"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 17 Juli 2012

MERINDUKAN KESEMPURNAAN

Tetapi! Benarkah masa yang sudah bertahun-tahun itu membuat orang lupa akan kebekuan jiwanya, akan sikapnya yang konservatif terhadap masa lampau yang sudah lapuk? ini dapat terjadi pada orang-orang istimewa, yang dalam hatinya selalu terdapat kerinduan pada yang sempurna. Dalam hidup mereka, mereka masih mau mempelajari adanya kebenaran yang sebelumnya sudah mereka percayai untuk kemudian membuang segala kepalsuan yang masih melekat, betapapun tingginya tingkat kebudayaan orang itu. Hati dan pikiran mereka sudah seperti kuali tempat melebur logam yang selalu mendidih, menerima setiap pendapat baru yang dilemparkan ke dalamnya, lalu dilebur dan disaring. Mana yang bernoda dibuang, dan tinggal yang baik, yang benar dan yang indah. Mereka itu mencari kebenaran tentang apa saja, di mana saja dan dari siapa saja. Oleh karena pada setiap bangsa, setiap zaman, mereka ini merupakan inti yang terpilih, maka jumlah mereka selalu sedikit. Mereka. selalu mendapat perlawanan, yang datangnya terutama dari orang-orang. kaya, orang-orang berkedudukan dan orang-orang berkuasa. Mereka, takut setiap corak pembaruan itu akan menelan harta mereka, akan menghilangkan kedudukan dan kekuasaan mereka. Selain dengan cara hidup mereka yang demikian itu, kenyataan lain yang sudah begitu jelas tidak mereka kenal. Semua itu bagi mereka adalah benar apabila ia dapat menambah kekuatan mereka, dan tidak benar apabila ia dapat menimbulkan kesangsian, sedikit sekalipun. Pemilik harta menganggap, bahwa moral itu benar adanya bilamana ia dapat memberikan tambahan ke dalam hartanya, dan tidak benar bilamana ia merintanginya. Agama adalah benar, bilamana ia dapat membukakan jalan buat hawa nafsunya, dan tidak benar kalau ia menjadi penghalang hawa nafsu itu. Yang memiliki kedudukan, yang memiliki kekuasaan dalam hal ini sama saja seperti pemilik harta itu.
Dalam perlawanan mereka terhadap segala pembaharuan yakni mereka takuti itu, mereka menghasut orang awam yang rezekinya tergantung kepada mereka, supaya memusuhi penganjur pembaharuan itu. Mereka minta bantuan awam supaya menyucikan bangunan-bangunan kuno yang sudah dimakan kutu setelah minggat ruh yang ada di dalamnya. Benteng-benteng itu mereka jadikan kuil-kuil dari batu, untuk menimbulkan kesan kepada awam yang tak bersalah itu, bahwa ruh suci yang mereka bungkus dengan kain putih, masih dalam keagungannya dalam kurungan kuil-kuil itu. Pada umumnya awam itu membela mereka, sebab, yang penting ia melihat pencariannya. Baginya tidak mudah akan dapat memahami, bahwa kebenaran itu tidak akan tahan tinggal terkurung dalam tembok-tembok kuil betapapun indah dan agungnya tempat itu, dan bahwa sifat kebenaran itu akan selalu bebas menyerbu dan mengisi jiwa orang. Baginya tidak beda jiwa seorang tuan atau jiwa seorang budak. Juga tak ada sebuah peraturan betapapun kerasnya yang dapat merintangi hal itu.
Bagaimana orang dapat mengharapkan dari mereka, mereka yang pernah datang sembunyi-sembunyi mendengarkan pembacaan Quran itu, akan mau beriman kepadanya, karena ia menegur mereka yang banyak melakukan pelanggaran itu, karena ia tidak membeda-bedakan si buta miskin dengan orang yang hartanya berlimpah-limpah, kecuali dari kebersihan jiwanya. Kepada seluruh umat manusia diserukannya, bahwa : “Yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang paling dapat menjaga diri (yang paling takwa).” (QS 49 : 13)
-------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 131-132.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar