"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 24 Maret 2017

Merespon Penghinaan

Dalam hidup ini kita sebagai makhluk yang tiada pernah luput dari kesalahan, tidak pernah bisa menyenangkan hati semua orang. Dalam setiap sikap kita, selalu saja ada yang suka dan tidak suka. Sebesar apapun usaha kita untuk berbuat kebaikan, akan ada saja yang bersimpati dan yang tidak.
Jangankan kita yang merupakan manusia biasa, bahkan nabi Muhammad s.a.w. yang sudah dijamin Allah ta’ala bersih dari dosa (ma’shum), tetap ada yang mencintai dan ada pula yang membencinya. Nabi Muhammad s.a.w. yang sedemikian mulia akhlaknya, dikenal amanah dan jujur sejak belia, tetap saja ada yang menyakiti dan menghinanya.
ahkan orang-orang dimasa kini pun ada yang membenci Rasulullah s.a.w. Sampai-sampai ada yang berani membuat berbagai karikatur yang berisi penghinaan terhadap beliau. Ada juga yang menulis berbagai fitnah tentang beliau.
Namun, apakah berbagai penghinaan itu mengurangi kemuliaan Rasulullah s.a.w.? Sedikitpun tidak ! Rasulullah s.a.w. tetap diakui sebagai sosok yang paling agung dan paling berpengaruh di dunia.
Ummul mukminin ‘Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : “Wahai Rasulullah, pernahkah engkau mengalami hari yang lebih buruk dari perang Uhud?” Rasulullah s.a.w. menjawab : “Aku pernah menemui kaum yang sangat kejam yang belum pernah aku temui sebelumnya. Yaitu hari dimana aku menemui kaum di kampung Aqabah (Thaif), ketika aku bermaksud menemui Ibnu Abi Yalil bin Abdi Kulul (untuk meminta bantuan dan untuk menyebarkan Islam). Akan tetapi, dia tidak memenuhi permintaanku. Akupun pulang dalam keadaan wajah yang berdarah (karena perbuatan warga Thaif yang melempari batu). Ketika aku berhenti di Qamul Tsa’alib, aku melihat awan menaungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu, malaikat Jibril memanggilku dan bertanya; “Sesungguhnya Allah telah mendengar hinaan kaummu dan penolakan mereka terhadapmu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu”.
Kemudian malaikat menawarkan kepada Rasulullah s.a.w. apakah beliau mau jika dua gunung yang ada di kota Mekkah ditimpakan kepada mereka sebagai pembalasan. Namun, bagaimana jawaban Rasulullah s.a.w.?
Rasulullah s.a.w. yang mulia menolak tawaran itu. Tidak terbersit  sedikitpun di dalam hati beliau niat untuk membalas sikap buruk mereka. Rasulullah s.a.w. justru mendo’akan mereka : “Aku berharap mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah !, dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran berharga. Bahwa Rasulullah s.a.w. tidak pernah membalas sikap buruk orang lain kepada beliau dengan keburukan. Rasulullah s.a.w. justru tetap melanjutkan perbuatan baik terhadap mereka.
Jangan membalas hinaan dengan hinaan, karena sesungguhnya orang yang melontarkan ucapan-ucapan buruk tiada lain adalah sedang memperlihatkan keburukan dirinya sendiri.
Bukankah moncong teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam teko. Jika isinya air jernih, maka yang keluarpun jernih. Jika isinya air kotor, maka itulah yang keluar.
----------------------------------
Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), Buletin Jum’at Sakinah, Edisi 480/ th VII/ Februari 2015 M/ Rabi’ul Akhir 1436 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar