Allah berfirman :
”Hai Rasul, janganlah orang yang cepat-cepat (bersikap) kufur menyedihkan kamu, yaitu dari golongan orang-orang yang berkata dengan mulut manisnya, “Kami beriman”, namun hati mereka tidak beriman, dan dari golongan orang-orang Yahudi. Mereka senang sekali mendengarkan kebohongan (juga) senang mendengarkan perkataan kaum lain yang tidak pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari tempat-tempat asalnya. Mereka berkata, “Jika diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah) ini, maka ambillah. Tetapi jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah), janganlah kamu ambil”. Barangsiapa yang Allah kehendaki kesesatannya, maka tiadalah engkau mampu menolak sedikit pun (keputusan) dari Allah kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang tidak Allah kehendaki menjadi bersih hatinya. Di dunia mereka mendapat kehinaan, dan di akherat mereka mendapatkan adzab yang berat.”
”Hai Rasul, janganlah orang yang cepat-cepat (bersikap) kufur menyedihkan kamu, yaitu dari golongan orang-orang yang berkata dengan mulut manisnya, “Kami beriman”, namun hati mereka tidak beriman, dan dari golongan orang-orang Yahudi. Mereka senang sekali mendengarkan kebohongan (juga) senang mendengarkan perkataan kaum lain yang tidak pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari tempat-tempat asalnya. Mereka berkata, “Jika diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah) ini, maka ambillah. Tetapi jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah), janganlah kamu ambil”. Barangsiapa yang Allah kehendaki kesesatannya, maka tiadalah engkau mampu menolak sedikit pun (keputusan) dari Allah kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang tidak Allah kehendaki menjadi bersih hatinya. Di dunia mereka mendapat kehinaan, dan di akherat mereka mendapatkan adzab yang berat.”
(QS. Al-Maidah : 41)
Ayat ini maksudnya, bahwa ada 2 golongan yang cepat memberikan reaksi menolak kebenaran. Golongan pertama ialah kaum munafiq dan golongan kedua ialah bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi sebenarnya sudah seringkali mendengar pembicaraan tentang Nabi dan Rasul yang dinantikan kedatangannya. Namun ketika ternyata Nabi yang diharapkan dan dinantikan kedatangannya selama ini bukan dari bangsa Yahudi sendiri, maka mereka dengan serta merta mendustakannya. Penolakan yang mereka lakukan di antaranya dengan jalan melakukan perubahan-perubahan pada teks-teks Taurat, sehingga kata-kata aslinya kabur dan hilanglah pengertian yang sebenarnya. Dengan cara ini maka masyarakat menjadi ragu-ragu atas kebenaran pernyataan Nabi saw.
Bangsa Yahudi, di samping melakukan pemalsuan ayat-ayat Taurat, juga menjadi mata-mata musuh di tengah masyarakat Islam. Mereka menyampaikan berita pada pemimpin-pemimpin musuh Islam mengenai hal ihwal ummat Islam yang mereka ketahui. Tujuan penyampaian berita kepada musuh ini agar mereka dapat menerima kebohongan yang mereka propagandakan. Cara mereka membuat kebohongan ialah memberikan tambahan komentar-komentar terhadap peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi pada masyarakat Islam atau dengan memutarbalikkan fakta. Karena biasanya kabar-kabar bohong dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat, kalau yang memberitahukannya itu orang-orang yang menyaksikannya sendiri atau terlibat di dalamnya. Karena itu bangsa Yahudi mengatur siasat berpura-pura terlibat di dalam masyarakat Islam. Yang melakukan keterlibatan ini adalah tokoh-tokoh yang mahir menciptakan kebohongan-kebohongan. Kemudian tokoh-tokoh ini menyebarkannya kepada sesama orang Yahudi, sehingga masyarakat Yahudi lebih senang mendengarkan cerita-cerita bohong ini daripada mendengar dakwah Rasulullah saw.
Para tokoh bangsa Yahudi memberi nasehat kepada kalangan awam, bagaimana cara mereka harus menghadapi ajakan Rasulullah kepada Islam. Sebelum orang-orang Yahudi awam datang untuk mendengar dakwah Rasulullah, mereka telah dibekali dengan ayat-ayat Taurat yang sudah dipalsukan. Para tokoh Yahudi berpesan, kalau ajaran-ajaran Nabi Muhammad sejalan dengan ayat-ayat Taurat yang diberikan oleh pemimpin-pemimpin Yahudi ini, maka mereka disuruh mengikutinya. Tetapi kalau tidak sejalan, maka mereka dilarang mengikutinya.
Contoh kasus yang dihadapkan oleh orang-orang Yahudi kepada Rasulullah ialah seorang laki-laki dan perempuan Yahudi berzina. Para pemimpin Yahudi bermaksud meminta keputusan hukum kepada Nabi tentang perbuatan tersebut. Di dalam Taurat telah disebutkan bahwa orang yang berzina dijatuhi hukuman rajam. Tetapi mereka bermaksud untuk tidak menjalankan hukuman ini, karena merasa kasihan. Oleh sebab itu mereka mengharapkan Nabi akan menetapkan hukum yang mereka kehendaki.
Para pemimpin Yahudi berpesan kepada orang-orang Yahudi yang disuruh datang kepada Nabi saw. dengan kata-kata , “Jika Muhammad memberikan keringanan kepadamu berupa hukuman dera sebagai pengganti hukuman rajam, maka terimalah. Tetapi kalau tetap menjatuhkan hukuman rajam, maka tolaklah.”
