"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 05 April 2016

Kebesaran Kehormatan Para Wali (3)

Jabir bin Samuroh r.a. berkata : Penduduk Kufah mengadukan Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. kepada Amirulmu’minin ‘Umar bin AlkhotthOb r.a. hingga dipecat oleh ‘Umar dan diganti dengan Ammar bin Yasir r.a. Sedemikian berat pengaduan mereka hingga mereka berkata : Bahwa Sa’ad tidak pandai sholat, sehingga ‘Umar memanggil Sa’ad dan berkata : Hai Abu Ishaq, mereka ini mengadukan bahwa kau tidak dapat sholat dengan sempurna. Jawab Sa’ad : Adapun saya, demi Allah memimpin mereka dalam sholat sebagaimana sholat Rasulullah s.a.w. tidak mengurangi (menyimpang) sedikitpun daripadanya, jika sholat isya’ agak lama dalam dua raka’at yang pertama dan kedua dan lebih cepat pada raka’at ketiga keempat. ‘Umar berkata : Demikianlah perkiraan kami terhadap engkau hai Abu Ishaq. Kemudian ‘Umar mengirim Sa’ad ke Kufah bersama beberapa orang untuk menanyakan penduduk tentang Sa’ad, maka pada tiap masjid yang didatangi ditanya : Bagaimanakah keadaan Sa’ad? Jawab mereka bahkan hampir semua orang memuji kebaikan Sa’ad, kecuali ketika masuk di masjid Bani Abs, maka ada seorang bernama Usamah bin Qatadah digelar Abu Sa’dah ia berkata : Kalau kamu menanyakan tentang Sa’ad, maka Sa’ad tidak suka keluar memimpin pasukan, dan tidak membagi rata, dan tidak adil dalam hukum. Berkata Sa’ad : Ingatlah demi Allah saya akan berdoa’a tiga macam : Ya Allah jika hamba-Mu ini berdusta, hanya bermuka-muka (menjilat-jilat) dan mencari nama, maka panjangkan umurnya dan lanjutkan kemiskinannya dan hadapkanlah pada berbagai fitnah. Kemudian setelah orang itu lanjut umur, selalu bila ditanya, jawabnya : Orang tua yang telah kena bala’ oleh doa’anya Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. (HR. Buchary dan Muslim).

Abdul-Malik bin 'Umar yang meriwayatkan hadits ini dan Jabir bin Samurah berkata : Saya sendiri telah melihat orang itu demikian tuanya sehingga alisnya, hampir menutupi matanya, dan ia selalu duduk di tepi jalan untuk mengganggu gadis-gadis yang lalu-lintas di situ.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 388-390.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar