Anas bin Malik r.a. berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat seorang hamba-Nya, melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba, untanya yang telah hilang daripadanya di tengah hutan. (HR. Buchary dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim: Sungguh Allah lebih suka menerima tobat seseorang hamba-Nya, melebihi dari kesenangan orang yang berkendaraan di hutan, kemudian hilang daripadanya, sedang kendaraan itu penuh membawa bekal makanan dan minumannya, sehingga ia patah harapan untuk mendapatkannya kembali, lalu Ia duduk di bawah pohon dengan kecewa dan putus asa; tiba-tiba ketika ia bangun dari tidurnya, kendaraannya telah ada kembali di depannya lengkap dengan bekalnya, maka segera ia pegang kendalinya sambil berkata: ”Ya Allah Engkau hambaku, dan Aku Tuhanmu. Terlanjur (keliru) lidahnya karena sangat gembira. Ia akan berkata: ”Ya Allah Engkau Tuhanku dan Aku hamba-Mu. Tetapi terbalik lidahnya sebagaimana diatas itu. Maka Allah lebih gembira menerima tobat seorang hamba-Nya melebihi kegembiraan orang yang menemukan kembali harapannya itu.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 25-26.
Dalam riwayat Muslim: Sungguh Allah lebih suka menerima tobat seseorang hamba-Nya, melebihi dari kesenangan orang yang berkendaraan di hutan, kemudian hilang daripadanya, sedang kendaraan itu penuh membawa bekal makanan dan minumannya, sehingga ia patah harapan untuk mendapatkannya kembali, lalu Ia duduk di bawah pohon dengan kecewa dan putus asa; tiba-tiba ketika ia bangun dari tidurnya, kendaraannya telah ada kembali di depannya lengkap dengan bekalnya, maka segera ia pegang kendalinya sambil berkata: ”Ya Allah Engkau hambaku, dan Aku Tuhanmu. Terlanjur (keliru) lidahnya karena sangat gembira. Ia akan berkata: ”Ya Allah Engkau Tuhanku dan Aku hamba-Mu. Tetapi terbalik lidahnya sebagaimana diatas itu. Maka Allah lebih gembira menerima tobat seorang hamba-Nya melebihi kegembiraan orang yang menemukan kembali harapannya itu.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 25-26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar