"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Kamis, 26 Februari 2015

Ksatria Wanita Islam

TIME TUNNEL. Bertamu melewati lorong waktu ke rumah sahabiah mulia dari Bani Mazim An-Najar. Sebuah keluarga mulia yang bertetangga dengan Rasulullah  ﷺ di surga kelak.
Yupz..., dari penuturan beliau Nusaibah binti Ka’ab bin Amru bin Auf bin Mabdzul Al-Anshariyah, salah seorang dari dua wanita yang bersegera bersama para utusan Anshar yang datang ke Mekkah untuk berbai'at kepada Rasulullah  ﷺ. Ummu 'Umarah atau Ummu 'Imaarah adalah seorang wanita dan ibu yang memiliki keutamaan dan kebaikan, pemberani, ksatria dan suka berjihad di jalan Allah ta'ala. 
Beliau menuturkan peristiwa Uhud yang banyak memberikan makna bagi kaum Muslimin masa itu hingga sekarang akan pentingnya patuh pada perkataan Rasulullah  ﷺ. Kala itu Ummu "Umarah berangkat bersama suaminya, Ghaziyah bin Amru bersama kedua putranya Abdullah dan Hubaib dari suami yang pertama (Zaid bin Ashim bin Amru).
Saat itu tugasnya hanyalah berada digaris belakang, mengantar minuman dan merawat yang terluka. Tatkala terlihat oleh Ummu 'Umarah kaum musyrikin Quraisy terus memburu Nabi  ﷺ yang hanya di kawal oleh 12 prajurit Anshar hingga mengakibatkan Rasulullah  ﷺ terluka, darah mengucur dari bibir dan topi baja beliau pecah akibat lemparan batu Utbah bin Abu Waqqash. Kening Rasulullah  ﷺ terluka sabetan pedang Abdullah bin Syihab dan atunan pedang Ibn Qamiah mengenai pelipis Rasulullah  ﷺ hingga mengakibatkan dua pecahan topi baja menusuk pelipis Nabi  ﷺ.
Thalhah  bin Ubaidillah dan Sa'ad bin Abu Waqqash yang tak henti-hentinya melepaskan anak panah ke arah musuh segera merapat melindungi Nabi  ﷺ. Sementara itu Abu Ubaidah menghampiri Nabi ﷺ mencabut pecahan baja dari pipi beliau. Dengan sigap Malik bin Sinan menghisap darah beliau hingga bersih. Kemudian mereka kembali bertempur hingga syahid. Abu Thalhah Zaid bin Sahl menjaga Nabi  ﷺ tanpa lengah. Sementara Sahl bin Hanif terus melepas anak panah ke arah musuh, Abu Dujana menjadi perisai Nabi  ﷺ.  Datang Abdurrahman bin 'Auf membantu hingga tubuhnya dipenuhi 20 luka. Syammas bin Utsman melindungi Nabi dengan sabetan pedangnya bergerak ke segenap arah ancaman kepada Nabi  ﷺ hingga syahidnya. Qatadah bin Nu'man bertahan di depan Nabi  ﷺ menepis anak panah yang datang dengan tubuhnya. Wahb bin Qabus dan Harits bin Utbah pun bertarung sengit melindungi Nabi  ﷺ hingga syahid.
Ummu 'Umarah tak tinggal diam, dengan pedang ia berusaha menikam Ibn Qamiah. Putra beliau, Abdullah bin Zaid pun terluka bersimbah darah melindungi Rasulullah  ﷺ. Ummu 'Umarah terus menyemangati putranya untuk bangkit menggempur musuh. 
"Tak ada orang sekuat engaku, Ummu 'Umarah!", seru Nabi  ﷺ.
Ummu 'Umarah meminta kepada Nabi  ﷺ agar diperkenankan menemani beliau di Surga. Nabi ﷺ pun berdo'a, "Ya Allah, jadikanlah mereka teman-temanku di Surga".
Setelah itu setiap Nabi  ﷺ menoleh ke kiri atau ke kanan dilihatnya Ummu 'Umarah bertarung. Rasulullah  ﷺ lalu mengajak kaum Muslim bergabung ke bukit Uhud untuk menahan gempuran serangan musuh.
--------------------------------
Inspirasi :
Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), Dr. Muhammad Husain Haekal, Ph.D, Penerbit : P.T. Pustaka Litera Antar Nusa Jakarta-Bogor, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 300-304.
Taht Râyah al-Rasûl (Perang Muhammad), Dr. Nizar Abazhah, Penerbit Zaman Jakarta, Cetakan Pertama 1432 H / 2011 M, halaman 98-102.
Nisaa' Haular Rasul, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), Mengenal Shahabiah Nabi s.a.w. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 252 – 256.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar