ali bin Abi Talib dan sahabat-sahabatnya sehubungan dengan baiat Abu Bakr ini. Beberapa sejarawan dengan tegas sekali membantah kesan yang sudah umum mengenai tertinggalnya Banu Hasyim dan beberapa kalangan Muhajirin itu. Mereka menyebutkan bahwa sesudah Saqifah. Abu Bakr dibaiat secara aklamasi tanpa ada yang ketinggalan. Tabari menyebutkan sebuah sumber lengkap dengan isnadnya, bahwa Sa’d bin Zaid ketika ditanya : Engkau menyaksikan kematian Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam? Ya, jawabnya. Ditanya lagi : Kapan Abu Bakr dibaiat? Dijawab : Ketika Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasllam wafat; mereka tidak mau ada yang lowong sehari pun tanpa berada dalam satu jamaah. Apa ada yang menentang? Tidak, katanya, tak ada, kecuali mereka yang murtad atau orang-orang Ansar yang mau murtad kalau tidak segera mendapat pertolongan Allah. Ketika ditanya lagi Apa ada Muhajirin yang tidak ikut? Tidak, katanya. Kaum Muhajirin secara berturut-tunut memberikan baiat tanpa diminta.
Dalam sebuah sumber disebutkan, bahwa ketika itu Ali bin Abi Talib sedang duduk-duduk di rumahnya tatkala ada orang datang memberitahukan bahwa Abu Bakr sudah siap hendak di ikrarkan. Karena khawatir akan terlambat Ali keluar cepat-cepat hanya mengenakan baju kemeja tanpa mantel dan jubah. Kemudian ia pun membaiat. Sesudah itu ia duduk dan menyuruh orang mengambilkan pakaiannya itu lalu dipakainya, dan ia tetap duduk.
Sumber Jalan Tengah
Ada pula beberapa sumber mengenai Ali dan ikrarnya itu yang mengambil jalan tengah dari apa yang kita kemukakan itu. Di antaranya seperti dituturkan. bahwa setelah selesai pengukuhan itu Abu Bakr naik mimbar dan ketika melihat di antara hadirin Zubair tidak tampak, dipanggilnya. Ketika Zubair datang ia berkata : “Oh sepupu Rasulullah s.a.w. dan pembantu dekatnya, engkau mau menimbulkan perpecahan di kalangan Muslimin?”
“Tak ada cacat apa-apa ya Khalifah Rasulullah,” katanya, lalu ia bangun dan membaiat Abu Bakr.
Kemuduan Abu Bakr melihat kepada hadirin. Ia tidak melihat Ali. Bila Ali datang setelah dipanggil ia bertanya : “Sepupu Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam dan menantunya. engkau mau menimbulkan perpecahan di kalangan Muslimin?”
“Tak ada cela apa-apa ya Khalifah Rasulullah,” katanya, lalu ia pun bangun dan membaiat Abu Bakr.
Pendapat Sekitar Sikap Banu Umayyah
Ada juga beberapa sumber yang mengatakan, bahwa Banu Umayyahlah yang memang ingin menimbulkan ketegangan antara Banu Hasyim dengan Abu Bakr. Setelah orang datang berkumpul hendak mengikrarkan Abu Bakr, konon datang pula Abu Sufyan mengatakan : Sungguh, hanya darah yang akan dapat memadamkan sampah ini. Hai Keluarga Abdu Manaf mengapa mesti Abu Bakr yang memerintah kamu? Mana kedua orang yang dihina itu, yang diperlemah, Ali dan Abbas!
Tetapi sumber-sumber yang menyebutkan peristiwa yang dihubungkan kepada Abu Sufyan ini hampir semua sepakat, bahwa Ali menolak ajakannya itu. Malah ia berkata kepadanya : “Engkau memang mau membuat fitnah dengan cara itu. Selalu kau mau membawa Islam ke dalam bencana.” Atau katanya juga : “Abu Sufyan, engkau selalu mau memusuhi Islam dan pemeluknya. Tetapi engkau tak akan berhasil. Aku berpendapat, Abu Bakr memang pantas untuk itu.”
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 50 - 52.
Dalam sebuah sumber disebutkan, bahwa ketika itu Ali bin Abi Talib sedang duduk-duduk di rumahnya tatkala ada orang datang memberitahukan bahwa Abu Bakr sudah siap hendak di ikrarkan. Karena khawatir akan terlambat Ali keluar cepat-cepat hanya mengenakan baju kemeja tanpa mantel dan jubah. Kemudian ia pun membaiat. Sesudah itu ia duduk dan menyuruh orang mengambilkan pakaiannya itu lalu dipakainya, dan ia tetap duduk.
Sumber Jalan Tengah
Ada pula beberapa sumber mengenai Ali dan ikrarnya itu yang mengambil jalan tengah dari apa yang kita kemukakan itu. Di antaranya seperti dituturkan. bahwa setelah selesai pengukuhan itu Abu Bakr naik mimbar dan ketika melihat di antara hadirin Zubair tidak tampak, dipanggilnya. Ketika Zubair datang ia berkata : “Oh sepupu Rasulullah s.a.w. dan pembantu dekatnya, engkau mau menimbulkan perpecahan di kalangan Muslimin?”
“Tak ada cacat apa-apa ya Khalifah Rasulullah,” katanya, lalu ia bangun dan membaiat Abu Bakr.
Kemuduan Abu Bakr melihat kepada hadirin. Ia tidak melihat Ali. Bila Ali datang setelah dipanggil ia bertanya : “Sepupu Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam dan menantunya. engkau mau menimbulkan perpecahan di kalangan Muslimin?”
“Tak ada cela apa-apa ya Khalifah Rasulullah,” katanya, lalu ia pun bangun dan membaiat Abu Bakr.
Pendapat Sekitar Sikap Banu Umayyah
Ada juga beberapa sumber yang mengatakan, bahwa Banu Umayyahlah yang memang ingin menimbulkan ketegangan antara Banu Hasyim dengan Abu Bakr. Setelah orang datang berkumpul hendak mengikrarkan Abu Bakr, konon datang pula Abu Sufyan mengatakan : Sungguh, hanya darah yang akan dapat memadamkan sampah ini. Hai Keluarga Abdu Manaf mengapa mesti Abu Bakr yang memerintah kamu? Mana kedua orang yang dihina itu, yang diperlemah, Ali dan Abbas!
Tetapi sumber-sumber yang menyebutkan peristiwa yang dihubungkan kepada Abu Sufyan ini hampir semua sepakat, bahwa Ali menolak ajakannya itu. Malah ia berkata kepadanya : “Engkau memang mau membuat fitnah dengan cara itu. Selalu kau mau membawa Islam ke dalam bencana.” Atau katanya juga : “Abu Sufyan, engkau selalu mau memusuhi Islam dan pemeluknya. Tetapi engkau tak akan berhasil. Aku berpendapat, Abu Bakr memang pantas untuk itu.”
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 50 - 52.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar