"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 01 Juni 2012

KEBAHAGIAAN DI ALAM BARZAH

“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati senang dan ridhoi-Nya. Masuklah ke dalam jama’ah hambaku dan masuklah kepada surgaku” (Al-Fajr 27-30).

Kuburan, aduh ……. sebuah kata amat menakutkan. Kita takut kepada kuburan, menjadi sedih kalau lewat atau ingat kepadanya. Tapi sebenarnya tidak harus seperti itu, kalau kita tahu kenikmatan yang terkandung di dalamnya. Memang, didalam kubur ada kenikmatan yang lebh indah dan menyenangkan dibanding kenikmatan dunia dengan segala isinya. Sabda Rasulullah Saw : “Sesungguhnya, bila tiba saat maut bagi seorang yang beriman, malaikatulrahmah hadir untuk merenggut nyawanya. Nyawanya diletakkan dalam kain sutera putih dan dibawa ke pintu langit. Para malaikat yang menyaksikan berkata : “Tiada kami mencium keharuman lebih dari ini”. Kemudian bertanya: “Apa yang pernah dilakukannya selama ini?”“Biarkan, biarkan dia beristirahat, selama hidupnya di dunia dia selalu berjuang dan kesusahan”.
Bagi manusia, ada empat tempat tinggal. Alam kubur atau alam barzah, adalah urutan ketiga. Pertama manusia tinggal di kandungan, di sini tempat sempit, suasana gelap berlapis tiga. Tempat tinggal kedua ialah di dunia, di sini manusia tumbuh, dibesarkan, mencari yang baik dan yang buruk, hidup bahagia atau sengsara.
Ketiga, adalah alam barzah, lebih luas dan lebih besar dari alam dunia tempat kita tinggal sekarang ini, Keempat dan terakhir adalah penentuan, “sorga atau neraka”, tempat tinggal selama-lamanya.
Pembahasan berikut ini adalah yang ketiga, yaitu tentang alam kubur, alam barzah, atau tahap pertama dari kehidupan akherat.
Di alam barzah, roh manusia terbagi dua :
  1. Tersiksa dan dipenjara, tidak berkesempatan melakukan apa-apa, tidak bisa bertemu dengan roh-roh lain.
  2. Nikmat …….. yang kedua ini kita bahas!
Roh yang memperoleh kenikmatan dapat bebas saling bertemu antar sesamanya. Saling mengingat tentang apa yang terjadi di dunia, tentang apa yang sedang dialami oleh manusia yang masih hidup, juga berhubungan dengan ka wan-kawan terdahulunya.
Banyak kejadian yang bisa diterangkan menyangkut soal ini. Diantaranya keterangan Soleh bin Basyir: “Aku melihat Atha’ Assalamy dalam mimpi sesudah watatnya, aku berucap kepadanya : “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada anda, hidupmu di dunia dahulu penuh kesusahan dan kesedihan. Dia menjawab :“Demi Allah, sekarang ini aku dalam kesenangan terus menerus tiada hentinya” Aku bertanya : “Dimana kau sekarang berada?” Jawabnya: “Bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, bersama nabi-nabi, bersama shiddiqiin, bersama syuhada dan solihin.
Firman Allah :
“Barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (An-Nisa 69)

Roh atau arwah yang dianugerahi nikmat, terasa nikmatnya sejak saat menjelang maut. Seorang mukmin. ketika menjelang wafat, datang malaikat kepadanya. Malaikat berbicara tanpa diketahui oleh manusia hidup yang lain. Lalu di renggut nyawanya perlahan-lahan dari ujung jari kaki.  Diambil dengan rasa penuh kasih sayang. Rohnya sudah rindu kepada Tuhan : roh itupun keluar dengan mudah dari jasad, dibawa oleh malaikat dengan penuh kasih sayanq, melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya. Bau harumpun terasa amat sangat. Bau itu hanya bisa dirasakan oleh para malaikat dan roh-roh yang suci. Mereka saling bertanya tentang roh yang baik itu. Ia bebas disana, bertemu dengan keluarga dekat, teman sejawat dan sahabat akrab yang wafat mendahuluinya.
Malaikat mengantar dari langit yang satu ke langit berikutnya, malaikat disetiap tingkat memujinya, disanjung dengan ucapan yang manis dan penuh gembira, dan kemudian sampailah kehadapan-Nya: “Selamat datang bagi jiwa yang baik dan jasad yang baik yang telah mengeluarkannya”.
Bila Allah mengucap “Marhaban”, selamat datang, maka segala yang ada juga mengucap sama. Lalu Allah berkata :
“Tunjukkan kedudukanya di sorga, kemuliaannya, serta kenikmatannya yang bakal ia dapatkan kelak”. Selesai itu malaikat mengembalikan roh itu kepada jasadnya di bumi, untuk dimandikan. Antara dia dengan malaikat terjadi dialog, manusia tidak mengetahuinya. Selesai mandi, dishalati. Malaikat menyolati rohnya di langit, sedang manusia menyolati jasadnya di bumi. Kemudian jasadnya dimakamkan, rohnya dikembalikan antara jasad dan kain kafan. Kembali bertemu keduanya, tetapi berbeda dan tidak terkait seperti di dunia. Berbeda pula dengan keadaan sewaktu ia tidur, bertemu hanya untuk tugas menjawab pertanyaan. Datang dua malaikat, “Mungkar” dan “Nakir” (seperti uraian di atas).
Malaikat membuka pintu neraka dan menunjukinya: “Lihat itu, adalah tempatmu, jika engkau melawan-Nya. Bersyukurlah, Allah menerima segala amal ibadahmu dan menempatkan engkau di sorga. Ditutup pintu neraka dari pandangannya, dibuka pintu-pintu surga, diperlihatkan isinya dengan pandangan. Pintu surga terus dibuka, untuk dia lihat sampai hari kiamat. Diperluas kuburnya, bau harum semerbak terasa, ia tidur nyenyak, seolah ada di sana.
Apabila manusia ingin tahu dengan menggali kuburnya, mustahil akan bisa. Hanya dia yang bisa merasa kenikmatan atau siksa.
Allah bisa saja tidak memperlihatkan kepada orang yang hidup, untuk suatu hikmat tertentu. Buktinya, ada mahluk mahluk lain seperti jin, yang juga hidup bersama kita di bumi, mereka berbicara dengan suara keras di tengah-tengah kita, tetapi kita tidak melihat atau mendengar mereka.
Para malaikat yang ikut berperang bersama kaum mukminin, menghancurkan kaum kafir dan berteriak memerintah tentana muslim, tetapi kaum muslimin yang berperang bersamanya tidak melihat atau mendengar.
Jibril yang datang kepada Rasulullah, para sahabat Sering berada di sana, tetapi mereka tidak melihat atau mendengarnya.
Jika si mayit dalam kubur ditanya, dipukul atau disiksa, dia berteriak dan menjerit kesakitan, keluarga dan orang-onang di sekitar tidak juga melihat atau mendengar.
Orang yang tidur, menerima kenikmatan atau kesedihan dalam mimpinya, orang yang berbaring di sebelahnya tidak tahu apa-apa.
Allah memberi rasa kepada tanaman dan benda-benda untuk bertasbih kepada-Nya. Gunung-gunung dan bintang sujud patuh menyembah, menerima aturan dan perintah-Nya. Batu, laut, sungai dan tumbuh-tumbuhan bertasbih kepada-Nya. Semua itu tidak kita ketahui.
Firman Allah :
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah dan tak ada suatu apapun kecuali bertasbih dengan memuja-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti yang mereka tasbihkan. Sesungguhnya Dia maha penyantun lagi maha pengampun”. (Al-Isra’ 44).

Rasulullah menerangkan, bahwa bagi orang yang mati syahid dapat memperoleh kenikmatan di alam barzah, sabdanya : “Bagi seorang yang mati syahid, akan memperoleh anugerah dari Allah SWT :
  1. Diampuni segala dosanya, saat darah pertama mengalir dari tubuhnya dan diperlihatkan kedudukannya di surga kelak.
  2. Diselamatkan dari siksaan kubur.
  3. Diamankan dari ketakutan hari hisab.
  4. Diberi mahkota keagungan, tiap butir permata lebih baik dari dunia dan segala isinya.

Sabdanya lagi : “Ketika kawan-kawanmu gugur di perang Uhud, Allah memindahkan roh mereka dalam bentuk burung hijau. Burung-burung itu menghampiri air sungai surga, memakan buah-buahan surga, tinggal di tempat-tempat indah, dekat dengan singgasana Allah. Ketika mereka merasakan semua kepuasannya itu, berkata : “Alangkah senangnya jika kawan-kawan mengetahui apa yang Allah berikan kepada kami, memberi kabar mereka, agar tidak segan dalam berperang dan lemah benjuang.

Allah berfirman :
“Akulah yang akan menyampaikan beritamu kepada mereka”. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya : “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Mereka hidup terus di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira, disebabkan karena karunia Allah yang diberikan kepadanya, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal yang akan menyusulnya, tidak ada sedikitpun rasa khawatir dan sedih dari mereka. Mereka senang sekali dengan nikmat dan karunia yang amat besar dari Allah. Allah tidak mensia-mensiakan pahala orang-orang yang beriman” (Ali Imran 169-171).
------------------------------------------------------------------
TENTANG ROH, Ibnul Qoyyim, Gema Insani Press Jakarta, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1406 H / Maret 1986, halaman 17-22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar