BAYT LAHM, Kamis (Ma’an News Agency): Setelah rekaman yang dirilis organisasi HAM ‘Israel’, B’Tselem memicu kemarahan publik atas gaya eksekusi pembunuhan serdadu Zionis terhadap warga Palestina pada Maret lalu, para saksi mata mengatakan warga Palestina kedua yang dibunuh dalam kasus tersebut juga ditembak di bagian kepala. Demikian ungkap B’Tselem Senin (6/6) lalu. Dalam sebuah pernyataan, B’Tselem mengungkapkan bahwa hal itu diucapkan dua saksi mata dari Tel Rumeida wilayah sebelah selatan kota Al-Khalil, Tepi Barat terjajah, dimana Abd al-Fattah al-Sharif (21) dan Ramzi Aziz al-Qasrawi (21) ditembak dan dibunuh setelah keduanya dituduh menikam dan melukai ringan seorang serdadu Zionis di pos pemeriksaan militer 24 Maret lalu.
Sebuah video grafis yang dirilis B’Tselem mengabadikan momen ketika serdadu ‘Israel’ Elor Azarya menembak kepala al-Sharif yang tergeletak penuh luka di tanah sehingga tewas. Rekaman kematian al-Sharif memunculkan kecaman keras dari berbagai kelompok HAM dan lembaga-lembaga internasional, serta PBB menuntut penyelidikan terhadap serdadu yang terlihat melakukan “eksekusi ekstrayudisial.”
Namun, menurut informasi yang berhasil dihimpun peneliti lapangan B’Tselem, kesaksian dari penduduk Tel Rumeida terhadap kematian al-Qasrawi, yang tewas sebelum al-Sharif “meningkatkan kekhawatiran bahwa al-Qasrawi juga dieksekusi dengan tembakan ke kepala, saat ia tergeletak di tanah usai bagian lain tubuhnya ditembak.”
Menurut dua orang saksi mata, tambah B’Tselem, “setelah al-Sharif dan al-Qasrawi tergeletak penuh luka di jalanan –jelas mereka tidak bersikap membahayakan jiwa siapapun– dan sebelum pasukan tambahan dan paramedis tiba di tempat kejadian, seorang serdadu (atau perwira) berjalan ke arah al-Qasrawi dan menembaknya dua kali di leher dan kepala dari jarak beberapa meter.”
Akan tetapi, juru bicara militer ‘Israel’ menolak laporan terbaru B’Tselem itu. “Pernyataan yang dibuat oleh organisasi B’Tselem tidak konsisten dengan temuan penyelidikan operasional dan bertentangan dengan informasi yang didapatkan IDF mengenai kejadian ini. Menembak si penyerang dilakukan untuk menyingkirkan sikap mengancam si penyerang ketika ia menyerang pasukan keamanan dengan sebilah pisau,” kata juru bicara penjajah Zionis. Namun, rekaman yang diabadikan oleh para saksi mata setelah momen ketika al-Qasrawi –yang mengenakan baju hangat berwarna abu-abu– dikabarkan tewas menunjukkan, darah mengalir dari kepala pemuda Palestina itu.
Dalam sebuah laporan yang dirilis B’Tselem baru-baru ini, kelompok HAM ‘Israel’ itu menyatakan bahwa dari 739 pengaduan pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap warga Palestina yang diajukan kepada lembaga-lembaga militer ‘Israel’, hanya tiga persen menghasilkan tuntutan terhadap para serdadu. Rekaman video terbaru yang muncul pada Rabu lalu menunjukkan, seorang sopir ambulans ‘Israel’ menendang sebilah pisau ke arah jenazah al-Sharif, yang nampaknya dilakukan untuk membenarkan klaim Azarya bahwa al-Sharif merupakan ancaman.
Cerita para saksi mata mengenai kematian al-Qasrawi juga akan menimbulkan keraguan atas klaim militer ‘Israel’ bahwa pembunuhan al-Sharif merupakan insiden tunggal yang tidak mencerminkan pedoman perilaku tetap militer ‘Israel’. “Sejak Oktober lalu ada banyak laporan perihal kebijakan yang mengizinkan shoot-to-kill dalam sejumlah insiden yang melukai warga Palestina. Padahal, serdadu Zionis tidak terancam bahaya mematikan atau jika berbahaya pun bisa diatasi tanpa memilih hasil yang mematikan,” tulis B’Tselem.
“Hingga saat ini, kasus-kasus tersebut hampir tidak pernah diinvestigasi, dan tidak ada warga sipil ‘Israel’ atau anggota pasukan keamanan Zionis menghadapi tuntutan karena melaksanakan kebijakan tersebut. Kasus Sersan Azaria, yang sidangnya masih sedang berlangsung, merupakan satu pengecualian,” tambah B’Tselem. “Akan tetapi, yang jauh lebih parah adalah kebijakan langsung tembak ini didukung penuh pejabat sipil senior dan militer. Otoritas pelaksanaan hukum ‘Israel’, baik militer dan sipil, lebih suka tidak berurusan dengan kasus-kasus seperti ini, malah mereka menutup mata dari kenyataan ini sehingga memberikan legitimasi untuk melanjutkannya.” *(Ma’an News Agency | Sahabat Al-Aqsha | Foto: B’Tselem)
Sebuah video grafis yang dirilis B’Tselem mengabadikan momen ketika serdadu ‘Israel’ Elor Azarya menembak kepala al-Sharif yang tergeletak penuh luka di tanah sehingga tewas. Rekaman kematian al-Sharif memunculkan kecaman keras dari berbagai kelompok HAM dan lembaga-lembaga internasional, serta PBB menuntut penyelidikan terhadap serdadu yang terlihat melakukan “eksekusi ekstrayudisial.”
Namun, menurut informasi yang berhasil dihimpun peneliti lapangan B’Tselem, kesaksian dari penduduk Tel Rumeida terhadap kematian al-Qasrawi, yang tewas sebelum al-Sharif “meningkatkan kekhawatiran bahwa al-Qasrawi juga dieksekusi dengan tembakan ke kepala, saat ia tergeletak di tanah usai bagian lain tubuhnya ditembak.”
Menurut dua orang saksi mata, tambah B’Tselem, “setelah al-Sharif dan al-Qasrawi tergeletak penuh luka di jalanan –jelas mereka tidak bersikap membahayakan jiwa siapapun– dan sebelum pasukan tambahan dan paramedis tiba di tempat kejadian, seorang serdadu (atau perwira) berjalan ke arah al-Qasrawi dan menembaknya dua kali di leher dan kepala dari jarak beberapa meter.”
Akan tetapi, juru bicara militer ‘Israel’ menolak laporan terbaru B’Tselem itu. “Pernyataan yang dibuat oleh organisasi B’Tselem tidak konsisten dengan temuan penyelidikan operasional dan bertentangan dengan informasi yang didapatkan IDF mengenai kejadian ini. Menembak si penyerang dilakukan untuk menyingkirkan sikap mengancam si penyerang ketika ia menyerang pasukan keamanan dengan sebilah pisau,” kata juru bicara penjajah Zionis. Namun, rekaman yang diabadikan oleh para saksi mata setelah momen ketika al-Qasrawi –yang mengenakan baju hangat berwarna abu-abu– dikabarkan tewas menunjukkan, darah mengalir dari kepala pemuda Palestina itu.
Dalam sebuah laporan yang dirilis B’Tselem baru-baru ini, kelompok HAM ‘Israel’ itu menyatakan bahwa dari 739 pengaduan pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap warga Palestina yang diajukan kepada lembaga-lembaga militer ‘Israel’, hanya tiga persen menghasilkan tuntutan terhadap para serdadu. Rekaman video terbaru yang muncul pada Rabu lalu menunjukkan, seorang sopir ambulans ‘Israel’ menendang sebilah pisau ke arah jenazah al-Sharif, yang nampaknya dilakukan untuk membenarkan klaim Azarya bahwa al-Sharif merupakan ancaman.
Cerita para saksi mata mengenai kematian al-Qasrawi juga akan menimbulkan keraguan atas klaim militer ‘Israel’ bahwa pembunuhan al-Sharif merupakan insiden tunggal yang tidak mencerminkan pedoman perilaku tetap militer ‘Israel’. “Sejak Oktober lalu ada banyak laporan perihal kebijakan yang mengizinkan shoot-to-kill dalam sejumlah insiden yang melukai warga Palestina. Padahal, serdadu Zionis tidak terancam bahaya mematikan atau jika berbahaya pun bisa diatasi tanpa memilih hasil yang mematikan,” tulis B’Tselem.
“Hingga saat ini, kasus-kasus tersebut hampir tidak pernah diinvestigasi, dan tidak ada warga sipil ‘Israel’ atau anggota pasukan keamanan Zionis menghadapi tuntutan karena melaksanakan kebijakan tersebut. Kasus Sersan Azaria, yang sidangnya masih sedang berlangsung, merupakan satu pengecualian,” tambah B’Tselem. “Akan tetapi, yang jauh lebih parah adalah kebijakan langsung tembak ini didukung penuh pejabat sipil senior dan militer. Otoritas pelaksanaan hukum ‘Israel’, baik militer dan sipil, lebih suka tidak berurusan dengan kasus-kasus seperti ini, malah mereka menutup mata dari kenyataan ini sehingga memberikan legitimasi untuk melanjutkannya.” *(Ma’an News Agency | Sahabat Al-Aqsha | Foto: B’Tselem)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar