"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 30 Desember 2016

Memelihara Anak Yatim

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 220, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :

فِى الدُّنْيَا وَالْءَاخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ الْيَتٰمَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِن تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوٰنُكُمْ ۚ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَآءَ اللَّـهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka menanyakan kepadamu (pula) tentang anak-anak yatim. Katakanlah : "Memperbaiki keadaan mereka adalah lebih baik; dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menyulitkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (220).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa ketika turun ayat :
وَلَا تَقْرَبُوا۟ مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُۥ ۖ وَأَوْفُوا۟ الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ ۖ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا۟ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۖ وَبِعَهْدِ اللَّـهِ أَوْفُوا۟ ۚ ذٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

(QS. al-An'am (6) : 152), dan ayat :
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوٰلَ الْيَتٰمَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا

(QS. an-Nisaa' (4) : 10), orang yang memelihara anak yatim memisahkan makanan dan minumannya dari makanan dan minuman anak-anak yatim itu. Begitu juga sisanya dibiarkan membusuk kalau tidak dihabiskan oleh anak-anak yatim itu. Hal tersebut memberatkan mereka. Lalu mereka menghadap Rasulullah ﷺ untuk menceritakan hal itu. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 220) yang membenarkan menggunakan cara lain yang lebih baik. (HR. Abu Dawud, an-Nasa'i dan al-Hakim).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 220. "Tentang dunia dan akhirat. ...". Berpikir itu jangan hanya dunia saja, tetapi fikirkan pula berapa pahala yang akan diterima diakhirat kelak. ".... Dan mereka menanyakan kepadamu (pula) tentang anak-anak yatim. ...". Memelihara anak yatim diperintahkan, sedang hartanya jangan sampai termakan dengan jalan aniaya. Beberapa sahabat Rasulullah yang memelihara anak yatim, sampai ada yang memisahkan makan mereka dengan makan anak yatim itu, karena takut tercampur. Maka diantara sahabat bertanya kepada Rasulullah, bagaimana sebaiknya memelihara mereka. Maka pertanyaan ini disuruh jawab oleh Allah; "... Katakanlah : "Memperbaiki keadaan mereka adalah lebih baik; ...". Oleh sebab itu atur sajalah pemeliharaan terhadap mereka dengan sebaik-baiknya, sebab dia itu bukan orang lain bagi kamu. "...; dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; ...". Saudara dalam iman kepada Allah. Kalau kamu telah meniatkan dan memandang mereka sebagai saudara sendiri, tentu kamu tahu bagaimana berlaku terhadap mereka dan harta mereka. Tak perlu sampai memisahkan makanan mereka, itu merendahkan mereka, bukan menggauli. Pandanglah sebagai anak sendiri dengan cara sekemapuanmu, moga-moga adanya dia dalam rumah akan membawa rezeki. Kalaulah dia membawa pusaka kekayaan ayahnya, asal engkau pelihara dengan iman tidaklah akan ada kecurangan. "...; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menyulitkan kamu. ...". Sehingga tidak boleh singgung-menyinggung harta. Wajib dia pelihara di rumah, diberi makan dan minum, tetapi hartanya tak boleh disinggung. Tetapi Allah tidak menghendaki begitu. Kamu orang beriman, kamu berfikiran, kamu tahu mana jalan curang dan mana jalan jujur. Termakan hartanya karena bercampur tiap hari, padahal bukan dengan sengaja curang apalah salahnya. Asal hati cinta dan iman yang engkau hadapkan kepada-Nya. Jika dia telah dewasa, lepas dari tanggunganmu, diapun akan tahu ketulusan hatimu dan kebaikan budimu. "... Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Artinya, kalau engkau curang, akan dihukum-Nya kamu, akan disengsarakan-Nya kamu, sehingga harta anak yatim itu jadi api membakar perutmu, melicin-tuntaskan harta bendamu sendiri. Tetapi kalau hatimu jujur, maka Allah adalah Maha Bijaksana. Dia tahu akan kesulitanmu.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 72 - 73.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 190 - 192.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 62.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar