Foto : Juragan Tegal |
Kota Konstantinopel memiliki pertahanan terbaik pada masanya, dari 20 km garis pertahanan kota 13 km dibatasi oleh laut. Sebelah selatan dilindungi oleh laut Marmara yang berombak dan kadang berbadai tanpa terduga. Seluruh batas laut dijaga garis tembok 15 kilometer bersusun tak terputus, dikuatkan dengan 188 buah menara dengan jarak setiap menara 70 meter. Sebelah utara kota terdapat perairan tenang di teluk Tanduk Emas yang berfungsi sebagai pelabuhan alami. Untuk melindungi teluk Tanduk Emas, sejak serangan kaum Muslim pada tahun 717 M, sedangkan mereka membentangkan rantai raksasa sepanjang 275 meter untuk menutup akses ke teluk Tanduk Emas. Rantai diikatkan di menara Eugienius di tembok Konstantinopel dan pada Castellion, tembok segiempat di Galata. Dengan susunan 60 cm setiap matarantainya dan ketebalan besinya 4 cm.
Foto : Sate Ayam |
Sedangkan garis pertahanan sepanjang 7 km di barat kota Konstantinopel dilindungi oleh tembok tiga lapis, dikenal dengan tembok theodosius yang terbentang dari teluk Tanduk Emas sampai laut Marmara.
Digerbang utama yang terletak di tengah-tengah garis pertahanan darat, seseorang akan dihadapkan dengan pemandangan pertahanan tiga lapis dari horison ke horison sejauh mata memandang. Kombinasi menara - tembok - menara, tembok benteng dan gerbang yang disusun dari campuran batu kapur, marmer dan granit yang disemen dengan kapur menjulang tinggi siap untuk menjadi arena tempur yang tentunya sangat menguntungkan bagi pasukan tuan rumah, tetapi tidak bagi penantang kota.
Bagian terdalam tembok yang bersentuhan langsung dengan kota disebut dengan mega teichos atau tembok dalam. Bagian ini menjulang dengan ketinggian 18-20 meter dengan ketebalan 5 meter. Struktur pondasi tembok ini disusun dari marmer dan kapur pada semua sisinya, kemudian dicor dengan batu-batuan dan semen kapur shingga mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan gempa. Menara-menaranya dibangun dengan bentuk persegi, heksagonal dan oktagonal.
Foto : Storm Warrior |
Bagian berikutnya dikenal dengan mikron teichos atau tembok luar yang dibangun dengan ketebalan 2 meter dan ketinggian 5 meter atau 10 meter bila diukur dari dataran para teichion yang memisahkan tembok dalam dengan parit sebesar 18 - 20 meter dengan kedalaman antara 6 - 10 meter.
Setiap menara, baik ditembok dalam maupun luar dilengkapi dengan senjata pertahanan semacam ballista dan mangonel yang siap meluluh-lantahkan pasukan dalam jumlah besar. Sementara itu pasukan pemanah ditempatkan di setiap titik-titik penting pertahanan, dimana disetiap tepi tembok theodosius dilengkapi dengan dinding pendek dengan potongan-potongan yang memungkinkan pemanah bisa menembakkan panah dan berlindung disisi tembok yang lain.
Struktur tembok dalam juga dibentuk sedemikian rupa sehingga terdiri dari dua bagian yang terpisah sama sekali. Bagian bawah diakses melalui kota dan digunakan sebagai tempat menyimpan alat-alat perang ataupun cadangan makanan, dilengkapi dengan ventilasi berupa celah sempit di dindingnya. Sedangkan bagian atas digunakan untuk berperang terdiri dari 2 lantai. Lantai paling atas dipakai sebagai tempat pemanah, sedangkan lantai dibawahnya untuk menembakkan alat-alat berat.
Foto : Senja Biru |
Rangkaian tembok yang membatasi daratan sebelah barat Konstantinopel juga dirantai dengan 11 pintu gerbang yang dinamai sesuai fungsinya. Secara umum, pintu gerbang kota diperuntukkan menjadi 2 fungsi, yaitu pintu sipil untuk lalu-lalang penduduk kota dan pintu yang digunakan untuk keperluan militer. Pintu gerbang militer ditandai dengan nomor. Pintu gerbang ini mengantarkan orang yang melaluinya menembus kedua bagian tembok tebal dan dilengkapi dengan jembatan untuk melalui parit air, yang tentu saja dapat segera ditarik atau dihancurkan ketika musuh mengepung kota.
Tidak kurang dari 23 kali tembok darat Konstantinopel pernah dikepung dan tidak satupun yang mampu menembusnya. Praktis tembok bagian darat Konstantinopel menyandang gelar "City of Perfect Defence", sejak tembok ini berdiri hingga penaklukan Sultan Mehmed II tahun 1453 M. (dirangkum dari buku "Muhammad Al-Fatih 1453"-nya Felix Y. Siauw; Penerbit : Al-Fatih Press, Jakarta Utara; Cetakan ke-7, Juni 2014, halaman 81-90).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar