Di dalam buku "Mukhtashar-Zadul Ma'ad"
karya Ibnu
Qayyim al-Jauziyyah pada halaman 14-15, dituturkan bahwa Rasulullah ﷺ
adalah makhluk Allah yang paling fasih, paling merdu kata-katanya, paling lembut tutur katanya, sampai-sampai perkataan beliau dapat mempengaruhi hati sekian banyak manusia dan menawan jiwa. Bahkan musuh-musuh beliau juga mengakui hal ini. Jika berkata, maka perkataan beliau terinci dan jelas, terkadang diulang-ulang, tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat, tidak terputus-putus atau tersela dengan diam. Terkadang beliau mengulang hingga tiga kali, agar perkataan beliau benar-benar bisa dipahami. Beliau lebih banyak diam jikamemang tidak dibutuhkan untuk bicara. Mengawali dan mengakhiri perkataan dengan ujung bibirnya, berkata dengan menggunakan kata-kata yang banyak kandungan maknanya, tidak terlalu banyak nyerocos dan tidak pula terlalu sedikit, tidak membicarakan sesuatu yang tidak diperlukan, tidak berkata kecuali yang diharapkan pahalanya. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, maka hal itu dapat diketahui lewat rona muka beliau. Tawa beliau ﷺ
berupa senyuman, bahkan semuanya berupa senyuman. Puncak senyuman beliau ialah gigi geraham beliau kelihatan. Beliau ﷺ tersenyum karena memang ada sesuatu yang membuat beliau tersenyum, yaitu hal-hal yang membuat beliau ﷺ taajub atau hal-hal yang jarang terjadi atau aneh. Beliau ﷺ juga tersenyum karena gembira, karena melihat sesuatu yang menggembirakan atau ikut dalam kegembiraan itu. Tapi adakalanya beliau ﷺ tersenyum justru pada saat yang seharusnya beliau shallallahu 'alaihi wasallam
marah. Beliau ﷺ tersenyum karena dapat menguasai rasa amarah.
Sedangkan tangisan beliau ﷺ juga tidak berbeda jauh dengan senyum beliau, tidak dengan sedu sedan, ratapan dan suara, sebagaimana tawa beliau yang tidak disertai suara mengakak, tapi hanya berupa senyuman. Saat menangis, air mata beliau ﷺ mengalir hingga bercucuran dari dada terdengar suara menggelegak. Tangis beliau ﷺ terkadang karena gambaran kasih sayang kepada orang yang meninggal dunia, terkadang karena rasa takut atas ummatnya dan rasa sayang, terkadang karena takut kepada Allah, terkadang saat mendengar al-Qur'an, yaitu merupakan tangis cinta dan pengampunan, yang disertai rasa takut dan khawatir. Ketika putra beliau ﷺ, Ibrahim meninggal dunia, maka kedua mata beliau ﷺ menangis dan mengucurkan air mata, sebagai luapan rasa kasih sayangnya. Beliau ﷺ bersabda saat itu; "Mata bisa berlinang air mata, hati bisa bersedih, namun kami tidak mengatakan kecuali yang membuat Rabb kami ridha. Sesungguhnya kami benar-benar bersedih atas kematianmu wahai Ibrahim". (HR. Bukhary dan Ahmad).
Beliau ﷺ menangis saat Ibnu Mas'ud membacakan surat an Nisaa' dihadapan beliau hingga ayat 41, beliau ﷺ saat Utsman bin Mazh'un meninggal dunia, menangis saat ada gerhana matahari, menangis saat sholat gerhana, menangis saat sholat, menangis saat duduk di dekat kuburan salah seorang putri beliau. Secara keseluruhan, tangis beliau ﷺ itu menggambarkan beberapa keadaan; tangis kasih sayang, takut dan khawatir, cinta dan rindu, senang dan gembira, sedih karena menggambarkan siksaan, kesedihan, merasa lemah dan tak berdaya.
Sedangkan tangisan beliau ﷺ juga tidak berbeda jauh dengan senyum beliau, tidak dengan sedu sedan, ratapan dan suara, sebagaimana tawa beliau yang tidak disertai suara mengakak, tapi hanya berupa senyuman. Saat menangis, air mata beliau ﷺ mengalir hingga bercucuran dari dada terdengar suara menggelegak. Tangis beliau ﷺ terkadang karena gambaran kasih sayang kepada orang yang meninggal dunia, terkadang karena rasa takut atas ummatnya dan rasa sayang, terkadang karena takut kepada Allah, terkadang saat mendengar al-Qur'an, yaitu merupakan tangis cinta dan pengampunan, yang disertai rasa takut dan khawatir. Ketika putra beliau ﷺ, Ibrahim meninggal dunia, maka kedua mata beliau ﷺ menangis dan mengucurkan air mata, sebagai luapan rasa kasih sayangnya. Beliau ﷺ bersabda saat itu; "Mata bisa berlinang air mata, hati bisa bersedih, namun kami tidak mengatakan kecuali yang membuat Rabb kami ridha. Sesungguhnya kami benar-benar bersedih atas kematianmu wahai Ibrahim". (HR. Bukhary dan Ahmad).
Beliau ﷺ menangis saat Ibnu Mas'ud membacakan surat an Nisaa' dihadapan beliau hingga ayat 41, beliau ﷺ saat Utsman bin Mazh'un meninggal dunia, menangis saat ada gerhana matahari, menangis saat sholat gerhana, menangis saat sholat, menangis saat duduk di dekat kuburan salah seorang putri beliau. Secara keseluruhan, tangis beliau ﷺ itu menggambarkan beberapa keadaan; tangis kasih sayang, takut dan khawatir, cinta dan rindu, senang dan gembira, sedih karena menggambarkan siksaan, kesedihan, merasa lemah dan tak berdaya.
-----------------------------
Mukhtashar-Zadul Ma'ad, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Penerbit Pustaka Azzam Jakarta, cetakan pertama, Pebruari 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar