Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah
(2) : 150, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ
وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟
وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ
إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِى
وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِى عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan dari mana saja engkau keluar (berada) maka hadapkanlah wajahmu (dalam sholat) ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya agar orang-orang itu tidak mempunyai alasan membantahmu (Muhammad) kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku dan agar Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kamu dan supaya kamu mendapat petunjuk; (150).
Asbabun Nuzul
Di dalam suatu riwayat yang bersumber dari as-Suddi dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut diatas (QS. 2 : 150) sehubungan dengan peristiwa ketika Nabi ﷺ memindahkan arah kiblat dari Baitul-Maqdis ke Ka'bah, kaum musyrikin Makah berkata : "Muhammad dibingungkan oleh agamanya. Ia memindahkan arah kiblatnya ke arah kiblat kita. Ia mengetahui bahwa jalan kita lebih benar daripada jalannya, dan ia sudah hampir masuk agama kita". (HR. Ibnu Jarir).
Tafsir Ayat
QS. 2 : 150. "Dan dari mana saja engkau keluar (berada) maka hadapkanlah wajahmu
(dalam sholat) ke arah Masjidil Haram. ...". Ini adalah perintah khusus bagi Rasulullah Muhammad ﷺ Kemudian dijelaskan sekali lagi kepada seluruh ummat Muhammad ﷺ supaya mereka pegang teguh peraturan dimana saja mereka berada. "... . Dan dimana saja kamu berada, ...". Hai ummat Muhammad ﷺ "..., maka
hadapkanlah wajahmu ke arahnya ...". Jangan diobah-obah lagi dan tidak akan berubah-rubah lagi peraturan ini untuk selama-lamanya. Baik sedang di lautan, sedang di kutub utara atau kutub selatan, carilah arah kiblat dan sholatlah menghadap kearahnya. "... agar orang-orang itu tidak mempunyai
alasan membantahmu (Muhammad) ...". Karena penetapan kiblat itu sudah pasti diterima oleh manusia yang sudi menjunjung tinggi kebenaran. Sebab rumah Allah yang pertama didirikan ialah Masjidil-Haram di Mekkah. Tidaklah akan ada bantahan dan sanggahan dari orang yang berpikir sehat. "... kecuali orang-orang yang zalim di antara
mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku ...". Orang-orang yang aniaya dari kalangan yahudi akan berkata : "Muhammad memutar kiblatnya ke Ka'bah, padahal disana berderet 360 berhala yang selalu dicelanya itu. Rupanya dia akan kembali pada agama nenek moyangnya". Orang-orang munafik di Madinah akan berkata : "Memang pendiriannya tidak tetap, sebentar begini sebentar begitu". Maka janganlah diperdulikan itu semuanya dan jangan takut akan serangan-serangan yang demikian, tetapi kepada Aku sajalah takutmu, kata Allah. Perintah-Ku sajalah yang dilaksanakan. "...
dan agar Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kamu dan supaya kamu mendapat
petunjuk;". Allah janjikan nikmat kiblat akan disempurnakan-Nya, maka diserahkan negeri itu (Mekkah) di tangan kamu (Muhammad). Dan petunjuk-petunjuk akan tetap juga Aku berikan kepadamu sekalian dengan tegaknya agama Allah.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 47 - 48.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 15 - 17.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 41 - 42.
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 47 - 48.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 15 - 17.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 41 - 42.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar