Istiwa Masjid Jambon Berlandaskan Yoni
Warga Kabupaten Semarang pasti tidak asing dengan Masjid Jambon. Masjid yang bernama asli Masjid At Taqwa ini merupakan bangunan tua yang berada di lingkungan Jambon Ungaran, tepatnya di sebelah utara alun-alun lama Ungaran. Sepintas tidak ada perbedaan bentuk yang signifikan bila dibandingkan dengan masjid lainnya, namun ada satu penanda waktu sholat (jam istiwa) yang tidak akan dijumpai di tempat lain. Waktu sholat berpedoman istiwa diyakini lebih lebih pas dibandingkan bila menggunakan waktu jam radio atau jam dinding. Untuk alasan itulah mengapa hingga kini sejumlah pondok pesantren di berbagai wilayah masih berpedoman pada waktu sholat istiwa. Sebut saja pondok pesantren Lirboyo Kediri, Tambak Beras, dan Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur.
Seperti halnya pondok pesantren di Jawa Timur tersebut, pihak Pondok Pesantren Asy Syaikh Aburrahman yang terletak di samping Masjid At-Taqwa Jambon juga masih menggunakan waktu istiwa sebagai waktu penunjuk sholat. Keberadaan istiwa berbahan tembaga yang terletak di halaman depan masjid sejak dari dahulu memang berlandaskan batu yoni. Batu tersebut sengaja dipindahkan dari tanah kosong tepatnya di sebelah utara masjid.
Masjid At-Taqwa Jambon dulunya adalah musholla pondok pesantren Asy Syaikh Aburrahman. Sejak digunakan untuk sholat Jumat, hingga sekarang warga sepakat mengubahnya menjadi masjid dengan pedoman shalat jam bencet atau jam istiwa.
Meski jarak antara Masjid Besar Kauman Ungaran dan Masjid At-Taqwa Jambon kurang dari 500 meter, namun warga setempat tidak mempermasalahkannya mengingat besarnya jumlah umat. Sehingga jika hanya ada satu masjid, sudah barang tentu tidak akan cukup untuk menampung masyarakat yang hendak beribadah.
Warga Kabupaten Semarang pasti tidak asing dengan Masjid Jambon. Masjid yang bernama asli Masjid At Taqwa ini merupakan bangunan tua yang berada di lingkungan Jambon Ungaran, tepatnya di sebelah utara alun-alun lama Ungaran. Sepintas tidak ada perbedaan bentuk yang signifikan bila dibandingkan dengan masjid lainnya, namun ada satu penanda waktu sholat (jam istiwa) yang tidak akan dijumpai di tempat lain. Waktu sholat berpedoman istiwa diyakini lebih lebih pas dibandingkan bila menggunakan waktu jam radio atau jam dinding. Untuk alasan itulah mengapa hingga kini sejumlah pondok pesantren di berbagai wilayah masih berpedoman pada waktu sholat istiwa. Sebut saja pondok pesantren Lirboyo Kediri, Tambak Beras, dan Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur.
Seperti halnya pondok pesantren di Jawa Timur tersebut, pihak Pondok Pesantren Asy Syaikh Aburrahman yang terletak di samping Masjid At-Taqwa Jambon juga masih menggunakan waktu istiwa sebagai waktu penunjuk sholat. Keberadaan istiwa berbahan tembaga yang terletak di halaman depan masjid sejak dari dahulu memang berlandaskan batu yoni. Batu tersebut sengaja dipindahkan dari tanah kosong tepatnya di sebelah utara masjid.
Masjid At-Taqwa Jambon dulunya adalah musholla pondok pesantren Asy Syaikh Aburrahman. Sejak digunakan untuk sholat Jumat, hingga sekarang warga sepakat mengubahnya menjadi masjid dengan pedoman shalat jam bencet atau jam istiwa.
Meski jarak antara Masjid Besar Kauman Ungaran dan Masjid At-Taqwa Jambon kurang dari 500 meter, namun warga setempat tidak mempermasalahkannya mengingat besarnya jumlah umat. Sehingga jika hanya ada satu masjid, sudah barang tentu tidak akan cukup untuk menampung masyarakat yang hendak beribadah.
Menurut sejarahnya, pendiri Masjid Jambon ada tiga orang, di antaranya Kiai Aburrahman, Kiai Samsuri, dan Kiai Abdur Rauf. Setelah wafat, amanah beliau pun kini diwariskan kepada anak-anaknya untuk mengelola pondok pesantren Asy Syaikh Aburrahman.
Masjid yang rencananya akan dibangun dua menara dan berlantai dua ini, selalu dipenuhi warga untuk menunaikan sholat Tarawih di bulan suci Ramadan. Hal tersebut dibuktikan dengan stabilnya jumlah warga yang datang untuk sholat berjamaah baik lima waktu maupun sholat sunah. (Inspirasi : Suara Merdeka)
Masjid yang rencananya akan dibangun dua menara dan berlantai dua ini, selalu dipenuhi warga untuk menunaikan sholat Tarawih di bulan suci Ramadan. Hal tersebut dibuktikan dengan stabilnya jumlah warga yang datang untuk sholat berjamaah baik lima waktu maupun sholat sunah. (Inspirasi : Suara Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar