Allah berfirman (QS. Al-Maidah : 32)
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) kepada Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.”
Bangsa Yahudi banyak sekali menerima kiriman Rasul-Rasul Allah dengan membawa perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk untuk membimbing mereka menjadi manusia yang baik. Telah diperintahkan kepada mereka untuk memelihara keselamatan manusia dan melindungi jiwa setiap orang. Bahkan kepada mereka diberikan ancaman hukuman yang keras bila berani melakukan pembunuhan kepada siapapun. Tetapi karena akhlaq bangsa Yahudi telah begitu bobrok, maka mereka sulit dididik akhlaqnya dan dibersihkan mentalnya. Mereka tetap berani melakukan pembunuhan, bahkan membunuh para Nabi sekalipun.
Penyebab bangsa Yahudi masih tetap melakukan pembunuhan adalah karena timbulnya perasaan dengki pada diri mereka. Kedengkian senantiasa menjadi sumber perselisihan dan pertentangan di tengah masyarakat. Seorang pendengki sangat tidak senang melihat orang lain memperoleh kebahagiaan dalam bentuk apapun. Karena itu seorang pendengki tidak berkeberatan berbuat jahat kepada korbannya, sekalipun mengakibatkan kematiannya.
Suatu bangsa yang para warganya saling dengki satu dengan lainnya, niscaya tidaklah akan sempat memproyeksikan semangat anak-anak bangsanya mencapai kemajuan di tengah-tengah bangsa lain, tidak dapat melakukan kerjasama yang baik untuk kemaslahatan dan kemajuan dalam pergaulan hidup, sehingga mereka akan menjadi budak bangsa lain. Padahal dahulu mereka pernah menjadi majikan. Mereka pun akan menjadi bangsa yang hina padahal dahulu menjadi bangsa yang mulia dan hidup makmur serta sejahtera.
Salah satu hukuman berat yang dikenakan kepada bangsa Yahudi untuk mengobati mental mereka yang bobrok ialah larangan bekerja pada hari Sabat. Selama satu hari mereka harus beribadah terus menerus, tidak boleh mencari rezki dan tinggal di dalam rumah. Begitu pula lama masa berpuasa. Mereka diwajibkan berpuasa dari sejak terbit fajar sampai bintang tampak di malam hari, Hukum-hukum yang berat semacam ini adalah untuk membersihkan mental mereka agar dapat menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan durhaka dan melampaui batas, Namun ternyata mereka tetap juga menjadi manusia durhaka.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 163 - 165
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) kepada Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.”
Bangsa Yahudi banyak sekali menerima kiriman Rasul-Rasul Allah dengan membawa perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk untuk membimbing mereka menjadi manusia yang baik. Telah diperintahkan kepada mereka untuk memelihara keselamatan manusia dan melindungi jiwa setiap orang. Bahkan kepada mereka diberikan ancaman hukuman yang keras bila berani melakukan pembunuhan kepada siapapun. Tetapi karena akhlaq bangsa Yahudi telah begitu bobrok, maka mereka sulit dididik akhlaqnya dan dibersihkan mentalnya. Mereka tetap berani melakukan pembunuhan, bahkan membunuh para Nabi sekalipun.
Penyebab bangsa Yahudi masih tetap melakukan pembunuhan adalah karena timbulnya perasaan dengki pada diri mereka. Kedengkian senantiasa menjadi sumber perselisihan dan pertentangan di tengah masyarakat. Seorang pendengki sangat tidak senang melihat orang lain memperoleh kebahagiaan dalam bentuk apapun. Karena itu seorang pendengki tidak berkeberatan berbuat jahat kepada korbannya, sekalipun mengakibatkan kematiannya.
Suatu bangsa yang para warganya saling dengki satu dengan lainnya, niscaya tidaklah akan sempat memproyeksikan semangat anak-anak bangsanya mencapai kemajuan di tengah-tengah bangsa lain, tidak dapat melakukan kerjasama yang baik untuk kemaslahatan dan kemajuan dalam pergaulan hidup, sehingga mereka akan menjadi budak bangsa lain. Padahal dahulu mereka pernah menjadi majikan. Mereka pun akan menjadi bangsa yang hina padahal dahulu menjadi bangsa yang mulia dan hidup makmur serta sejahtera.
Salah satu hukuman berat yang dikenakan kepada bangsa Yahudi untuk mengobati mental mereka yang bobrok ialah larangan bekerja pada hari Sabat. Selama satu hari mereka harus beribadah terus menerus, tidak boleh mencari rezki dan tinggal di dalam rumah. Begitu pula lama masa berpuasa. Mereka diwajibkan berpuasa dari sejak terbit fajar sampai bintang tampak di malam hari, Hukum-hukum yang berat semacam ini adalah untuk membersihkan mental mereka agar dapat menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan durhaka dan melampaui batas, Namun ternyata mereka tetap juga menjadi manusia durhaka.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 163 - 165
Tidak ada komentar:
Posting Komentar