"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 14 November 2014

Tentang Pemurtadan Terselubung dan Terang-terangan


Beberapa waktu ini kita kembali diingatkan tentang bahaya aqidah, yaitu upaya pendangkalan aqidah bahkan pemurtadan di tempat-tempat umum.Sebenarnya ini bukan hal aneh, karena kaum kafir memang secara tersistematis akan berusaha memalingkan kita dari agama yang haq. Berkaitan hal ini, Allah mengingatkan berulang kali dalam Al-Qur'an, bahkan sampai melarang pemimpin kafir, karena bahaya semisal ini.
Segala cara mereka gunakan untuk mendangkalkan aqidah ummat, mulai dari simbol, pemaksaan, nikah beda agama, sampai cara yang tak pantas.

Berbicara tentang pemurtadan, maka pemurtadan ada dua jenis :
  1. Pemurtadan secara fisik. Kita banyak saksikan di video investigasi yang beredar saat ini. Pembagian roti bertulis khas Kristen, kalung merpati, dan lain-lain, bahkan ada pula yang melakukan pembaptisan terselubung, bakti sosial yang di dalamnya dakwah dengan sasaran empuknya kaum marjinal tak terdidik Pemurtadan fisik ini berbahaya, namun hanya berlaku bagi yang tak terdidik dan lemah ekonomi, tapi begitu terdidik kaum Muslimnya, ini seolah tak berarti.
  2. Pemurtadan pemikiran. Pemurtadan jenis ini jauh lebih berbahaya dari pemurtadan fisik. Karena bila yang datang orang kafir berkalung salib, ummat akan waspada, bagaimana bila yang datang Muslim, tapi berpikir selayaknya kafir? Inilah yang dituju oleh banyak misionaris, cangkang Muslim namun isinya beracun, merusak dan menjauhkan ummat dari Islam, Yang sudah murtad secara pemikiran ini masih Muslim, namun permisif terhadap kekufuran, mendukung kekufuran, dan anti-Islam.

Coba simak kutipan Samuel Zweimer, misionaris global : “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim sebagai seorang kristen. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar hawa nafsu (walaupun mereka Muslim).”

Generasi yang sudah murtad secara pemikiran ini pun jauh dari Islam, mereka lebih akrab dengan nilai selain Islam, walaupun masih Muslim, mereka membuka jalan kekufuran. Lalu bagaimana caranya kita merespons terhadap pemurtadan fisik ataupun pemikiran? Islam memandu kita untuk melakukan 3 hal :
Pertama, secara individual menguatkan aqidah, membentengi diri kita dan diri orang lain dan meyakini bahwa agama yang benar hanya Islam. Berpikir lalu menemukan bukti-bukti yang tak terbantahkan Islam itu haq, dan mencari alasan "kenapa aku harus jadi seorang Muslim?".
Kedua, berdakwah secara berjamaah, amar ma'ruf nahi munkar secara baik dan santun, baik mendakwahi ummat kita atau ummat lainnya. Dengan berjama'ah insyaAllah ummat akan lebih resisten dan aware terhadap segala bentuk pemurtadan yang terjadi, fisik atau pemikiran.
Ketiga dan yang paling berefek, dengan penerapan syariah Islam oleh negara, ini bentuk tertinggi dari perlindungan aqidah ummat.

Di masa Rasulullah dan para Khalifah, kaum Nasrani dijamin hidup dan ritual agamanya, namun dilarang bila berdakwah di ruang publik. Negara pula yang bertugas menjamin ekonomi ummat agar sejahtera dan kuat, hingga tidak mudah terpengaruh karena desakan ekonomi. Misalnya, Rasulullah pernah membangun "Pasar Kaum Muslimin" di Madinah yang berdampingan dengan pasar Yahudi dan Nasrani sebagai penguat ekonomi. Negara pun memfasilitasi kemudahan dakwah dan bahkan negara sendiri yang mengemban dakwah Islam, mengenalkan kebaikan Islam bagi semua. Fungsi ini yang belum dijalankan di Indonesia, negaranya tidak menjaga aqidah ummat, alasannya "karena ini bukan negara agama". Kadang-kadang saya berpikir, Muslim di Indonesia ini setengah-setengah, maunya dibilang beragama, tapi bernegara "tanpa agama". Maka secara hukum negara, tindakan pemurtadan tidak bisa ditindak oleh negara, bila dilakukan dengan 'legal' menurut hukum negara. Tidak begitu saat syariat Islam diterapkan di masa Rasulullah s.a.w., tugas negara salah satunya yang penting, adalah melindungi aqidah.
Bagi para orangtua, renungkan kisah Nabi Ya'kub saat menjelang kematian, yang dia khawatirkan bukan harta, bukan tahta, namun iman,
"..ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?". (TQS Al-Baqarah (2) : 133).

Maka carilah ilmu tentang kebenaran Islam, ajarkan pada anak-anak, lalu berjama'ahlah dalam kebaikan, dan perjuangkanlah Islam agar bisa mewujud dalam negara, agar negara itu juga mengemban dakwah Islam
Mudah-mudahan Allah menguatkan iman di dada kita, menjaga baiknya iman itu dalam keseharian, dan mewafatkan kita dalam keadaan beriman.
(Ustadz Felix Siauw; 10 Nobember 2014 pukul 06.30 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar