"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 29 Februari 2012

JUWAIRIYAH BINTI AL-HARITS

Beliau adalah Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhirar bin Al-Habib Al-Khuza’iyah Al-Mushthaliqiyyah. Beliau adalah secantik-cantik seorang wanita. Beliau termasuk wanita yang ditawan tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi’
Hasil undian Juwairiyah adalah bagian untuk Tsabit bin Qais bin Syamas atau anak pamannya, tatkala itu Juwairiyah berumur 20 tahun. Dan akhirnya beliau selamat dari kehinaan sebagai tawanan/ rampasan perang dan kerendahannya. Beliau menulis untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya), kemudian mendatangi Rasulullah agar mau menolong untuk menebus dirinya. Maka menjadi ibalah hati Nabi melihat kondisi seorang wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya pada Juwairiyah, “Maukah engkau mendapatkan yang lebih baik dari hal itu?” Maka dia menjawab dengan sopan, “Apakah itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!” Maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan, sedangkan dia hamper-hampir tidak peduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya, beliau menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Maka Rasulullah bersabda: “Aku telah melakukannya.”
‘Aisyah Ummul mukminin berkata: “Tersebarlah berita kepada manusia bahwa Rasulullah s.a.w. telah menikahi Juwairiyah binti Al Harits bin Abi Dhirar. Maka orang-orang berkata: “Kerabat Rasulullah s.a.w. !. Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan pernikahan beliau dengan Juwairiyah menjadi sebab dibebaskanya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq Maka aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyah.”
Dan Ummul mukminin ‘Aisyiyah menceritakan perihal pribadi Juwairiyah : “Juwairiyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorangpun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyah meminta kepada Rasulullah untuk membebaskan dirinya, sedangkan demi Allah aku telah melihatnya melalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena saya menduga bahwa Rasulullah akan melihat sebagaimana yang aku lihat.”
Maka masuklah pengantin wanita, Sayyidah Bani Mushthaliq ke dalam rumah tangga nubuwwah. Pada mulanya nama beliau adalah Burrah, namun Rasulullah menggantinya dengan Juwairiyah, karena khawatir dia dikatakan keluar dari biji gandum.
Ibnu Hajar menyebutkan di dalam Al-lshabah tentang kuatnya keimanan Juwairiyah. Beliau berkata : “Ayah Juwairiyah mendatangi Rasul dan berkata : “Sesungguhnya anakku tidak berhak ditawan, karena terlalu mulia dari hal itu. Maka Nabi s.a..w. bersabda : “Bagaimana pendapatmu seandainya anakmu disuruh memilih di antara kita, apakah anda setuju?”
‘Baiklah’, katanya. Kemudian ayahnya mendatangi Juwairiyah dan menyuruhnya untuk memilih antara dirinya dengan Rasulullah s.a.w. Maka beliau menjawab, “Aku memilih Allah dan Rasul-Nya.”
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau yang nama Al-Harits masuk Islam bersama kedua putranya dan beberapa orang dari kaumnya. Ummul Mukminin Juwairiyah wafat pada tahun 50 Hijriyah, ada pula yang mengatakan tahun 56 Hijriyah.
Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin Juwairiyah, karena pernikahannya dengan Rasulullah s.a.w. membawa barakah dan kebaikan yang menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang dicintainya berpindah dan memalingkan ibadah untuk selain Allah dan kesyirikan, menuju kebebasan dan cahaya Islam beserta kewibawaannya. Hal itu merupakan pelajaran bagi mereka yang bertanya-tanya tentang hikmah Rasulullah s.a.w. beristri lebih dari satu.
-------------------------------------------------------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 81 – 83

Tidak ada komentar:

Posting Komentar