5 Oktober 2014, jam sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB ketika penat perjalanan 150 KM diakhiri di atas sofa hijau. Walau lelah, tapi mata masih harus menurunkan ketegangan perjalanan. Tangan pun menyambar remote yang tergeletak. Klik, layar kaca mengabarkan perbedaan tajam di dalam gedung wakil rakyat. Saling tunjuk. Mondar-mandir. Berteriak-teriak. Potong pembicaraan. Banting kertas. Nyaris baku hantam. Skors kemudian skors lagi. Mata yang mulai bersahabat dengan kantuk belum juga diperintah tidur oleh hati yang gelisah, marah, kecewa campur geli dan jijik. Pukul 01.30 WIB. Sudah sangat larut. Berkali-kali lewat bayangan kehidupan Nabi s.a.w. yang di jam itu sudah bangun dari istirahat malamnya dan panjang sujudnya. Dari beliau-lah lahir para pemimpin dunia tanpa kegaduhan. Akhirnya layar kaca harus dipadamkan untuk memadamkan mata.
Pagi hari menyapa dengan layu. Istirahat yang jauh dari kata bagus. Nama-nama 'pemimpin' rakyat pun diketahui. Dan hari itu juga ketua KPK prihatin terpilihnya ketua yang berpotensi bermasalah, karena diduga tersangkut banyak kasus korupsi raksasa.
Hari pertama yang mengkhawatirkan, negeri yang ditakutkan semakin jauh dari keberkahan.
Inikah hasilnya? Setelah sepanjang malam yang melelahkan dan mengganggu, setidaknya mengganggu mata dan hati.
Memang, yang dimulai tanpa keberkahan sulit mendatangkan keberkahan.
Jangan biarkan pergi keberkahannya. Dari negeri ini.
(Budi Ashari)
Pagi hari menyapa dengan layu. Istirahat yang jauh dari kata bagus. Nama-nama 'pemimpin' rakyat pun diketahui. Dan hari itu juga ketua KPK prihatin terpilihnya ketua yang berpotensi bermasalah, karena diduga tersangkut banyak kasus korupsi raksasa.
Hari pertama yang mengkhawatirkan, negeri yang ditakutkan semakin jauh dari keberkahan.
Inikah hasilnya? Setelah sepanjang malam yang melelahkan dan mengganggu, setidaknya mengganggu mata dan hati.
Memang, yang dimulai tanpa keberkahan sulit mendatangkan keberkahan.
Jangan biarkan pergi keberkahannya. Dari negeri ini.
(Budi Ashari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar