Allah berfirman QS. Al-Maidah : 58, yang artinya :
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.”
Diriwayatkan, bahwa bilamana tiba waktu shalat, maka salah seorang mu’adzin menyerukan adzan. Seruan adzan ini oleh Ahli Kitab umumnya, Yahudi khususnya dijadikan sasaran ejekan. Ejekan yang mereka lakukan ini menunjukkan kebodohan mereka didalam memahami esensi dari agama Allah. Karena kalimat-kalimat adzan merupakan pujian kepada Allah, Dzat yang berhak menerima pujian.
Hakikat seruan adzan adalah ajakan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh meraih kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya, di dunia ini maupun di akherat. Karena adzan adalah panggilan mengajak kepada shalat. Sedangkan shalat adalah inti penyerahan diri kepada Allah secara totalitas, sehingga manusia dapat memperoleh kejernihan akal, hati rasa secara utuh. Karena itulah orang yang mengerjakan shalat dipandang menempuh jalan menuju kepada upaya mencapai kebahagiaan secara totallas.
Tetapi ternyata Ahli Kitab dan bangsa Yahudi khususnya, karena kebodohannya, terus menerus mengejek dan menghinakan Islam. Pada dasarnya apa yang mereka lakukan semata-mata karena kedurhakaan mereka terhadap pesan-pesan Nabi mereka sendiri yang karena penyelewengan mereka dari iman yang benar.
Pengakuan golongan Ahli Kitab dan bangsa Yahudi bahwa mereka mengikuti agama para Nabi Sebelumnya, sebenarnya hanyalah semata-mata sebagai tradisi dan sikap yang rasialis. Sebab bangsa Yahudi beranggapan bahwa agama mereka hanyalah merupakan bagian dari kebangsaan mereka. Dalam sejarah diriwayatkan, bahwa kefasikan dan penyelewengan yang dilakukan oleh bangsa Yahudi ini menyebabkan mereka mencela segala bentuk kebaikan di luar golongan Yahudi. Tetapi sebaliknya kebodohan apapun yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Yahudi tetap mereka akui kebenaran dan kebaikannya.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa pada suatu hari beberapa orang Yahudi datang kepada Rasulullah. Nama-nama mereka itu ialah antara lain : Abu Yasir bin Akhtab dan Rofi’ bin Abi Rofi’. Mereka bertanya , “Siapakah Nabi dan Rasul yang Nabi imani ?“ Jawab Nabi , “Aku beriman kepada Allah, kepada kitab yang diturunkan kepada kami, kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’kub, anak cucunya, Musa, Isa dan Nabi-Nabi yang lain. Kami tidak membedakan mereka itu satu dengan lamnnya. Kami hanya berserah diri kepada Allah semata”. Tatkala Nabi menyebut nama Isa, rombongan Yahudi ini menjawab , “Kami tidak beriman kepada orang ini.’
Riwayat Ibnu Jarir ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana bangsa Yahudi mengejek dan mempermainkan Rasulullah saw. Ketidaksenangan mereka kepada Nabi Isa ditonjolkannya pula sebagai dalih untuk menghina dan mengejek Rasulullah saw. Jadi ejekan yang dilontarkan bangsa Yahudi kepada Islam tidak hanya soal adzan, tetapi juga dalam hal keimanan ummat Islam kepada Nabi Isa.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 176 - 178
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.”
Diriwayatkan, bahwa bilamana tiba waktu shalat, maka salah seorang mu’adzin menyerukan adzan. Seruan adzan ini oleh Ahli Kitab umumnya, Yahudi khususnya dijadikan sasaran ejekan. Ejekan yang mereka lakukan ini menunjukkan kebodohan mereka didalam memahami esensi dari agama Allah. Karena kalimat-kalimat adzan merupakan pujian kepada Allah, Dzat yang berhak menerima pujian.
Hakikat seruan adzan adalah ajakan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh meraih kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya, di dunia ini maupun di akherat. Karena adzan adalah panggilan mengajak kepada shalat. Sedangkan shalat adalah inti penyerahan diri kepada Allah secara totalitas, sehingga manusia dapat memperoleh kejernihan akal, hati rasa secara utuh. Karena itulah orang yang mengerjakan shalat dipandang menempuh jalan menuju kepada upaya mencapai kebahagiaan secara totallas.
Tetapi ternyata Ahli Kitab dan bangsa Yahudi khususnya, karena kebodohannya, terus menerus mengejek dan menghinakan Islam. Pada dasarnya apa yang mereka lakukan semata-mata karena kedurhakaan mereka terhadap pesan-pesan Nabi mereka sendiri yang karena penyelewengan mereka dari iman yang benar.
Pengakuan golongan Ahli Kitab dan bangsa Yahudi bahwa mereka mengikuti agama para Nabi Sebelumnya, sebenarnya hanyalah semata-mata sebagai tradisi dan sikap yang rasialis. Sebab bangsa Yahudi beranggapan bahwa agama mereka hanyalah merupakan bagian dari kebangsaan mereka. Dalam sejarah diriwayatkan, bahwa kefasikan dan penyelewengan yang dilakukan oleh bangsa Yahudi ini menyebabkan mereka mencela segala bentuk kebaikan di luar golongan Yahudi. Tetapi sebaliknya kebodohan apapun yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Yahudi tetap mereka akui kebenaran dan kebaikannya.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa pada suatu hari beberapa orang Yahudi datang kepada Rasulullah. Nama-nama mereka itu ialah antara lain : Abu Yasir bin Akhtab dan Rofi’ bin Abi Rofi’. Mereka bertanya , “Siapakah Nabi dan Rasul yang Nabi imani ?“ Jawab Nabi , “Aku beriman kepada Allah, kepada kitab yang diturunkan kepada kami, kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’kub, anak cucunya, Musa, Isa dan Nabi-Nabi yang lain. Kami tidak membedakan mereka itu satu dengan lamnnya. Kami hanya berserah diri kepada Allah semata”. Tatkala Nabi menyebut nama Isa, rombongan Yahudi ini menjawab , “Kami tidak beriman kepada orang ini.’
Riwayat Ibnu Jarir ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana bangsa Yahudi mengejek dan mempermainkan Rasulullah saw. Ketidaksenangan mereka kepada Nabi Isa ditonjolkannya pula sebagai dalih untuk menghina dan mengejek Rasulullah saw. Jadi ejekan yang dilontarkan bangsa Yahudi kepada Islam tidak hanya soal adzan, tetapi juga dalam hal keimanan ummat Islam kepada Nabi Isa.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 176 - 178
Tidak ada komentar:
Posting Komentar