Allah berfirman QS. Al-Maidah : 70, yang artinya :
"Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, lalu sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.”
Bangsa Yahudi mengadakan perjanjian dengan Allah yang isinya :
a. wajib mengesakan Allah;
b. mengikuti segala ketentuan hukuman Allah;
c. berakhlaq mulia
Semua janji ini mereka ingkari atau mereka langgar begitu saja. Setiap rasul datang kepada mereka untuk memperingatkan kedurhakaan mereka kepada janji-janji tersebut serta merta mereka tolak dan mereka dustakan.
Bangsa Yahudi sudah menjadi manusia yang paling bobrok dan selalu mengutamakan dorongan nafsu rendah, sehingga mereka menjadi manusia yang paling sesat. Di dalam hati mereka tidak lagi tersisa tempat untuk menampung nasehat-nasehat dan bimbingan para rasul. Bahkan mereka menunjukkan sikap kekafiran, kebencian dan mendustakan setiap kebenaran yang dibawa oleh para rasul dan tokoh-tokoh kebajikan.
Yang amat celaka pada karakter bangsa Yahudi ialah kedurhakaan mereka yang begitu bobrok, namun mereka tetap beranggapan tidak akan mendapat hukuman dari Allah, sebab mereka berkeyakinan putra dan kekasih Allah sebagaimana mereka ini. Sekiranya mendapat hukuman, toh hanya sebentar saja.
Apa yang menjadi latar belakang bangsa Yahudi selalu membenci kebenaran yang tidak disukainya ialah adanya keyakinan mereka tidak akan disiksa oleh Allah walaupun melanggar kebenaran. Barangsiapa yang membaca Kitab Talmud akan mengetahui betapa bobroknya moral bangsa Yahudi yang tergambar di dalam ayat-ayat Talmud. Di antara ayat Talmud menerangkan bahwa jika Allah mendapati kesulitan, maka dipanggillah para pendeta Yahudi untuk menyelesaikannya. Berdasarkan keyakinan sesat semacam inilah, maka bangsa Yahudi menganggap bahwa kebenaran yang dibawa para rasul itu tidak ada artinya, jika mereka tidak menyetujuinya. Dengan kata lain bangsa Yahudi jauh lebih tahu daripada Allah itu sendiri.
------------------------------------------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 184 - 186
"Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, lalu sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.”
Bangsa Yahudi mengadakan perjanjian dengan Allah yang isinya :
a. wajib mengesakan Allah;
b. mengikuti segala ketentuan hukuman Allah;
c. berakhlaq mulia
Semua janji ini mereka ingkari atau mereka langgar begitu saja. Setiap rasul datang kepada mereka untuk memperingatkan kedurhakaan mereka kepada janji-janji tersebut serta merta mereka tolak dan mereka dustakan.
Bangsa Yahudi sudah menjadi manusia yang paling bobrok dan selalu mengutamakan dorongan nafsu rendah, sehingga mereka menjadi manusia yang paling sesat. Di dalam hati mereka tidak lagi tersisa tempat untuk menampung nasehat-nasehat dan bimbingan para rasul. Bahkan mereka menunjukkan sikap kekafiran, kebencian dan mendustakan setiap kebenaran yang dibawa oleh para rasul dan tokoh-tokoh kebajikan.
Yang amat celaka pada karakter bangsa Yahudi ialah kedurhakaan mereka yang begitu bobrok, namun mereka tetap beranggapan tidak akan mendapat hukuman dari Allah, sebab mereka berkeyakinan putra dan kekasih Allah sebagaimana mereka ini. Sekiranya mendapat hukuman, toh hanya sebentar saja.
Apa yang menjadi latar belakang bangsa Yahudi selalu membenci kebenaran yang tidak disukainya ialah adanya keyakinan mereka tidak akan disiksa oleh Allah walaupun melanggar kebenaran. Barangsiapa yang membaca Kitab Talmud akan mengetahui betapa bobroknya moral bangsa Yahudi yang tergambar di dalam ayat-ayat Talmud. Di antara ayat Talmud menerangkan bahwa jika Allah mendapati kesulitan, maka dipanggillah para pendeta Yahudi untuk menyelesaikannya. Berdasarkan keyakinan sesat semacam inilah, maka bangsa Yahudi menganggap bahwa kebenaran yang dibawa para rasul itu tidak ada artinya, jika mereka tidak menyetujuinya. Dengan kata lain bangsa Yahudi jauh lebih tahu daripada Allah itu sendiri.
------------------------------------------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 184 - 186
Tidak ada komentar:
Posting Komentar