"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Senin, 06 Februari 2012

BANGSA YANG MENGAKU MENJADI ANAK TUHAN DAN KEKASIHNYA

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 18)
”Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya” Katakanlah, ”Ttetapi mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa saja yang didikehendaki-Nya. Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Dan kepada Allahlah tempat kembali.”

Dalam Injil Matius Nabi Isa as. pernah bersabda kepada murid-rnuridnya : “Berbahagialah orang-orang yang berbuat baik, karena mereka ini adalah anak-anak Tuhan”.
Sabda Nabi Isa ini sebenarnya adalah merupakan ungkapan kiasan, yaitu kata “anak-anak Tuhan” dipakai sebagai pengertian “kekasih Tuhan”. Karena mereka yang berbuat kebaikan mendapatkan rahmat dan kasih sayang Tuhan. Namun bangsa Yahudi khususnya, dan Ahli Kitab pada umumnya menggunakan sabda Nabi Isa ini sebagai dalih, bahwa mereka Sebagai anak-anak Tuhan.
Pengakuan bangsa Yahudi dan Nusrani yang diri mereka sebagai anak-anak Tuhan dan kekasih-Nya, oleh Allah diminta untuk membuktikan kebenarannya. Oleh karena itu di dalam ayat ini Allah mengajukan pertanyaan, “Mengapa kamu mendapat siksa dan hukuman karena dosa kamu di dunia ini ?“
Sejarah bangsa Yahudi membuktikan, bahwa Haekal Sulaiman (Istana Nabi Sulaiman) yang menjadi pujaan bangsa Yahudi dapat dihancurkan oleh bangsa Romawi dan mereka kemudian menjadi bangsa yang dijajah oleh bangsa asing ini. Kerajaan Yahudi yang begitu jaya, mengapa menjadi hancur binasa karena serbuan bangsa Romawi ? Bangsa Yahudi yang mengaku menjadi anak-anak Tuhan diminta oleh Allah untuk membuktikan sampai dimana kebencian mereka itu. Sebab seorang bapak yang baik tentu tidak akan menyiksa dan menghukum anaknya sehingga mengalami kehuncuran dan nasib malang. Adanya bukti sejarah mengenai kehancuran kerajaan bangsa Yaliudi dan porak-porandanya Haekal Sulaiman membuktikan kebohongan pengakuan mereka.
Ayat ini menegaskan bangsa Yahudi sama dengan manusia lain. Kepada mereka berlaku secara mutlak segala sunnatullah. Sebagaimana manusia pada umumnya, kalau berbuat dosa mendapat hukuman dari Allah, maka bangsa Yahudi pun begitu juga. Allah, Sang Maha Pencipta, secara mutlak berkuasa mengatur segalanya sejalan dengan ilmu-Nya, hikmah-Nya, keadilan-Nya dan rahmat-Nya. Semua manusia adalah hamba-Nya dan tak ada seorang pun yang menjadi anak laki-laki atau perempuan-Nya
Bangsa Yahudi dengan menyalahgunakan kelebihan karunia pada mereka di atas bangsa-bangsa lain, membentuk anggapan palsu sebagai bangsa pilihan Tuhan. Karena itu mereka menganggap bangsa lain tidak berhak menuntut persamaan derajat dengan mereka, sekalipun iman dan amal perbuatan mereka jauh lebih baik. Bangsa Yahudi merasa tidak patut beriman kepada Muhammad yang keturunan Arab itu. Sebab bangsa Arab tidak semulia bangsa Israel. Mereka beranggapan bangsa yang mulia tidak patut menjadi pengikut bangsa yang lebih rendah.
Nabi saw. memerangi tipu daya bangsa Yahudi dengan gigih. Namun bangsa Yahudi selalu saja menolak setiap kebenaran yang ditampilkan Rasulullah saw. Misalnya Nabi mengajarkan bahwa hanya dengan iman dan amal shaleh seseorang dapat menjadi hamba yang dicintai Allah. Tetapi bangsa Yahudi tetap bersikeras bahwa hanya merekalah yang bisa menjadi kekasih Tuhan, sekalipun mereka berbuat dosa sebesar apapun. Bahkan mereka tidak merasakan perlu adanya syari’at baru yang memperbaiki agama mereka yang sudah begitu bobrok. Sebab bagi mereka keyahudian itulah satu-satunya jaminan memperoleh jalan kebenaran. Maka tidaklah heran kalau kita menyaksikan bangsa Yahudi berani melakukan kejahatan apapun di dunia ini terhadap manusia lain di luar bangsa Yahudi.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 157 - 160

Tidak ada komentar:

Posting Komentar