Tatkala mereka sampai kepada Nabi dan menceritakan persoalannya, lalu Nabi bertanya kepada mereka, “Bagaimana Taurat menetapkan hukuman terhadap perbuatan ini?“ Mereka kemudian membacakan Taurat tetapi dengan tidak membaca yang sebenarnya. Tatkala Nabi menerangkan bahwa Taurat pun menetapkan hukuman rajam, mereka dengan serta merta menolak.
Sikap bangsa Yahudi yang selalu bersikeras menolak kebenaran yang datang dan non-Yahudi tidak hanya di dalam urusan agama tetapi berlaku di dalam semua aspek kehidupan. Hal ini terbukti dan sikap mereka memalsukan isi Taurat dan sejak persoalan akidah ketuhanan sampai dengan ketentuan hukuman atas perbuatan zina yang tersebut pada ayat ini.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 165 - 168
Ayat ini maksudnya, bahwa ada 2 golongan yang cepat memberikan reaksi menolak kebenaran. Golongan pertama ialah kaum munafiq dan golongan kedua ialah bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi sebenarnya sudah seringkali mendengar pembicaraan tentang Nabi dan Rasul yang dinantikan kedatangannya. Namun ketika ternyata Nabi yang diharapkan dan dinantikan kedatangannya selama ini bukan dari bangsa Yahudi sendiri, maka mereka dengan serta merta mendustakannya. Penolakan yang mereka lakukan di antaranya dengan jalan melakukan perubahan-perubahan pada teks-teks Taurat, sehingga kata-kata aslinya kabur dan hilanglah pengertian yang sebenarnya. Dengan cara ini maka masyarakat menjadi ragu-ragu atas kebenaran pernyataan Nabi saw.
Bangsa Yahudi, di samping melakukan pemalsuan ayat-ayat Taurat, juga menjadi mata-mata musuh di tengah masyarakat Islam. Mereka menyampaikan berita pada pemimpin-pemimpin musuh Islam mengenai hal ihwal ummat Islam yang mereka ketahui. Tujuan penyampaian berita kepada musuh ini agar mereka dapat menerima kebohongan yang mereka propagandakan. Cara mereka membuat kebohongan ialah memberikan tambahan komentar-komentar terhadap peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi pada masyarakat Islam atau dengan memutarbalikkan fakta. Karena biasanya kabar-kabar bohong dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat, kalau yang memberitahukannya itu orang-orang yang menyaksikannya sendiri atau terlibat di dalamnya. Karena itu bangsa Yahudi mengatur siasat berpura-pura terlibat di dalam masyarakat Islam. Yang melakukan keterlibatan ini adalah tokoh-tokoh yang mahir menciptakan kebohongan-kebohongan. Kemudian tokoh-tokoh ini menyebarkannya kepada sesama orang Yahudi, sehingga masyarakat Yahudi lebih senang mendengarkan cerita-cerita bohong ini daripada mendengar dakwah Rasulullah saw.
Para tokoh bangsa Yahudi memberi nasehat kepada kalangan awam, bagaimana cara mereka harus menghadapi ajakan Rasulullah kepada Islam. Sebelum orang-orang Yahudi awam datang untuk mendengar dakwah Rasulullah, mereka telah dibekali dengan ayat-ayat Taurat yang sudah dipalsukan. Para tokoh Yahudi berpesan, kalau ajaran-ajaran Nabi Muhammad sejalan dengan ayat-ayat Taurat yang diberikan oleh pemimpin-pemimpin Yahudi ini, maka mereka disuruh mengikutinya. Tetapi kalau tidak sejalan, maka mereka dilarang mengikutinya.
Contoh kasus yang dihadapkan oleh orang-orang Yahudi kepada Rasulullah ialah seorang laki-laki dan perempuan Yahudi berzina. Para pemimpin Yahudi bermaksud meminta keputusan hukum kepada Nabi tentang perbuatan tersebut. Di dalam Taurat telah disebutkan bahwa orang yang berzina dijatuhi hukuman rajam. Tetapi mereka bermaksud untuk tidak menjalankan hukuman ini, karena merasa kasihan. Oleh sebab itu mereka mengharapkan Nabi akan menetapkan hukum yang mereka kehendaki.
Para pemimpin Yahudi berpesan kepada orang-orang Yahudi yang disuruh datang kepada Nabi saw. dengan kata-kata , “Jika Muhammad memberikan keringanan kepadamu berupa hukuman dera sebagai pengganti hukuman rajam, maka terimalah. Tetapi kalau tetap menjatuhkan hukuman rajam, maka tolaklah.”
Tatkala mereka sampai kepada Nabi dan menceritakan persoalannya, lalu Nabi bertanya kepada mereka, “Bagaimana Taurat menetapkan hukuman terhadap perbuatan ini?“ Mereka kemudian membacakan Taurat tetapi dengan tidak membaca yang sebenarnya. Tatkala Nabi menerangkan bahwa Taurat pun menetapkan hukuman rajam, mereka dengan serta merta menolak.
Sikap bangsa Yahudi yang selalu bersikeras menolak kebenaran yang datang dan non-Yahudi tidak hanya di dalam urusan agama tetapi berlaku di dalam semua aspek kehidupan. Hal ini terbukti dan sikap mereka memalsukan isi Taurat dan sejak persoalan akidah ketuhanan sampai dengan ketentuan hukuman atas perbuatan zina yang tersebut pada ayat ini.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 165 - 168
Tidak ada komentar:
Posting Komentar