"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Minggu, 17 Juni 2012

BANU HASYIM MENJAUHKAN MUHAMMAD DARI QURAISY

Sikap dan kata-kata kemenakannya itu oleh Abu Talib disampaikan kepada Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Pembicaraannya tentang Muhammad s.a.w. itu terpengaruh oleh suasana yang dilihat dan dirasakannya ketika itu. Dimintanya supaya Muhammad s.a.w. dilindungi dari tindakan Quraisy. Mereka semua menerima usulan kecuali Abu Lahab. Terang-terangan ia menyatakan permusuhannya. Ia menggabungkan diri pada pihak lawan mereka. Permintaan mereka supaya ia dilindungi itu sudah tentu karena terpengaruh oleh fanatisma kegolongan dan permusuhan lama antara Banu Hasyim dan Banu Umayya. Tetapi bukan fanatisma itu saja yang mendorong Quraisy bersikap demikian. Ajarannya itu sungguh berbahaya bagi kepercayaan yang biasa dilakukan oleh leluhur mereka. Kedudukan Muhammad di tengah-tengah mereka, pendiriannya yang teguh serta ajarannya pada kebaikan supaya orang hanya menyembah Zat Yang Tunggal, yang pada waktu itu memang sudah meluas juga di kalangan kabilah-kabilah Arab, bahwa agama Allah itu bukanlah seperti yang ada pada mereka sekarang, membuat mereka dapat membenarkan juga sikap kemenakan mereka itu, Muhammad s.a.w., dalam menyatakan pendiriannya, seperti yang pernah dilakukan oleh Umayya bin Abi’sh-Shalt dan Waraqa bin Naufal dan yang lain. Kalau Muhammad memang benar — dan ini yang tidak dapat mereka pastikan — maka kebenaran itu akan tampak juga dan mereka pun akan merasakan pula kemegahannya. Sebaliknya, kalau tidak atas dasar kebenaran, maka orang pun akan meninggalkannya seperti yang sudah terjadi sebelum itu. Akhirnya ajaran demikian ini tidak akan meninggalkan bekas dalam mengeluarkan mereka dari tradisi yang ada dan dia sendiri pun akan diserahkan kepada musuh supaya dibunuh.
Terhadap gangguan Quraisy ia dapat berlindung kepada golongannya, seperti kepada Khadijah bila ia mengalami kesedihan. Baginya — dengan imannya yang sungguh-sungguh dan cinta-kasihnya yang besar — Khadijah adalah lambang kejujuran yang dapat menghilangkan segala kesedihan hatinya, yang dapat menguatkan kembali setiap ciri kelemahan yang mungkin timbul karena siksaan musuh-musuhnya yang begitu keras menentangnya serta melakukan penyiksaan terus-menerus terhadap pengikut-pengikutnya.
---------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar